Mahasiswa ITB hingga Unsrat Turun ke Desa, Hadirkan Inovasi Sosial di Daerah Terpencil
Glery Lazuardi June 15, 2025 11:33 AM

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mahasiswa dari berbagai universitas terkemuka Indonesia, seperti ITB, UI, UGM, hingga Unsrat turun langsung ke desa-desa terpencil untuk membawa inovasi sosial dan menjawab tantangan nyata masyarakat melalui program Genera-Z Berbakti.

Kalangan generasi muda ini membuktikan bahwa teknologi dan empati bisa berjalan beriringan untuk membangun negeri dari pinggiran.

Program ini melibatkan 8 tim mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu, yang diterjunkan ke empat desa di Indonesia yakni Wonokitri (Jawa Timur), Dayun (Riau), Pulau Derawan (Kalimantan Timur), dan Teluk Kiluan (Lampung).

Di lokasi-lokasi tersebut, mereka mengembangkan solusi inovatif berbasis kebutuhan lokal, mulai dari pelestarian lingkungan, pemanfaatan teknologi, hingga penguatan kapasitas masyarakat.

Inovasi Mahasiswa untuk Desa: Dari Teknologi hingga Edukasi

Dalam progam yang digagas Bakti BCA, setiap tim menghadirkan pendekatan yang berbeda namun semuanya berakar pada empati dan kolaborasi dengan warga lokal.

Misalnya, tim Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) melakukan pemetaan potensi pariwisata dan konservasi laut di Pulau Derawan, dengan melibatkan masyarakat dalam setiap tahap prosesnya.

Sementara itu, tim Universitas Lampung (Unila) menciptakan Smart Reef Initiative, yakni teknologi berbasis Internet of Things (IoT) yang bisa memantau kesehatan terumbu karang dan memberi peringatan dini terhadap kerusakan lingkungan pesisir.

Dari sisi pemberdayaan masyarakat, tim Universitas Indonesia (UI) memperkenalkan program Savana di Desa Edelweiss, Wonokitri.

Program ini mengintegrasikan edukasi kesehatan, pelatihan bahasa Inggris, dan pelatihan pertanian organik—mendorong ketahanan komunitas secara holistik.

Genera-Z Berbakti bukan hanya kompetisi inovasi, tapi juga ruang belajar dan pengabdian.

Mahasiswa belajar memimpin, menyusun strategi, dan membangun komunikasi setara dengan masyarakat desa. Di balik tantangan lapangan, tumbuh kesadaran baru tentang pentingnya menjadi warga negara yang aktif dan peduli.

Aktris dan panelis program, Happy Salma, mengungkapkan kekagumannya terhadap semangat para peserta.

“Berani memulai itu luar biasa. Tapi lebih dari itu, mereka juga berani mengabdi—meninggalkan kenyamanan, dan memilih belajar langsung dari realitas masyarakat,” ujarnya.

Hal serupa disampaikan Nicholas Saputra, aktor dan aktivis lingkungan, yang menekankan pentingnya pemahaman budaya dan sisi kemanusiaan dalam setiap proyek sosial.

“Ini bukan sekadar soal teknologi. Ini tentang mengenali manusia dan memahami dinamika sosial masyarakat desa,” tuturnya.

Lewat program ini, terlihat jelas bahwa Generasi Z Indonesia tak hanya adaptif terhadap teknologi digital, tetapi juga memiliki kepekaan sosial tinggi dan keberanian untuk terjun langsung ke lapangan.

Final program Genera-Z Berbakti 2025 akan ditayangkan mulai 13 Juni 2025 di kanal YouTube Narasi.

Program ini menjadi ajang inspiratif bagi anak muda Indonesia untuk menunjukkan bahwa inovasi dan pengabdian sosial bisa berjalan beriringan—berawal dari desa, menuju perubahan yang lebih besar untuk negeri.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.