Ilmuwan Kirim Tikus Tanah ke Gunung AS yang Tandus, Begini Dampaknya
kumparanSAINS June 16, 2025 09:22 AM
Gunung St. Helens di Washington, AS, pernah erupsi pada 1980 lalu. Letusan lava, abu, dan material vulkanik dari gunung tersebut membuat lanskap sekitarnya menjadi tandus, dan butuh waktu puluhan tahun untuk areanya kembali subur.
Namun, sekelompok ilmuwan punya ide tak biasa untuk membantu proses pemulihan tersebut: Kirim tikus tanah dalam misi satu hari ke gunung tersebut.
Tumbuhan berjuang untuk kembali ke area sekitar Gunung St. Helens, yang kini berada di bawah lapisan pecahan batu apung. Sementara itu, lapisan atasnya hancur akibat letusan dan aliran lava, tanah di bawahnya mungkin masih kaya akan bakteri dan jamur.
“Mikroorganisme tanah mengatur siklus nutrisi, berinteraksi dengan banyak organisme lain, dan dapat mendukung jalur kesuburan di area sekitar, bahkan dalam kondisi yang keras,” papar tim peneliti dalam makalah yang terbit di jurnal Frontiers in Microbiomes.
“Kecuali beberapa gulma, tidak mungkin sebagian besar akar tanaman bisa efisien untuk mendapatkan semua nutrisi dan air yang mereka butuhkan sendiri,” tambah Michael Allen, rekan penulis studi dan ahli mikrobiologi di University of California Riverside. “Jamur mengangkut semua zat ini ke tanaman dan memperoleh karbon yang mereka butuhkan untuk pertumbuhan mereka sendiri sebagai gantinya.”
Pasca-letusan, para peneliti percaya tikus tanah dapat menjadi pilihan tepat untuk mengembalikan semuanya.
“Mereka sering dianggap hama, tapi kami pikir mereka akan mengambil tanah lama, memindahkannya ke permukaan, dan di sanalah pemulihan akan terjadi,” papar Allen.
Ilustrasi tikus tanah. Foto: schnehe/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tikus tanah. Foto: schnehe/Shutterstock
Peneliti mulai mengirim tikus tanah ke daerah tandus Gunung St. Helens 2 tahun setelah letusan. Tikus tanah ditempatkan di area tertutup sebagai percobaan dan menghabiskan satu hari untuk menggali di batu apung.
Meski cuma sehari, dampak yang diberikan sangat luar biasa. Lebih dari 40.000 tanaman tumbuh subur di tempat para tikus tanah tinggal setelah 6 tahun, dengan sebagian lahan di sekitarnya tetap tandus. Ilmuwan mempelajari daerah tersebut lebih dari 40 tahun kemudian, dan menemukan hewan pengerat itu telah meninggalkan warisan luar biasa.
Area bekas aktivitas tikus tanah ternyata memiliki komunitas bakteri dan jamur yang jauh lebih beragam dibandingkan hutan tua di sekitarnya. Bahkan lebih subur dari hutan yang pernah ditebang sebelum erupsi.
“Pada 1980-an, kami hanya menguji reaksi jangka pendek. Siapa sangka bisa memasukkan tikus tanah ke sana dan melihat efek sisa 40 tahun kemudian?”
Pemulihan ini bukan hanya tikus tanah saja yang berjasa. Mikoriza, jamur yang bersimbiosis dengan akar tanaman, juga memainkan peran penting. Fungi ini membantu pohon pinus dan cemara memulihkan diri dengan cepat pasca letusan, dengan menyerap nutrisi dari jarum yang gugur akibat abu vulkanik.
"Pohon-pohon ini memiliki jamur mikoriza sendiri yang mengambil nutrisi dari jamur yang jatuh dan membantu mempercepat pertumbuhan kembali pohon," ujar Emma Aronson, ahli mikrobiologi lingkungan UCR dan salah satu penulis makalah. "Pohon tumbuh kembali hampir seketika di beberapa tempat. Tidak semuanya mati seperti yang diperkirakan semua orang."
"Masih belum banyak yang tumbuh di area yang ditebang habis," kata Aronson. "Sungguh mengejutkan melihat tanah hutan tua dan membandingkannya dengan area mati."
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.