Kenapa Traveler Mudah Jatuh Cinta Saat Traveling? Ini Penjelasan Ilmiahnya
kumparanTRAVEL June 18, 2025 10:21 AM
Saat traveling, tak sedikit traveler yang mengaku menemukan pasangan atau pujaan hatinya. Seorang traveler bernama Kelly Tolliday misalnya, ia yang bepergian ke Irlandia bersama temannya untuk menghadiri pernikahan justru menemukan kekasih.
Lanie van der Horst, seorang kreator blog perjalanan keluarga, juga menemukan cinta saat bepergian ke luar negeri. Ia bertemu dengan calon suaminya dalam sebuah tur selama tiga minggu.
Ilustrasi pasangan traveling di Yunani Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pasangan traveling di Yunani Foto: Shutter Stock
Terakhir, Isheeta Borkar, salah satu pemilik dan penulis Travelicious Couple, menemukan cinta saat bepergian. Ia bertemu dengan seseorang di Tinder saat mengunjungi Seattle.
Ternyata, fenomena ini tidak hanya romantis, tetapi juga memiliki dasar ilmiah yang kuat. Mulai dari penurunan stres hingga keterbukaan terhadap pengalaman baru, para ahli menyebut traveling menciptakan lingkungan ideal untuk jatuh cinta.

Stres Menurun, Hati Lebih Terbuka

Traveling dengan pasangan dengan menggunakan motor Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Traveling dengan pasangan dengan menggunakan motor Foto: Shutter Stock
Dilansir Huffpost, pakar perjalanan sekaligus Direktur Parklink di Inggris, Daniel Clarke, mengatakan bahwa ketika traveling kita justru merasa lebih rileks.
“Saat bepergian ke luar negeri, kita cenderung merasa lebih rileks, tidak terlalu khawatir dengan stres kehidupan sehari-hari,” ujar dia.
Hal senada juga diungkapkan oleh jurnalis di bidang sains, Florence Williams. Ia mengatakan bahwa secara ilmiah, lingkungan baru seperti alam bebas mampu menurunkan indikator biologis stres, seperti tekanan darah, detak jantung, dan pernapasan hanya dalam waktu tiga hari.
Saat stres berkurang, seseorang akan lebih terbuka terhadap pengalaman dan hubungan baru.
“Inilah salah satu alasan utama kita bepergian, untuk keluar dari rutinitas dan merasakan kehidupan yang berbeda,” kata Pendiri Luxury India Tours LLP, Sunil Gupta.

Rasa Menjadi Diri Sendiri

Ilustrasi Pasangan yang Traveling Bersama Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pasangan yang Traveling Bersama Foto: Shutter Stock
Traveling juga memberikan efek psikologis "awal baru" yang membuat seseorang lebih reseptif secara emosional dan penasaran terhadap orang-orang di sekitarnya. Dalam suasana tersebut, banyak yang merasa lebih menjadi dirinya sendiri, lepas dari ekspektasi sosial atau tekanan pekerjaan.
“Ketika traveling, kita lebih hadir di momen sekarang dan tidak terlalu terbebani ekspektasi,” jelas traveler sekaligus penulis perjalanan, Borkar.
Kondisi ini membuat seseorang lebih autentik, yang kemudian bisa menjadi magnet bagi hubungan yang tulus.

Peluang Bertemu Orang Baru

Ilustrasi perempuan solo traveling. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan solo traveling. Foto: Shutterstock
Konsep "growth mindset" dari psikolog Carol Dweck menjelaskan bahwa saat seseorang berada dalam zona belajar atau adaptasi, mereka lebih terbuka membentuk hubungan yang bermakna. Perjalanan dengan segala tantangan dan hal barunya mendorong seseorang ke zona ini.
“Dalam situasi belajar dan berkembang, koneksi antarmanusia menjadi lebih mudah terbentuk,” kata Tolliday.
Berbagi momen unik, seperti main zipline di hutan hujan atau tersesat di desa kecil di Italia dapat mempererat hubungan dalam waktu singkat. Hal ini berkaitan dengan dopamin, zat kimia otak yang muncul saat kita menjalani sesuatu yang menyenangkan dan penuh petualangan.
“Ketika emosi sedang tinggi, kemungkinan merasa tertarik pada orang lain juga meningkat,” ujar Holt, pakar hubungan. Ini juga ditegaskan dalam studi dari Journal of Personality and Social Psychology.
Banyak traveler merasa tidak terlalu khawatir dengan konsekuensi negatif, karena suasana liburan terasa seperti dunia terpisah dari kehidupan nyata. Hal ini membuat mereka lebih berani menunjukkan sisi rentan dan jujur pada orang asing yang sering kali menjadi fondasi hubungan romantis.
“Jenis kerentanan seperti ini, menurut pengalaman saya, justru bisa jadi awal dari koneksi yang nyata,” kata Gupta.

Tips Destinasi untuk Jatuh Cinta Saat Traveling

Ilustrasi wanita pebisnis traveling. Foto: Standret/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi wanita pebisnis traveling. Foto: Standret/Shutterstock
Ingin mengalami kisah cinta seperti ini saat traveling? Para ahli menyarankan beberapa hal.Pertama, kamu bisa mengikuti tur berkelompok atau kegiatan berbasis pengalaman, karena memberi kesempatan berinteraksi dengan orang yang punya minat serupa.
Kedua, pilih tempat dengan infrastruktur sosial yang sesuai nilai dan gaya hidupmu. Berikutnya, tentukan tujuan sesuai minat pribadi, seperti Florence atau Kyoto untuk pecinta seni dan budaya.
“Kalau kalian sudah memilih tur yang sama, kemungkinan besar punya ketertarikan yang serupa,” pungkas Clarke.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.