Sri Mulyani Soroti Harga Nikel-CPO Anjlok Bikin Penerimaan Pajak Turun
kumparanBISNIS June 17, 2025 09:20 PM
Menteri Keuangan Sri Mulyani mewaspadai penurunan harga komoditas unggulan ekspor Indonesia, mulai dari nikel hingga crude palm oil (CPO), bakal menekan penerimaan negara dari sisi perpajakan.
Sri Mulyani mengatakan, dua komoditas pertambangan yang penting bagi penerimaan negara yakni nikel dan tembaga. Untuk nikel, harganya tercatat merosot hingga 12 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Sementara itu, harga nikel secara bulanan (month to month/mtm) menurun 4 persen, serta sepanjang Januari-Mei 2025 atau year to date (ytd) harga nikel menurun1,3 persen.
"Harga nikel dalam hal ini secara month to month saja drop 4 persen, year on year dropnya 12 persen, hanya year to date dropnya lebih sedikit yaitu 1,3 persen," ungkap Sri Mulyani saat konferensi pers APBN KITA 2025, Selasa (17/6).
"Ini menggambarkan salah satu komoditas kontributor ekspor kita di nikel itu juga akan mengalami penurunan dari sisi kontribusi perpajakannya," imbuhnya.
Sementara harga tembaga, lanjut Sri Mulyani, sedikit lebih baik karena komoditas tersebut penting untuk industri teknologi digital, sehingga harganya mengalami kenaikan 10 persen (ytd) dan 3 persen (yoy).
Kemudian, dia juga mencatat harga komoditas lain seperti CPO juga cenderung menurun, yakni secara year to date mengalami koreksi 18 persen, namun membaik jika dibandingkan tahun lalu sebesar 18 persen.
"Kita lihat penurunan terutama dari Januari ke Mei, tapi kalau kita lihat antara Mei tahun ini dengan Mei tahun lalu ada kenaikan. Tahun lalu memang berat sekali penurunan dari CPO ini harganya," tutur Sri Mulyani.
Di sisi lain, Sri Mulyani juga menyebutkan komoditas beras harganya naik 3 persen secara tahunan, namun secara year to date mengalami koreksi 1,8 persen.
Tidak hanya itu, Bendahara Negara itu juga mengungkapkan harga minyak mentah Brent cenderung menurun, secara tahunan turun 15 persen, serta year to date juga minus 0,5 persen. Namun, secara bulanan, harga Brent sudah melesat 11 persen.
"Beberapa hari semenjak terjadinya perang Iran dan Israel, terjadi spike, tadi yang merah itu menanjak tinggi banget," jelasnya.
Sri Mulyani juga menyoroti kenaikan harga batu bara. Secara year to date atau Januari hingga Mei 2025, harganya menurun 16 persen dan 21 persen secara tahunan, namun naik 5 persen dalam 1 bulan terakhir.
"Bulan Mei-Juni ini kenaikan harga batu bara bahkan sudah menembus di atas USD 100 lagi yaitu USD 105,3, jadi ada kecenderungan ada spike kira-kira terjadi di Juni," jelas Sri Mulyani.
Menurutnya, fluktuasi harga komoditas tersebut tidak hanya dipengaruhi mekanisme permintaan dan penawaran maupun dari pertumbuhan ekonomi, melainkan juga rentan terhadap pergolakan politik seperti yang sedang terjadi di Timur Tengah.
"Inilah yang harus kita waspadai, karena penerimaan negara kita juga nanti akan dipengaruhi oleh hal-hal yang tidak sepenuhnya dalam kontrol kita seperti geopolitik maupun perekonomian dunia," tegas Sri Mulyani.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.