TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Di tengah proses pembangunan pintu Exit Tol Kraksaan, sebuah struktur tak biasa berdiri menjulang. Lokasinya di sisi jalan sebelah kiri saat mau keluar tol. Atau di sisi kanan saat mau masuk tol.
Sekilas, bentuknya menyerupai pohon modern dari masa depan. Dengan cabang-cabang ramping berbalut logam dan daun-daun besar berwarna hijau tua. Ia berdiri anggun menghadap langit biru.
Tapi siapa sangka, daun-daun itu bukan sekadar dekorasi. Ia berputar. Ia bekerja. Ia menghasilkan listrik.
Inilah Hybrid Wind Tree. Pohon energi pertama di Indonesia yang menggabungkan dua sumber alam paling setia: angin dan matahari.
Bukan sekadar proyek teknologi, tapi itu juga menjadi simbol pergeseran paradigma tentang bagaimana kita memandang sumber daya alam.
Dirangkum TIMES Indonesia dari berbagai literatur, konsep Hybrid Wind Tree lahir dari perusahaan inovatif asal Prancis, New World Wind. Perusahaan ini memperkenalkan teknologi bernama Aeroleaf. Sebuah turbin angin mikro berbentuk daun yang dapat menangkap angin dari segala arah.
Turbin ini didesain agar tetap berputar meski dalam kecepatan angin rendah. Bahkan di bawah 10 km/jam.
Yang membuatnya unik adalah kombinasi dengan panel surya mini di bagian pangkal daunnya. Dengan sistem ini, satu pohon bisa menghasilkan energi sepanjang hari.
Dari angin yang berhembus malam hingga matahari yang bersinar di siang hari. Kombinasi ini membuat pohon tidak hanya aktif dalam satu kondisi cuaca. Tetapi adaptif terhadap perubahan alami.
Menurut data pengembang, satu unit Wind Tree dengan sekitar 36–54 daun turbin dapat menghasilkan hingga 3.000–4.000 kWh listrik per tahun. Daya itu cukup untuk menerangi fasilitas umum seperti lampu jalan, CCTV, atau stasiun pengisian daya.
Probolinggo mungkin tidak pernah dibayangkan menjadi lokasi pertama Hybrid Wind Tree di Indonesia. Namun, Exit Tol Kraksaan itu kini mencatat sejarah.
Inisiatif ini digerakkan oleh PT Jasamarga Probolinggo Banyuwangi (JPB), pengelola ruas Tol Probowangi, bersama pelaksana konstruksi PT Adhi Karya dan mitra lainnya. Mereka tidak hanya membangun jalan, tapi juga membawa teknologi hijau untuk masyarakat.
Pemilihan lokasi ini bukan tanpa alasan. Kabupaten Probolinggo dikenal memiliki potensi angin lokal yang kuat. Terutama fenomena Angin Gending yang muncul secara musiman. Instalasi ini adalah bentuk nyata dari bagaimana alam lokal bisa dimanfaatkan, bukan ditaklukkan.
Dalam unggahan resminya, tim proyek menyebut pohon ini sebagai “ikon energi masa depan” dan “etalase publik teknologi ramah lingkungan”. Di masa depan, lokasi ini bahkan direncanakan menjadi titik edukasi bagi pelajar dan warga yang ingin mengetahui lebih jauh tentang teknologi hijau.
Tidak seperti turbin angin besar yang mendominasi langit dan memerlukan lahan luas, Hybrid Wind Tree hadir dalam bentuk artistik dan fungsional. Ini adalah contoh bagaimana energi tidak harus dibungkus dalam beton dan kabel, melainkan bisa disajikan dengan keindahan.
Bayangkan, seorang anak kecil melintas di dekat pohon ini, menanyakan kepada orang tuanya: “Ma, kenapa daun-daunnya bisa muter?”
Di situlah teknologi menjelma jadi edukasi. Sebuah desain yang mengundang tanya, bukan sekadar menyuplai daya.
Pohon ini bahkan tidak berisik. Tidak mengganggu burung, dan tidak memerlukan perawatan kompleks. Desainnya modular, dapat disesuaikan dengan jumlah daun, tinggi batang, bahkan warna sesuai kebutuhan ruang publik.
Dalam konteks nasional, kehadiran Hybrid Wind Tree ini sejalan dengan target pemerintah Indonesia mencapai bauran energi terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025. Meski skala satu pohon tidak sebanding dengan pembangkit besar, simbolnya sangat kuat. Bahwa energi masa depan bisa hadir dalam bentuk yang tidak menakutkan, tidak merusak lanskap, dan justru mempercantik ruang kota.
Lebih jauh, pohon ini juga merupakan pengingat bahwa energi terbarukan tidak harus selalu mahal, tidak harus selalu skala industri. Ia bisa menjadi bagian dari arsitektur ruang publik, dari perkantoran hingga sekolah, dari taman kota hingga jalur tol.
Kehadiran Hybrid Wind Tree di Probolinggo membuka pertanyaan penting: kapan daerah lain menyusul? Jika teknologi ini terbukti efektif dan berfungsi optimal, tidak menutup kemungkinan akan hadir pohon-pohon energi lain di rest area, kawasan wisata, hingga pusat kota.
Bahkan lebih jauh, pohon ini bisa menjadi bagian dari transformasi visual Indonesia. Menanam energi hijau dalam arti harfiah, dan menjadikannya bagian dari kebudayaan sehari-hari.
Hybrid Wind Tree bukan hanya penemuan, tapi ajakan. Ajakan untuk menatap energi masa depan dengan cara yang lebih bersahabat, lebih indah, dan lebih dekat dengan kehidupan manusia.
Semua itu kini dimulai dari satu pohon. Pohon yang tumbuh bukan dari akar, melainkan dari harapan dan angin. (*)