SURYA.CO.ID, TUBAN - Gabungan petani dari Kecamatan Plumpang dan Widang nekat menjebol tanggul Waduk Jabung Ring Dyke yang berada di pintu air (Dam) inlet swis 2, di Dusun/Desa Banjar Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur (Jatim), Senin (16/6/2025).
Hal ini terpaksa dilakukan oleh para petani, sebab mereka merasa geram atas banjir yang merendam area persawahan tak kunjung surut dari tahun 2024 akhir.
Akibat dari banjir ini, para petani terancam kehilangan mata pencaharian, karena tidak bisa menanam padi.
Mereka menuding, bahwa banjir yang terjadi sejak 2024 ini, disebabkan karena inlet swis 2 tak bisa mengalirkan air ke area waduk secara maksimal.
Dengan demikian, hari ini mereka nekat menjebol tanggul sisi kiri dan kanan inlet swis 2 menggunakan ekskavator.
“Kami paksa jebol tanggul, karena petani dari kecamatan Plumpang dan Widang terancam gagal tanam,” ujar Tawar (60) seorang petani asal Desa Cangkring, Kecamatan Plumpang, Tuban.
Lebih lanjut Tawar menjelaskan, jika tak maksimalnya inlet swis 2 karena beberapa faktor, seperti pintu airnya terlalu sempit dan dangkal.
Selain itu, adanya area persawahan di dalam waduk juga turut mempengaruhi tampungan air di dalam waduk.
“Pintu airnya terlalu sempit dan dangkal. Persawahan di dalam waduk juga turut mempengaruhi. Imbasnya pada lahan pertanian di dua kecamatan (Widang dan Plumpang),” imbuhnya.
Luas area persawahan yang terendam banjir di dua kecamatan diperkirakan mencapai 12.000 hektare.
“Total terendam air untuk Kecamatan Plumpang 7.500 hektare, untuk Widang kurang lebih 4.500 hektare,” beber Tawar.
Tawar berharap, untuk ke depannya setelah tanggul dijebol ada tindak lanjut dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo, atau pemerintah daerah.
Agar pintu inlet swis 2 diperlebar, supaya tidak terjadi kejadian banjir seperti kali ini lagi di kemudian hari.
Selain Tawar, salah satu petani asal Desa Banjar, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban, Wahyudi (48) juga mengeluhkan jika banjir di musim kemarau tahun ini merupakan banjir terparah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
"Dulu juga pernah banjir, namun tak separah ini,” ujarnya.
Akibat banjir yang merendam wilayah pertanian di Desa Banjar, ada sekitar 120 hektare lahan pertanian yang tidak bisa digarap.
“Lahan pertanian di Desa Banjar ada 360 hektare, namun yang tidak bisa ditanami karena banjir ada sekitar 120 hektare,” pungkas Wahyudi.