BANJARMASINPOST.CO.ID, BARABAI-Tak hanya angkutan umum trayek Barabai -Banjarmasin yang kini mati suri akibat menurunnya minat masyarakat menggunakan angkutan umum yang sering disebut taksi colt.
Kini, taksi angkutan umum mikrolet yang melayani penumpang trayek Barabai-Kandangan, Barabai -Amuntai dan Barabai -Paringin pun sudah ditinggalkan masyarakat.
Pantauan banjarmasinpost.co.id, Jumat (20/6/2025) hanya beberapa unit armada angkutan mikrolet yang masih terlihat operasional.
Para sopir yang biasanya mangkal di dekat pintu gerbang masuk Pasar Keramat Barabai sudah jarang terlihat. Kalaupun ada, mereka menunggu penumpang di pinggir jalan,dekat sebuah warung.
Sahri, sopir taksi mikrolet Barabai -Amuntai jelaskan, untuk trayek tersebut kini tinggal 5 unit yang operasional. " Teman -teman sudah banyak yang berhenti. Sebagian alih profesi bertani atau berkebun, atau jadi tukang bangunan,"katanya ditemui ketika menunggu penumpang di Jalan HM Syarkawi.
Sopir Mikrolet lainnya, Suni dari Mantaas, menuturkan, sepinya penumpang antar kabupaten di Hulu Sungai ini terjadi sejak pandemi covid 19. Sebelumnya masih banyak penumpang yang menggunakan jasa angkutan mikrolet ini.
"Sekarang tidak pernah lagi sampai full, sama seperti taksi colt, 2 sampai 3 penumpang pun kami berangkat, dengan harapan beroleh penumpang lagi di pinggir jalan,"katanya.
Bahkan dalam satu hari Sahri dan Suni mengatakan hanya satu kali trip pulang pergi. Ini beda dengan tahun 2010-an yang masih bisa sampai tiga kali trip Barabai -Amuntai. Adapun tarif terkini angkutan mikrolet adalah Rp 35.000 per sekali jalan atau Rp 70.000 pulang pergi.
Sepinya pengguna jasa angkutan umum antar hulu sungai, kata Sahri, juga berdampak berhentinya operasional untuk jurusan Kandangan dan Balangan. "Sekarang untuk trayek tersebut paling 1 sampai 2 unit,"jelasnya.
Berkurangnya jumlah angkutan umum itu juga seiring dengan tidak tersedianya lagi terminal. Baik terminal perdesaan, antar kabupaten maupun antar provinsi.
Terminal induk yang dulunya berlokasi di Pasar Keramat telah dialihfungsikan, menjadi pasar Agrobisnis Modern. Sebagai terminal induk, difungsikan di terminal Pantai Hambawang, di Kecamatan Labuan Amas Selatan
Adapun biaya operasional membeli bahan bakar, satu hari minimal Rp200.000 pulang pergi. Matinya usaha jasa angkutan umum ini selain banyaknya masyarakat yang sudah memiliki kendaraan bermotor menurut Sahri, juga dipengaruhi oleh banyaknya pasar pasar tumpah di pinggir-pinggir jalan yang menjual kebutuhan pokok.
Akibatnya masyarakat pedesaan tak perlu lagi pergi ke pasar induk yaitu pasar Keramat Barabai untuk membeli berbagai kebutuhan.
Sementara itu, Khairudin penumpang mikrolet dari Amuntai, mengatakan masih menggunakan jasa angkutan umum karena jika membeli barang dalam jumlah banyak tak bisa menggunakan sepeda motor.
"Saya masih suka naik taksi, karena lebih praktis saja. Tapi kalau mau keburu tak bisa naik taksi karena kadang menunggunya lama, dapat 2 sampai 3 penumpang baru berangkat, ujarnya.
(Banjarmasinpost.co.id/hanani)