Kenapa Bandara Punya Kode Tiga Huruf? Ini Penjelasannya
kumparanTRAVEL June 10, 2025 11:20 AM
Saat naik pesawat, traveler tentu sudah tidak asing lagi dengan kode tiga huruf yang selalu muncul di tiket, bagasi, maupun layar informasi keberangkatan dan kedatangan. Ya, setiap bandara di dunia memiliki kode tiga huruf yang berbeda-beda.
Di Indonesia misalnya, Bandara Internasional Soekarno-Hatta memiliki kode (CGK). Sementara itu, di Amerika Serikat, Bandara Internasional Los Angeles identik dengan kode (LAX).
Kode-kode ini ada yang mudah dikenali, untuk Soetta misalnya, kode CGK sendiri diambil dari wilayah bandara itu berada, yaitu di Cengkareng. Meski demikian, ada juga kode bandara yang cukup sulit untuk dipahami.
Ilustrasi Bandara Soekarno-Hatta. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bandara Soekarno-Hatta. Foto: Shutter Stock
Pertanyaannya, bagaimana kode-kode itu terbentuk? Lalu, siapa yang menentukan penamaan kode di bandara?
Dilansir Reader Digest, jawabannya adalah organisasi penerbangan global, International Air Transport Association (IATA). Menariknya, penamaan kode di bandara ternyata memiliki sejarah yang cukup panjang. Dulu hanya dua huruf, kini penamaan kode bandara tersebut menjadi tiga huruf.
Seperti apa sejarahnya? Berikut ulasannya.

Awalnya Dua Huruf, Kini Tiga Huruf

Ilustrasi Bandara Supadio Pontianak. Foto: Sony Herdiana/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bandara Supadio Pontianak. Foto: Sony Herdiana/Shutterstock
Pada 1930-an, dunia penerbangan mulai menggunakan kode bandara dengan dua huruf yang sebagian besar mengacu pada sistem dari National Weather Service Amerika Serikat. Namun, seiring bertambahnya jumlah bandara pasca-Perang Dunia ke-II, kombinasi dua huruf menjadi tidak cukup, karena hanya tersedia 676 kombinasi.
Maka sejak 1947, sistem kode bandara pun diperluas menjadi tiga huruf, yang kemudian membuka hingga 17.576 kombinasi. Contohnya, Los Angeles yang awalnya berkode "LA", berubah menjadi "LAX", di mana huruf "X" hanya berfungsi sebagai pengisi.
Tahun 1960-an, maskapai-maskapai komersial meminta IATA mengambil alih standardisasi kode ini agar lebih konsisten. Sejak itu, IATA menjadi satu-satunya lembaga resmi yang menetapkan kode bandara di seluruh dunia.

Proses Resmi Penetapan Kode Bandara

Penumpang menunggu untuk check-in di terminal internasional Tom Bradley di bandara LAX, di Los Angeles, California, Amerika Serikat. Foto: Lucy Nicholson/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Penumpang menunggu untuk check-in di terminal internasional Tom Bradley di bandara LAX, di Los Angeles, California, Amerika Serikat. Foto: Lucy Nicholson/Reuters
Pengajuan kode bandara tidak dilakukan sembarangan. Pihak pengelola bandara harus mengusulkan kombinasi tiga huruf yang mencerminkan nama lokasi bandara tersebut. Misalnya DEN untuk Denver atau BOI untuk Boise. Mereka juga harus menyiapkan alternatif kode jika yang pertama sudah digunakan.
Semuanya harus mengikuti aturan yang tertulis dalam resolusi industri IATA yang dikembangkan bersama anggota-anggotanya. Kemudian, pertanyaannya, apakah kode bandara bisa diubah? Jawabannya adalah jarang sekali bandara yang melakukan pengubahan kodenya.
Ilustrasi International Air Transport Association (IATA). Foto: AFP
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi International Air Transport Association (IATA). Foto: AFP
Hal ini karena kode yang sudah ditetapkan oleh IATA dianggap permanen. Perubahan bisa dilakukan jika ada kebutuhan mendesak demi keselamatan penerbangan.
Salah satu kasus langka adalah ketika Idlewild Airport di New York mengubah kodenya dari IDL menjadi JFK, setelah bandara itu berganti nama untuk menghormati Presiden John F. Kennedy. Awalnya perubahan ini ditolak, tapi setelah tekanan politik, akhirnya disetujui.Kode IDL kemudian dialihkan ke bandara kecil di Indianola, Mississippi.
Tidak semua kode mudah ditebak. Misalnya, MCO untuk Orlando International Airport sebenarnya berasal dari nama lama bandara tersebut, yaitu McCoy Air Force Base.
Lalu, ada HPN untuk Westchester County Airport, New York, yang konon diambil dari nama-nama kota sekitarnya, yaitu Harrison, Purchase, dan North Castle.
Kode OGG di Kahului Airport, Maui, diambil dari nama pilot senior Hawaiian Airlines, Jim Hogg. Ia menolak usulan kode "HOG", karena terdengar lucu sehingga dipilihlah OGG, sementara HOG sekarang digunakan oleh bandara di Holguin, Kuba.

Kode Bandara Unik

Ilustrasi landasan pacu bandara. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi landasan pacu bandara. Foto: Shutter Stock
Dengan ribuan kombinasi tiga huruf, tak jarang muncul kode yang mengundang tawa. Beberapa kode unik yang dimiliki bandara, seperti LOL yang menjadi kode Bandara Derby Field di Lovelock, Nevada. LOL sendiri identik dengan (Laughing Out Loud) atau tertawa terbahak-bahak.
Kemudian, ada juga OMG yang digunakan Omega Airport di Namibia, yang identik dengan singkatan Oh My Good (OMG). Lalu, POO yang digunakan Bandara Pocos de Caldas di Brasil yang jika diartikan bisa bikin kita tertawa.
Meski terkenal sebagai kode bandara, IATA ternyata juga menetapkan kode untuk stasiun kereta dan terminal bus. Alasannya, agar sistem tiket terintegrasi untuk perjalanan antar-moda, misalnya dari kereta ke pesawat atau transportasi lainnya agar lebih efisien.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.