Arena tajen di Desa Songan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali mendadak ricuh, Sabtu (15/6) pukul 17.00 WITA kemarin. Hal ini mengakibatkan penyelenggara tajen bernama Komang Alam Sutawan tewas.
"Situasi di Desa Songan saat ini kondusif dan pihak kepolisian terus melakukan penyelidikan untuk mengungkap motif dan kronologi kejadian sebenarnya. Perkembangan kasus akan disampaikan lebih lanjut," kata Kasi Humas Polres Bangli AKP Wayan Sarta, Minggu (15/6).
Kasus ini bermula saat seorang warga bernama I Wayan Ludes mencari Komang Alam Sutawan di lokasi penyelenggaraan tajen. Mereka kemudian tampak cekcok. Polisi menduga perkelahian ini dipicu salah paham.
Cekcok antara keduanya berujung pada sebuah perkelahian hingga menyebabkan keduanya babak belur. Warga yang ada di lokasi akhirnya melarikan kedua korban ke rumah sakit.
"Komang Alam Sutawan dibawa ke RSU Bangli dan dinyatakan meninggal dunia. Sementara itu, I Wayan Luwes dirujuk ke RSUP Prof IGNG Ngoerah Denpasar untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut," katanya.
Perbesar
Ilustrasi Sabung Ayam. Foto: The Sukreel/Shutterstock
Tajen atau sabung ayam merupakan tradisi yang terus dilestarikan di Bali. Dikutip dari situ Desa Sedang Kabupaten Badung, Bali, Tajen merupakan bentuk simbolis dalam upacara adat Bali atau yang terkenal sebagai Tabuh Rah.
Tabuh Rah berarti meneteskan darah ke bumi yang merupakan bagian ritual bhuta yadnya sebagai salah satu simbol permohonan agar bhuta (pengaruh negatif) tidak mengganggu dan manusia bisa terhindar dari marabahaya.
Tajen pada masa lalu diarahkan untuk memenuhi fungsi yadnya berupa Tabuh Rah, antara lain Tajen Nyuh dan Tajen Taluh. Kedua Tajen jenis ini dilaksanakan setelah tari kincang-kincung, berupa tarian dengan sarana tombak dan keris pada menjelang upacara piodalan selesai.