230 Virus Raksasa Baru Ditemukan, Ada di Hampir Semua Laut Bumi
kumparanSAINS June 15, 2025 03:20 PM
Sekelompok ilmuwan dari University of Miami baru saja menemukan sekitar 230 jenis virus raksasa yang sebelumnya tidak diketahui. Ratusan virus itu ada di hampir setiap lautan di seluruh Bumi.
“Dengan lebih memahami keanekaragaman dan peran virus raksasa di lautan serta bagaimana mereka berinteraksi dengan alga dan mikroba laut lainnya, kita dapat memprediksi dan mungkin mengelola ledakan alga yang bisa membahayakan kesehatan manusia di Florida serta seluruh dunia,” kata Mohammad Moniruzzaman, salah satu dari dua penulis studi dan asisten profesor Department of Marine Biology and Ecology di University of Miami, mengutip IFL Science.
“Fungsi baru yang ditemukan pada virus raksasa dapat memiliki potensi bioteknologi, karena beberapa fungsi ini mungkin mewakili enzim baru.”
Lalu, seberapa besar ukuran virus raksasa tersebut? Sebenarnya tidak begitu besar. Istilah raksasa disematkan karena virus tersebut memiliki partikel hingga berukuran dua mikron, kira-kira seperempat ukuran satu sel darah merah.
Namun, untuk ukuran virus, itu adalah raksasa sesungguhnya. Sebagian besar virus memiliki partikel berukuran sekitar 0,4 mikron, bahkan hingga 0,2 mikron. Virus raksasa mengandung informasi genetik yang jauh lebih banyak daripada virus pada umumnya. Genom mereka dapat memiliki sebanyak 2,5 juta pasangan basa, berbeda dengan sebagian besar virus yang hanya memiliki puluhan ribu pasangan basa.
Ilustrasi danau Laut Kaspia. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi danau Laut Kaspia. Foto: Shutterstock
Faktanya, virus raksasa ini baru ditemukan keberadaannya pada tahun 1980-an. Ini karena secara paradoks, mereka terlalu besar untuk ukuran virus sehingga terabaikan oleh para peneliti.
“Alat tradisional untuk mengisolasi partikel virus adalah penyaringan melalui filter dengan pori-pori 200 nanometer,” jelas James Van Etten, Profesor Patologi Tanaman Terkemuka William Allingtong di University of Nebraska-Lincoln, dalam sebuah artikel tahun 2011 untuk American Scientist. “Virus raksasa tidak terdeteksi selama beberapa generasi penelitian virologi.”
Selain itu, virus raksasa cenderung tidak menginfeksi manusia, atau bahkan hewan. Virus biasanya terkonsentrasi pada protista, seperti alga dan amuba. Namun, dengan beberapa studi yang dilakukan baru-baru ini, kita jadi tahu pentingnya mereka terhadap jaringan ekologi global.
“Kami menemukan bahwa virus raksasa memiliki gen yang terlibat dalam fungsi seluler seperti metabolisme korban dan fotosintesis–yang secara tradisional hanya ditemukan pada organisme seluler,” kata Benjamin Minch, penulis utama studi dan mahasiswa doktoral di Department of Marine Biology and Ecology at the University’s Rosenstiel School of Marine, Atmospheric and Earth Science.
“Hal ini menunjukkan bahwa virus raksasa memainkan peran yang sangat besar dalam memanipulasi metabolisme inangnya selama infeksi dan memengaruhi biogeokimia laut.”
Penemuan ini penting untuk melihat apakah virus berdampak pada kesehatan manusia, dan kesehatan ekologi lokal secara umum. Fitoplankton yang menjadi mangsa virus raksasa sering kali merupakan lapisan dasar seluruh ekosistem laut, jadi dengan memahaminya, kita dapat mendukung lingkungan laut yang semakin tidak aman di planet ini.
“Secara keseluruhan, penelitian kami memberikan wawasan baru mengenai keragaman dan potensi fungsional [virus raksasa] di lautan dunia melalui penambahan 230 genom dengan serangkaian protein fotosintesis yang diperluas serta banyak gen metabolik lainnya,” papar studi yang terbit di jurnal njp viruses.
“Kami berharap genom baru ini beserta anotasi protein akan berguna dalam perluasan wawasan mengenai [virus raksasa] dari kumpulan data metagenomik lebih lanjut di seluruh ekosistem perairan.”
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.