Harga Minyak Mentah Anjlok 1,66 Persen di Tengah Seran Israel-Iran
kumparanBISNIS June 17, 2025 10:21 AM
Harga komoditas ditutup bervariasi pada penutupan perdagangan Senin (16/6). Harga minyak mentah anjlok karena Iran berharap adanya gencatan senjata dengan Israel.
Sementara harga minyak kelapa sawit melesat di atas 4 persen karena peningkatan permintaan. Berikut rangkumannya dari berbagai sumber.
Minyak Mentah
Harga minyak mentah anjlok USD 1 per barel pada Senin, dalam perdagangan yang bergejolak setelah adanya laporan bahwa Iran sedang berusaha mengakhiri konflik dengan Israel, meningkatkan kemungkinan gencatan senjata dan meredakan kekhawatiran akan terganggunya pasokan minyak mentah dari kawasan tersebut.
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent turun USD 1, atau 1,35 persen menjadi USD 73,23 per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD 1,21, atau 1,66 persen menjadi USD 71,77 per barel.
Perbesar
Ilustrasi kilang minyak di tengah laut. Foto: Shutterstock
Iran telah meminta Qatar, Arab Saudi, dan Oman untuk menekan Presiden AS Donald Trump agar menggunakan pengaruhnya terhadap Israel untuk segera melakukan gencatan senjata sebagai imbalan atas keluwesan Teheran dalam pembicaraan mengenai program nuklirnya
Batu Bara
Sedangkan harga batu bara menguat pada penutupan perdagangan Senin. Berdasarkan situs tradingeconomics, harga batu bara naik tipis 0,71 persen berada di posisi USD 106 per ton.
Harga batu bara Newcastle berjangka naik menjadi USD 105 per ton pada awal Juni, bangkit dari level terendah empat tahun di USD 93,7 yang disentuh pada akhir April di tengah tanda-tanda sedikit peningkatan permintaan. Data perdagangan menunjukkan impor batu bara termal melalui laut dari konsumen utama India dan China meningkat ke titik tertinggi lima bulan pada bulan Mei.
Di sisi pasokan, produksi Indonesia mencapai rekor 836 juta ton tahun lalu, melampaui target awalnya sebesar 18 persen. Lebih lanjut, China berencana untuk meningkatkan produksi sebesar 1,5 persen menjadi 4,82 miliar ton tahun ini setelah jumlah produksi rekor pada tahun 2024.
CPO
Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) melonjak pada penutupan perdagangan Senin. Harga CPO berdasarkan tradingeconomics melesat 4,23 persen menjadi MYR 4.093 per ton.
CPO berjangka Malaysia naik di tengah kenaikan lebih lanjut harga minyak mentah karena ketegangan geopolitik. Di sisi ekspor, pengiriman naik 26,3 persen dari periode yang sama di bulan Mei menjadi 662.580 metrik ton selama 1–15 Juni, Intertek Testing Services melaporkan. Seorang pakar industri juga mencatat baru-baru ini bahwa ekspor mungkin mencapai puncaknya sekitar bulan Agustus.
Perbesar
Tandan buah sawit segar yang baru dipanen. Foto: Faiz Zulfikar/kumparan
Di pembeli utama India, impor minyak sawit melonjak 84 persen pada bulan Mei dari April ke level tertinggi enam bulan, didorong oleh persediaan rendah dan diskon yang lebih luas untuk soyoil dan minyak bunga matahari. Namun, kenaikan dibatasi oleh kekhawatiran atas meningkatnya persediaan, dengan stok akhir Mei naik 6,7 persen menjadi 1,99 juta ton. Sementara itu, produksi diperkirakan terus meningkat hingga September, didukung oleh cuaca yang baik dan penanaman kembali.
Nikel
Harga nikel terpantau mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Senin. Harga nikel berdasarkan tradingeconomics sedikit menurun 0,27 persen menjadi USD 15.070 per ton.
Harga nikel berjangka diperdagangkan sekitar USD 15.000 per ton, tidak jauh dari level terendah lebih dari empat tahun di USD 14.150 yang dicapai pada April, tertekan oleh kekhawatiran kelebihan pasokan yang terus-menerus. Hal ini didorong oleh melonjaknya produksi di Indonesia, yang sekarang menyumbang sekitar 63 persen dari output global. Analis memperkirakan surplus akan bertahan hingga 2027-2028 karena beberapa proyek Indonesia hampir selesai.
Sementara itu, pertumbuhan permintaan yang lebih lemah, sebagian karena kenaikan baterai lithium iron phosphate (LFP) yang lebih mura, telah semakin membebani harga. Analis sekarang memperkirakan permintaan nikel dari sektor baterai sebesar 967.000 ton pada tahun 2030, turun tajam dari 1,5 juta sebelumnya. Sekitar seperempat produsen global sekarang beroperasi dengan kerugian, dan peleburan Indonesia menghadapi margin yang tertekan.
Timah
Sementara itu, harga timah mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Senin. Harga timah berdasarkan situs London Metal Exchange (LME) turun tipis 0,28 persen dan menetap di USD 32.617 per ton.
Menurut catatan tradingeconomics, harga timah naik ke USD 32.700 pada Juni, didorong oleh optimisme baru dari hubungan perdagangan AS-China yang membaik. Sentimen pasar semakin didukung oleh pembicaraan perdagangan tingkat tinggi antara AS dan pejabat China di London, diskusi difokuskan pada meredakan ketegangan atas ekspor mineral tanah jarang dan akses teknologi canggih.
Menambah momentum, perusahaan yang berbasis di UEA, International Resources Holding (IRH), mengakuisisi saham mayoritas di Alphamin Resources, produsen timah terkemuka di Republik Demokratik Kongo. Akuisisi strategis ini menyoroti meningkatnya minat global di sektor mineral penting Afrika dan diharapkan dapat memperluas kapasitas produksi dan pengaruh pasar Alphamin.