TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Jepang masih dibuat pusing oleh tingginya harga beras di pasar dalam negeri. Berbagai upaya keras sejauh ini belum siginifikan menurunkan harga beras di market domestik.
Jurus jitu kini dikeluarkan Pemerintah Jepang dengan melepas 200.000 metrik ton cadangan beras pemerintah ke pasar demi mengatasi kenaikan harga yang terjadi sejak 2024 lalu.
Menteri Pertanian Jepang, Shinjiro Koizumi, pada hari Selasa (10/6) menjelaskan bahwa beras yang dirilis kali ini terdiri dari masing-masing 100.000 ton dari panenan tahun 2020 dan 2021.
Koizumi memperkirakan beras tahun 2020 akan dijual dengan harga 1.700 yen per 5 kg.
"Pemerintah berencana melepas 200.000 ton beras lagi dari stoknya melalui kontrak langsung dengan pengecer.," kata Koizumi, dikutip Kyodo.
Jepang telah menimbun 910.000 ton beras sebelum melepas sekitar 310.000 ton beras ke pasar melalui lelang pada Maret dan April lalu.
Koizumi, yang baru mulai menjabat pada 21 Mei 2025, memutuskan untuk melepaskan 300.000 ton dengan menggunakan langkah langka berupa penjualan melalui kontrak langsung dengan pengecer.
"Kami ingin terus merespons tanpa melambat, sehingga beras yang ditimbun dapat sampai ke konsumen dengan cepat dan dengan biaya rendah," kata Koizumi.
Harga beras di Jepang naik dua kali lipat dibandingkan tahun lalu, dengan harga rata-rata 4.260 yen (Rp 478.507) per 5 kilogram pada akhir Mei.
Mengutip Reuters, harga beras di Jepang pada hari Senin (9/6/2025) di supermarket rata-rata turun menjadi 4.223 yen (Rp 474.351) per 5 kilogram.
Pemerintah memperkirakan beras murah yang dijual melalui kontrak langsung akan menurunkan harga keseluruhan. Menteri Koizumi memperkirakan beras tahun 2020 akan dijual dengan harga 1.700 yen (Rp 190.953) per 5 kilogram.
Koizumi telah mengisyaratkan kesiapan untuk melepaskan seluruh persediaan beras darurat dan memanfaatkan impor jika diperlukan untuk menstabilkan harga hingga panen baru tiba pada bulan Agustus.
Laporan Reporter: Prihastomo Wahyu Widodo | Sumber: Kontan