Hacker Pro Israel Incar Bank dan Bursa Kripto Iran
GH News June 20, 2025 07:03 AM

Hacker pro-Israel mengincar sektor finansial di Iran, yang jadi korban sejauh ini adalah bank tertua di Iran bernama Sepah dan bursa kripto terbesar Iran bernama Nobitex.

Pelakunya adalah geng hacker yang bernama Gonjeshke Darande atau Predatory Sparrow, yang disebut punya hubungan dengan intelijen Israel. Mereka menyebut Sepah dipakai oleh Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), yang juga mereka sebut sebagai lembaga yang memakai urang rakyat Iran untuk membiayai proxy teroris rezim tersebut.

Sepah adalah bank negara milik Iran yang juga menjadi bank tertua di Iran, berdiri sejak tahun 1925. Salah satu dampak dari peretasan bank ini adalah gangguan di stasiun pengisian bahan bakar, karena Sepah dipakai secara luas di berbagai stasiun pengisian bahan bakar di seluruh Iran.

Kemudian geng hacker yang sama juga diduga meretas Nobitex, bursa kripto terbesar di Iran. Peretasan ini menyebabkan kerugian hingga USD 81 juta atau sekitar Rp 1,3 triliun.

Nobitex menyebut adanya akses tanpa izin di sebagian infrastruktur pelaporan serta hot wallet kripto mereka. Namun Nobitex memastikan aset pengguna tetap aman karena disimpan di cold storage.

Namun jika ada pengguna yang terdampak, Nobitex menjanjikan akan memberikan kompensasi menggunakan asuransi dan sumber daya internal Nobitex.

Kelompok hacker Predatory Sparrow mengaku bertanggung jawab atas serangan ini. Mereka bahkan mengancam akan membocorkan kode sumber serta data internal Nobitex dalam waktu 24 jam.

Dalam pernyataannya, kelompok tersebut menyebut bahwa mereka menyerang karena Nobitex digunakan pemerintah Iran untuk menghindari sanksi dan mendanai aktivitas terorisme.

"Rezim Iran memanfaatkan bursa kripto untuk melanggar sanksi dan mendanai teror," klaim peretas tersebut.

Iran selama ini memang dikenal sebagai negara yang memanfaatkan aset kripto untuk mengatasi pembatasan ekonomi akibat sanksi internasional. Beberapa perusahaan penambangan kripto bahkan sempat memindahkan operasinya ke Iran karena tarif listrik yang lebih murah.

Namun insiden ini menunjukkan bahwa infrastruktur digital Iran juga rentan terhadap serangan siber dari aktor asing yang memiliki motif geopolitik.




© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.