VIRAL Sosok Mbah Setu Muadzin di Sukoharjo Wafat Saat Kumandangkan Adzan Malam
Angel aginta sembiring June 19, 2025 02:30 AM

TRIBUN-MEDAN.COM – Viral sosok Mbah Setu Muadzin di Sukoharko yang wafat saat kumendangkan adzan malam.

Mbah Setu Rusdyanto meninggal saat mengumandangkan adzan pada Selasa (17/6/2025) dini hari.

Warga Desa Sanggrahan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo pun kini kehilangan sosok muadzin Masjid Mujahidin Manang tersebut.


Mbah Setu tiba-tiba terjatuh dan saat ditolong warga, Mbah Setu sudah tidak bernyawa.

Detik-detik meninggalnya Mbah Setu saat mengumandangkan adzan malam ini sempat terekam kamera CCTV dan menjadi viral di media sosial. 

Peristiwa tersebut terjadi di Masjid Mujahidin Manang, Desa Sanggrahan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, pada Selasa (17/6/2025) sekira pukul 02.56.

Dalam video yang beredar di berbagai media sosial, terdengar suara adzan yang dilantunkan muadzin Setu Rusdyanto (69), hingga tiba-tiba terhenti tepat di lafaz "ash-shalaatu khairun minan naum” untuk kedua kalinya. 

Tak lama kemudian, suara benda jatuh terdengar, diduga berasal dari tubuh Setu di dalam masjid.

Video tersebut memicu reaksi haru dari warganet. 

Banyak yang menyebut kejadian itu sebagai contoh husnul khatimah karena almarhum wafat dalam kondisi mengumandangkan panggilan salat.

Ketua tamir sekaligus imam Masjid Mujahidin Manang Sukoharjo, Rusdi Sholeh (63), membenarkan kejadian tersebut. 

Dia mengatakan, almarhum Mbah Setu yang akrab dipanggil "Daim", memang dikenal sebagai sosok yang rutin mengumandangkan adzan malam.

"Pak Setu datang ke masjid sekira pukul 02.30."

"Sebelum adzan, beliau biasa bersih-bersih terlebih dahulu."

"Untuk adzan malam biasanya dimulai pukul 02.50," kata Rusdi seperti dilansir dari TribunSolo.com, Rabu (18/6/2025).


Menurut Rusdi, Mbah Setu sering melepas bajunya saat membersihkan masjid karena kebiasaannya dan saat adzan malam. 

"Adzan berkumandang sampai lafaz ‘ash-shalaatu khairun minan naum’ yang kedua, lalu beliau terjatuh," jelasnya.

Rusdi mengungkapkan, panggilan "Daim" diberikan kepadanya sebagai harapan agar Mbah Setu selalu istiqomah dalam memakmurkan masjid, terutama untuk adzan malam. 

"Saya yang kasih nama Daim, biar istiqomah."

"Bangun jam segitu itu berat dan beliau luar biasa," ujar Rusdi.

Rusdi menambahkan, selama ini Mbah Setu tidak memiliki riwayat penyakit serius. 

Dia dikenal sebagai sosok yang rajin salat lima waktu di masjid dan sangat peduli terhadap kebersihan serta aktivitas ibadah.

"Riwayat sakit tidak ada."

"Pak Setu spesialis adzan malam."

"Saat itu kami sudah mencoba melakukan pertolongan pertama seperti penekanan dada, tapi beliau sudah tidak bernyawa," ungkapnya.

Seusai kejadian, jenazah Mbah Setu langsung dibawa pulang ke rumah duka oleh tamir dan warga, kemudian dimakamkan di pemakaman muslim di kawasan Masaran, Kabupaten Sragen.

artikel ini telah tayang di Tribun Jateng

(*/ Tribun-medan.com)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.