Membaca dengan Hati, bukan Pikiran
Syarif Yunus June 21, 2025 11:00 AM
Kata orang bijak, membaca itu dengan hati bukan dengan pikiran. Hati yang ikhlas punya waktu membaca. Hati yang sabar membuka halaman demi halaman. Tetap rendah hati sekalipun segudang ilmu dari bacaan dikuasai. Dan hati yang berprasangka baik terhadap isi bacaan. Karenanya, membaca sama dengan berpikir. Harus mampu mengajak hari untuk lebih baik, lebih realistis.
Hari ini, tidak sedikit orang yang membaca namun hidup di masa lalu. Bacaannya hanya untuk merefleksikan masa lalunya, bukan untuk menyongsong masa depannya. Fisiknya di masa sekarang tapi hati dan pikirannya di masa lalu. Hingga lupa, bahwa membaca itu belajar dari masa lalu, hidup untuk hari ini, berharap untuk hari esok (kata Albert Einstein).
Ada yang bilang, masa lalu adalah guru yang berharga. Betul itu tapi jangan lupa masa lalu juga bukan satu-satunya penunjuk arah. Jika hidup hanya dijalani dengan menoleh ke belakang, kita akan kehilangan peluang yang terbentang di depan. Biar bagaimanapun, masa lalu hanya momen yang sudah terlewat dan tidak perlu diingat. Membacalah untuk hari ini dan esok.
Pengalaman memang penting, tapi tidak cukup. Karena dunia sudah berubah, dan masa depan selalu membawa ketidakpastian yang tidak bisa diatasi hanya dengan mengingat masa lalu. Hanya hati yang lapang dan pikiran yang sehat yang bisa membawa kita pada harapan. Maka membaca memang harus dengan hati. Seperti ajaran yang ditanamkan di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Bacalah dengan hati, jangan dengan pikiran.
Membaca dengan hati, berarti cara memberi ruang imajinasi. Cara mengajak pikiran untuk menerima berbagai kemungkinan. Cara sederhana berdamai dengan keadaan dan realitas. Karenanya membaca butuh keberanian sebagai bahan bakarnya. Membaca dengan hati jadi penentu saat logika berhenti di batas pengetahuan. Untuk merancang masa depan yang lebih baik, lebih dari sekadar kalkulasi. Tapi butuh kepekaan untuk merasakan arah, dan keberanian untuk menapaki jalan yang belum pasti. Bersikap realistis, tidak lagi di bayangan masa lalu atau mimpi-mimpi yang utopis.
Membaca dengan hati, untuk masa depan. Karena siapapun yang hanya hidup di masa lalu akan tersesat dalam kenangan. Terjebak pikirannya sendiri. Sementara mereka yang percaya pada hati dan berani melangkah, akan menulis masa depan yang tidak bisa dicontoh dari buku mana pun. Saat membaca dengan hati, maka hati pun akan membaca segalanya.
Maka bacalah dengan hati. Jangan pernah menengok ke belakang, teruslah menatap ke depan. Jadilah literat! Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.