Kunci Jawaban PAI Kelas 10 SMA/SMK Kurikulum Merdeka Halaman 302: Soal Refleksi
Endra Kurniawan June 20, 2025 01:31 AM

TRIBUNNEWS.COM – Simak, berikut ini merupakan kunci jawaban buku pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas 10 SMA/SMK Kurikulum Merdeka halaman 302, karangan Ahmad Taufik, dkk. terbitan Kemdikbud Ristek tahun 2021.

Pada buku pelajaran buku pelajaran PAI kelas 10 SMA/SMK Kurikulum Merdeka halaman 302 terdapat latihan soal Aktivitas Refleksi.

Dalam soal tersebut siswa diminta menjawab pertanyaan yang telah terlampir.

Sebagai catatan, sebelum melihat kunci buku pelajaran PAI Kelas 10 SMA/SMK Kurikulum Merdeka halaman 302 siswa diminta untuk terlebih dahulu menjawab soal secara mandiri.

Kunci jawaban ini digunakan sebagai panduan dan pembanding oleh orang tua untuk mengoreksi pekerjaan anak.

Kunci Jawaban PAI Kelas 10 SMA/SMK Kuriklum Merdeka Hal 302

Refleksi

Pernahkah kalian menyaksikan berita atau artikel seorang mubaligh, ulama, atau penceramah yang pada saat menyampaikan dakwahnya, berisi substansi atau konten yang mengandung ujaran kebencian, ucapan-ucapan kasar, memaki-maki dan bahkan menggunakan cara-cara kekerasan? Pernah jugakah kalian menyaksikan kelompok masyarakat yang melakukan tindakan ekstrim, melakukan perusakan tempat ibadah agama lain, melakukan persekusi terhadap jamaah atau anggota dari agama lain dan kemudian mencuat menjadi isu SARA? Bagaimana pendapat kalian? Tuliskan jawaban beserta argumen pendukung kalian dan presentasikan di kelas!

JAWABAN:

Pendapat Saya Mengenai Dakwah dengan Ujaran Kebencian dan Tindakan Ekstremisme atas Nama Agama

Saya pernah menyaksikan beberapa berita dan video yang memperlihatkan seorang mubaligh atau penceramah yang saat menyampaikan dakwahnya, menggunakan bahasa yang kasar, memaki pihak lain, bahkan menyampaikan ujaran kebencian terhadap kelompok tertentu. Selain itu, tidak jarang kita mendengar tentang kelompok masyarakat yang melakukan tindakan kekerasan terhadap rumah ibadah atau jamaah dari agama lain. Tindakan ini sangat memprihatinkan dan merusak citra agama itu sendiri.

Menurut saya, dakwah seharusnya menjadi sarana penyebaran kebaikan, perdamaian, dan kasih sayang. Nabi Muhammad SAW sendiri dikenal sebagai sosok yang lemah lembut dalam berdakwah dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam. Ketika dakwah justru diisi dengan kata-kata kasar dan kebencian, maka pesan kebenaran yang seharusnya disampaikan menjadi tertutup oleh emosi dan provokasi.

Begitu pula dengan tindakan ekstrim yang menyerang kelompok agama lain atau melakukan perusakan tempat ibadah. Ini adalah bentuk intoleransi yang tidak hanya melanggar nilai-nilai agama, tetapi juga nilai-nilai kemanusiaan dan hukum negara. Setiap warga negara berhak memeluk agamanya dan beribadah dengan aman, sesuai dengan UUD 1945 Pasal 28E.

Tindakan seperti ini juga bisa memicu konflik horizontal di masyarakat, menimbulkan kebencian antar kelompok, dan memecah persatuan bangsa. Indonesia adalah negara yang sangat majemuk, dan menjaga toleransi antarumat beragama adalah kunci untuk hidup damai dan harmonis.

Saya berharap para penceramah, ulama, dan tokoh agama dapat menjadi teladan dalam menyampaikan dakwah dengan bijak, lembut, dan penuh cinta. Agama seharusnya menjadi sumber kedamaian, bukan sumber perpecahan.

 *) Disclaimer:

  • Artikel ini hanya ditujukan kepada orang tua untuk memandu proses belajar anak.
  • Sebelum melihat kunci jawaban, siswa harus terlebih dahulu menjawabnya sendiri, setelah itu gunakan artikel ini untuk mengoreksi hasil pekerjaan siswa.

(Namira)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.