Beras Murah Bulog Kembali Disalurkan Akhir Juni 2025, Fokus Indonesia Timur
kumparanBISNIS June 16, 2025 01:00 AM
Pemerintah kembali menyalurkan beras murah melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) pada akhir Juni 2025. Namun, berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, distribusi kali ini dilakukan secara terbatas, dengan prioritas diberikan kepada wilayah-wilayah yang benar-benar membutuhkan, terutama di kawasan Indonesia Timur seperti Papua dan Maluku Utara.
“Akhir Juni (penyaluran SPHP). Kan kita perlu persiapan untuk packaging 5 kilogram. Kemudian menyasar yang utama adalah daerah-daerah yang memang saudara-saudara kita perlu duluan, Indonesia Timur, Papua, Maluku Utara,” kata Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi di kantor Kemenko Pangan, Kamis (12/6).
Menurut Arief, penyaluran SPHP tahun ini dilakukan secara lebih selektif. Pemerintah ingin memastikan distribusi beras murah benar-benar tepat sasaran, sekaligus menjaga keseimbangan harga antara tingkat konsumen dan produsen, khususnya petani.
“SPHP dikeluarkan harus sesuai dengan peruntukan. Misalnya pada waktu kita tidak panen, panennya terbatas, perlu stabilisasi harga dan pasokan, itu SPHP dikeluarkan. Dan itu kita menugaskan Bulog seizin ratas atau rakortas,” katanya.
SPHP sempat dihentikan setelah Februari lalu. Saat itu, pemerintah fokus menjaga harga gabah kering panen (GKP) agar tetap berada di kisaran Rp 6.500 per kilogram. Arief menekankan pentingnya menjaga keseimbangan tersebut agar kebijakan satu tidak justru melemahkan yang lain.
Hingga pertengahan Juni, Bapanas telah menerima permintaan distribusi SPHP dari 17 kabupaten di delapan provinsi. Sebagian besar permintaan datang dari wilayah Indonesia Timur yang tengah mengalami kenaikan harga beras.
“Akhir Juni dimulai dari beberapa daerah yang angkanya (harga) naik. Per hari ini, Badan Pangan Nasional mendapatkan surat pengajuan dari 8 provinsi atau dari 17 bupati. Daerah-daerah tersebut meminta untuk dilakukan SPHP,” jelas Arief.
Perbesar
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi di Kantor Kemenko Bidang Pangan, Kamis (12/6). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
Tahun ini, mekanisme distribusi SPHP juga mengalami perubahan. Selain melalui pasar tradisional dan ritel modern, beras murah akan disalurkan lewat outlet baru, yaitu Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih (Kopdes Merah Putih).
“Begitu ada Kopdes Merah Putih, salah satu outlet-nya adalah Kopdes Merah Putih. Kita salurkan dalam bentuk 5 kilogram ke outlet-outlet yang terverifikasi,” katanya.
Dari sisi ketersediaan, Arief memastikan stok beras pemerintah dalam kondisi aman. Saat ini, cadangan beras pemerintah (CBP) mencapai 4,1 hingga 4,2 juta ton. Dari jumlah tersebut, sekitar 2,5 juta ton merupakan hasil pengadaan sepanjang tahun berjalan.
“SPHP rata-rata (volume) kalau kita lihat sekitar 120 sampai 150 ribu ton sebulan. Tapi sekarang kita sangat selektif, hanya menyasar ke daerah yang memang paling perlu,” tutur Arief.
Menurut dia, intervensi SPHP sudah tepat. Setelah puncak panen raya pada April lalu, produksi beras nasional kini mulai menurun, sehingga intervensi harga menjadi krusial.
“Kalau yang kemarin kan (panen) lebih dari 5 juta ton, sekarang mungkin sekitar 2,6 sampai 2,8 juta ton setara beras. Jadi, sudah tepat kebijakan kita. Pada saat panen raya waktunya Bulog menyerap, pada saat mulai turun produksi, harga juga mulai terlihat, kita melakukan intervensi,” ujarnya.