Israel Ancam Penjarakan Warga yang Unggah Video Serangan Iran, Media Juga Dilarang Meliput
Facundo Chrysnha Pradipha June 21, 2025 04:31 AM

TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Israel mengancam akan memenjarakan warganya yang merekam dan menyebarkan video serangan udara Iran.

Tujuannya adalah membatasi akses publik dan media internasional terhadap data lapangan yang rentan.

Menurut laporan Arab News dan The Jerusalem Post, polisi Israel diperintahkan memburu siapa pun yang merekam atau membagikan video lokasi-lokasi yang terkena serangan, terutama saat eskalasi memuncak pada 13–14 Juni 2025 lalu.

“Siapa pun yang mendokumentasikan kerusakan akibat serangan Iran dan menyebarkannya di media sosial bisa dituntut secara pidana,” demikian peringatan dari otoritas keamanan Israel.

Otoritas menyatakan kebijakan ini bertujuan menjaga kerahasiaan militer dan mencegah keresahan masyarakat.

Warga Diintimidasi, Jurnalis Diblokir

Polisi dilaporkan melakukan patroli aktif di wilayah-wilayah terdampak dan menghapus rekaman dari perangkat pribadi warga.

Beberapa saksi mata menyebut aparat mendatangi rumah-rumah hanya karena unggahan singkat di platform seperti TikTok dan Instagram.

Sementara itu, media lokal dan internasional juga mendapat pembatasan ketat.

Laporan dari The New Arab menyebut bahwa jurnalis dilarang meliput kerusakan atau mewawancarai korban, terutama di lokasi seperti Beersheba dan kawasan militer strategis.

Israel juga menolak memberi izin akses bagi tim penyelidik independen yang ingin mengecek dampak serangan Iran terhadap infrastruktur sipil dan rumah sakit.

Langkah Dikecam, Dinilai Rugikan Transparansi

Sejumlah kelompok HAM dan jurnalis mengecam kebijakan pelarangan dokumentasi tersebut.

Mereka menyebutnya sebagai bentuk pelanggaran terhadap kebebasan pers dan hak publik untuk mendapatkan informasi.

Human Rights Watch menyebut bahwa pelarangan dokumentasi publik terhadap dampak perang justru menciptakan ruang bagi disinformasi dan manipulasi.

Iran Bantah Serang Rumah Sakit, Tuduh Israel Tutup Fakta

Menanggapi laporan yang menyebut bahwa rudal Iran mengenai pusat medis, Kementerian Luar Negeri Iran langsung membantah.

Mereka menyatakan bahwa serangan hanya menargetkan pangkalan militer dan sistem pertahanan Israel.

“Pemerintah Israel mencoba menyembunyikan kebenaran dan memutarbalikkan fakta dengan membatasi liputan media,” ujar juru bicara Kemenlu Iran seperti dikutip AA.com.tr.

Pemerintah Iran juga menuduh Israel mengeksploitasi narasi korban sipil untuk mendapatkan simpati global dan memperkuat tekanan terhadap Teheran di forum-forum internasional.

Perang Iran-Israel

1. Seruan Uni Eropa Batalkan Perjanjian Dagang dengan Israel

Lebih dari 100 organisasi, termasuk kelompok hak asasi manusia dan serikat pekerja, mendesak Uni Eropa agar segera menangguhkan perjanjian perdagangan dengan Israel.

Desakan ini disampaikan sebagai bentuk protes atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia terhadap warga Palestina.

Para menteri luar negeri Uni Eropa dijadwalkan membahas kelanjutan Perjanjian Asosiasi UE-Israel pada Senin (23/6/2025).

Mereka juga akan mengevaluasi kepatuhan Israel terhadap Pasal 2 dalam perjanjian tersebut.

Pasal tersebut menyebutkan bahwa penghormatan terhadap hak asasi manusia dan prinsip demokrasi adalah bagian penting dari kesepakatan.

Bulan lalu, menteri luar negeri Uni Eropa telah menyetujui dimulainya tinjauan ulang terhadap perjanjian tersebut.

“Sebagai pihak dalam Konvensi Genosida, negara-negara UE terikat kewajiban untuk menggunakan semua cara yang wajar untuk menghentikan kekejaman Israel,” kata Claudio Francavilla dari Human Rights Watch.

Ia juga menuding banyak negara UE justru memilih diam, sehingga berisiko ikut terlibat.

Pernyataan tersebut termasuk dalam dokumen yang ditandatangani 114 organisasi, termasuk Amnesty International dan Oxfam Ireland.

Francavilla menegaskan bahwa ketegangan antara Israel dan Iran tidak boleh dijadikan alasan untuk mengabaikan situasi Palestina.

Menurutnya, UE harus segera menangguhkan komponen perdagangan dalam Perjanjian Asosiasi tanpa penundaan.

2. Beersheba Jadi Target Serangan Rudal Iran Dua Hari Berturut

Kota Beersheba di Israel selatan menjadi sasaran serangan rudal Iran untuk kedua kalinya dalam dua hari.

Laporan ini disampaikan oleh Al Jazeera yang melaporkan dari Yordania, karena dilarang beroperasi di Israel dan wilayah pendudukan Tepi Barat.

Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari militer Israel.

Namun, media Israel melaporkan adanya dugaan kegagalan sistem intersepsi yang menyebabkan satu rudal berhasil menghantam langsung ke kota tersebut.

Serangan itu menyebabkan kerusakan berat pada sejumlah bangunan.

Warga setempat mengunggah foto kerusakan jendela dan perabotan rumah mereka ke media sosial.

Lima orang mengalami luka ringan, sementara 30 lainnya dirawat akibat panik.

Belum jelas apakah Iran meluncurkan satu atau beberapa rudal, dan apakah sisanya berhasil dicegat.

Pernyataan resmi dari otoritas militer Israel masih ditunggu.

Serangan kemarin di waktu yang hampir sama juga menyebabkan kerusakan serius pada Rumah Sakit Soroka, rumah sakit utama di Israel selatan.

Meski sebagian besar informasi masih disensor, beberapa gambar benturan telah beredar secara online.

3. Rudal Iran Hantam Kawasan Teknologi Israel, Termasuk Kantor Microsoft

Sebuah rudal Iran dilaporkan menghantam kawasan teknologi Gav-Yam Negev di Beersheba, Israel selatan, pada Jumat (20/6/2025) pagi.

Al Jazeera melaporkan dari Yordania karena mereka dilarang beroperasi di Israel dan wilayah Tepi Barat.

Serangan ini menyebabkan kerusakan pada stasiun kereta api pusat Beersheba, yang langsung ditutup sementara.

Kantor Microsoft di kawasan taman teknologi juga terdampak.

Taman teknologi Gav-Yam Negev dikenal sebagai pusat penelitian dan pengembangan di bidang robotika, ilmu data, dan teknologi canggih lainnya.

Area tersebut berada di dekat Universitas Ben Gurion dan kampus cabang C4i militer Israel, yang merupakan pusat komunikasi dan komando.

Tujuh orang mengalami luka ringan dalam insiden ini.

Karena terjadi sebelum jam kerja, sebagian besar kantor dalam keadaan kosong, sehingga korban jiwa dapat dihindari.

Wilayah selatan Israel diketahui lebih jarang penduduknya dibanding bagian tengah, namun lokasi ini diduga menjadi target strategis karena dekat fasilitas militer dan teknologi.

( Andari Wulan Nugrahani)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.