BANJARMASINPOST.CO.ID, TANJUNG - Berawal dari keterampilan menjahit yang didapat secara autodidak, pemilik Galeri Unini, Nofria Ilham (37) kini juga membuat berbagai produk kerajinan tangan unik dan kekinian.
Ibu tiga anak ini memproduksinya di rumah yang sekaligus menjadi Galeri Unini di Jalan Anggrek 7 Nomor 22, Kecamatan Murungpudak, Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan.
Produk yang dibuat di antaranya berbagai jenis tas, dompet, kotak pensil, tempat tisu dan pernak-pernik lainnya.
Menariknya, sejak sekitar tiga bulan lalu, Nofria mulai membuat produk yang memanfaatkan bahan daur ulang. Bahan yang digunakan dari pakaian bekas, perca atau kain sisa produksi, dan bahan sisa pembuatan jok sepeda motor.
Diceritakan Nofria, awalnya ia memiliki toko pakaian perempuan dan anak-anak serta bisa melayani permintaan permak pakaian.
Selanjutnya, usaha pindah ke rumah. Di rumah, Nofria membuka jasa membuat pakaian, mulai dari daster, seragam hingga gaun pesta.
“Dulu juga bikin suvenir berbahan flanel dan waktu pandemi Covid-19 sempat membuat beberapa jenis masker,” kata Nofria, Selasa (10/6) sore.
Dari beberapa usaha yang dilakoni itu, akhirnya sejak sekitar dua tahun lalu, Nofria menggeluti jahit kreatif dengan membuat produk kerajinan tangan.
Awalnya membuat berbagai kerajinan dengan memadukan bahan dari kain batik Tabalong.
Produk tas yang dikreasi dengan batik Tabalong bahkan dipesan pemerintah kabupaten dalam jumlah banyak untuk dibagikan di Hari Jadi Tabalong.
Kreasi Nofria tak berhenti sampai di situ. Kerajinan berbahan daur ulang diproduksi. Agar menarik dan menjaga kearifan lokal, kerajinan dipadukan dengan bahan seperti batik Tabalong, anyaman purun dan eceng gondok.
“Saat ini karyawan ada tiga untuk membantu proses produksi. Sudah satu tahun. Ada yang baru lulus SMK, ada juga yang sambil kuliah,” katanya.
Mereka juga bisa memenuhi permintaan konsumen. “Konsumen bisa bawa sendiri pakaian bekasnya dan kami yang bikinkan kerajinan sesuai keinginan,” kata Nofria.
Dalam proses pembuatannya, Galeri Unini melayani konsultasi sebelum membuat barang yang diinginkan. Konsultasi tak mesti datang, tetapi bisa melalui pesan WhatsApp.
“Jadi misalnya mau bikin apa dari bahan apa, nanti kami coba perhitungkan berapa biaya yang diperlukan, kalau setuju baru kemudian dikerjakan,” ujar Nofria.
Selama ini, ada banyak produk yang dibuat sesuai dengan permintaan pelanggan, mulai dari tas, apron, sarung tangan oven, taplak meja dan lainnya. Sedangkan bahan yang dibawa konsumen kebanyakan berupa pakaian bekas dengan bahan denim.
“Ada yang pernah antar rok wanita dewasa diolah bisa jadi dua tas. Satu backpack yang bisa jadi tas samping dan satunya lagi tas bekal,” katanya.
Untuk proses pengerjaan, dengan bahan yang lengkap, bisa selesai dalam sehari untuk satu produk, tergantung tingkat kerumitan.
Untuk harga bervariasi. Untuk tas ada yang dibandrol Rp 50 ribu sampai Rp 200 ribu dan dompet ada Rp 30 ribu. Apabila bahannya dibawa sendiri, konsumen hanya membayar upah.
“Kalau yang Rp 50 ribu itu untuk totebag sederhana, sedangkan yang Rp 200 ribu biasanya travel bag dengan banyak sekat,” ujarnya.
Beda lagi dengan produk pernak-pernik lainnya, ada juga yang dijual hanya dengan harga Rp 10 ribu.
Galeri Unini dalam proses produk juga menggandeng sesama pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) lokal. Beberapa bahan atau barang dipesan pada pelaku UMKM.
“Seperti anyaman purun atau eceng gondok, kami ada partner perajinnya. Jadi bisa pesan sesuai ukuran,” katanya. Begitu juga dengan kain batik Tabalong sudah ada pemasoknya.
Pernah juga untuk menambahkan kreasi lukisan di tas berbahan anyaman purun atau eceng gondok, maka diserahkan juga ke perajin yang khusus untuk itu. “Jadi semua dari perajin lokal, supaya bisa saling suport,” katanya. (Banjarmasinpost.co.id/Dony Usman)