Oleh : Dr. Yenrizal, M.Si
(Akademisi Komunikasi Lingkungan UIN Raden Fatah)
SELAIN sungai, potensi alam terbesar di Sumatera Selatan, khususnya daerah Ilir, adalah rawa. Lazim disebut sebagai daerah Lebak Lebung. Lebak merujuk pada kawasan perairan dangkal di dataran rendah, dipenuhi air di musim hujan dan cenderung kering di musim kemarau. Lebung menunjuk pada kawasan rawa lebak yang membentuk cekungan dan lebih dalam. Sering disebut sebagai lubuk.
Tidak tanggung-tanggung, luasan rawa jenis ini di Sumsel mencapai 3.054.347,60 hektar, yang terbagi atas lahan rawa lebak 1.354.805,88 hektar dan lahan pasang surut 1.699.541,71 hektar. Jika dibandingkan total luas Sumsel, 27 persen adalah kawasan rawa, dan dari sekian luas area tersebut, sekitar 58?rada di Kabupaten Ogan Ilir.
Tak heran, jika menyusuri kawasan pedesaan di Ogan Ilir, sejauh mata memandang, hamparan rawa nan luaslah yang membentang. Dari Utara ke Selatan, Barat ke Timur, kawasan basah ini sangat mendominasi. Berbagai jenis ikan dan satwa khas perairan dataran rendah, hidup beranak pinak di kawasan ini. Dari jenis ikan sepat, gabus, tebakang, lele, belido, toman, ular sawah, burung-burung, sampai kerbau rawa, ada semua.
Potensi perikanan yang luar biasa, kemudian mendatangkan kebijakan Lelang Lebak Lebung, yang dipercaya memberikan sumbangan besar bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Ogan Ilir. Dalam satu periode lelang bahkan bisa mencapai angka 6 miliar rupiah lebih. Lebak Lebung di Ogan Ilir menjadi aset ekonomi yang signifikan.
Tetapi, pernahkah terpikirkan, bahwa kawasan Lebak Lebung sejatinya tidak hanya bernilai ekonomis dari apa yang terkandung didalamnya saja. Sebenarnya ada potensi aset wisata lingkungan yang sangat potensial.
Sebagai analogi, jika mendengar istilah Sunset, yang terbayang mungkin adalah kawasan pantai nan indah, berpasir putih halus, memancarkan rona jingga saat matahari akan tenggelam di ujung samudera. Pada wilayah inilah, sunset ala Lebak Lebung di Sumsel juga bisa dinikmati.
Rawa Lebak Lebung adalah hamparan luas berbentuk dataran. Air membentuk danau-danau kecil dominan terlihat, berselang-seling dengan sisi kering yang menyembul di sela-sela keluasan rawa basah. Dedauan purun dan rumput rawa juga ikut hadir memberikan nuansa hijau pada peraknya air rawa tertimpa cahaya matahari.
Apa pesona dominan atau daya tarik terkuat dari gagasan wisata rawa di Ogan Ilir?
Pertama, hamparan rawa luas menjadi sebuah pemandangan menarik, terutama pada pagi dan sore hari menjelang magrib. Di waktu pagi, keasrian lingkungan dengan ketenangan air rawa bergemericik dengan mulai berangkatnya para petani menuju sawah. Tak terkecuali kelincahan tangan-tangan petani dalam membenamkan benih-benih padi. Sementara di sore menjelang magrib, mata akan dimanjakan dengan semburat jingga mentari terbenam. Pendaran cahaya ini semakin menarik karena berselang-seling memantul dari menara masjid ataupun atap deretan rumah panggung warga sekitar.
Kedua, jika berkunjung pada waktu yang tepat, pagi antara jam 6 – 7 pagi dan sore antara jam 17.00 – 18.00, sebuah pemandangan unik dan khas akan pula ditemukan. Di beberapa titik rawa, akan tampak ratusan bahkan mungkin ribuan sosok gelap melintas. Itulah, kerbau rawa khas dan endemik daerah ini sedang berbaris pergi dan pulang ke kandang. Tanduk-tanduk hitam tampak menyembul ke permukaan rawa, para kerbau berenang menyusuri lebak. Pengalaman ini bukan hal yang gampang didapatkan.
Ketiga, bagi yang memiliki hobi memancing, maka wilayah rawa di Ogan Ilir adalah surganya. Sangat banyak spot-spot memancing yang tersebar sepanjang genangan rawa ini. Berbagai jenis ikan air tawar, khas daerah rawa akan dengan mudah ditemukan. Memang banyak rawa-rawa ini yang sudah dimiliki oleh Pengemin tertentu melalui Lelang Lebak Lebung, tetapi ada pengecualian yaitu bagi warga yang hanya ingin sekedar memancing, masih diperbolehkan.
Keempat, disaat musim bertanam padi sudah dimulai, maka pemandangan persawahan yang menghijau serta pagi menguning menjelang panen adalah momen yang sulit untuk diabaikan. Spot-spot photo yang sangat menjanjikan tersedia disini. Latar belakang yang khas pedesaan, menyajikan kesan alamiah yang sangat kuat.
Kelima, edukasi lingkungan. Dikarenakan posisinya yang sangat mudah dijangkau, baik dengan kendaraan roda dua maupun roda empat, maka lokasi ini menjadi wilayah edukasi lingkungan paling efektif, terutama bagi anak-anak. Disana mereka bisa menyaksikan langsung bagaimana interaksi masyarakat dengan alam, bagaimana padi ditanam, apa itu kerbau rawa, apa saja jenis-jenis ikan rawa, proses menangkap ikan, dan sebagainya.
Sayangnya, sampai saat ini, keunggulan wilayah yang potensial ini, belum tersentuh oleh sebuah branding wisata alam yang marketable. Pemerintah cenderung hanya memandang kawasan rawa sebagian sumber PAD, sehingga perlakuan khusus hanya untuk mendapatkan hasil dari Lelang Lebak Lebung. Belum ada sentuhan tourism yang akan menambah daya tarik orang lain untuk berkunjung.
Lebak Lebung masih berbentuk asli sebagaimana adanya. Rerumputan liar ataupun purun-purun (Lepironia articulata) yang diselingi dengan pohon gelam (Melaleuca cajuputi) tumbuh apa adanya.
Sangat disayangkan, aset lokal yang menjanjikan ini, belum mendapatkan sentuhan branding wisata. Sarana prasarana pendukung belum ada, kecuali jalan yang sudah cukup baik. Tak ada tempat bersantai, tak ada Sudung yang khusus untuk pengunjung, tak ada area parkir yang menjamin kenyamanan dan keamanan, tak ada petunjuk arah objek wisata, dan tak ada sesuatu yang menjadi brand khusus. Bahkan adanya Danau Telok Putih yang berada dalam area Pesantren Raudhatul Ulum Desa Sakatiga, tak banyak yang tahu. Tak ada petunjuk ke arah itu.
Padahal, selain Lebak Lebung, wilayah ini terkenal dengan produsen Ikan Asin air tawar yang besar, andalan perekonomian warga setempat. Begitupun Gula Puan, sejenis produk gula yang berasal dari susu kerbau rawa. Ogan Ilir juga dikenal sebagai wilayah seribu santri karena banyak pesantren besar didirikan di sini, yang menyebabkan mobilitas masyarakat juga tinggi. Pun, disini terdapat kampus Perguruan Tinggi terbesar di Sumsel, Unsri dan UIN Raden Fatah yang segera memaksimalkan Kampus Paya Kabung. Semua sangat menjanjikan untuk menarik kedatangan warga lain.
Tetapi sekali lagi, sayangnya, jika saat ini berkunjung ke Ogan Ilir, wisatawan baru sekedar bisa menikmati nikmatnya hidangan Pindang Ikan air tawar, yang diinisiatif oleh beberapa pengusaha yang jeli melihat peluang, duduk memancing di bawah pohon gelam, ataupun berputar-putar mengelili rawa. Selain dari itu, tak ada.
Wisata rawa Lebak Lebung di Ogan Ilir adalah potensi yang kuat. Akses yang mudah dilintasi Jalan Lintas Timur Sumatera, posisi sebagai daerah penyangga kota Palembang, ditambah lagi dengan akses jalan Tol Palembang-Inderalaya, adalah nilai plus yang harus dimanfaatkan. Saat warga Palembang mencari lokasi bersantai yang mudah dijangkau di akhir pekan, Ogan Ilir harusnya bisa menjawab itu.
Ikuti dan bergabung di saluran WhatsApp Tribunsumsel.com