Penerapan Metode Bryant dalam Keselamatan Kerja: Analisis Prioritas Risiko
Trisna Widjayanti June 22, 2025 03:40 PM
Tingginya angka kecelakaan kerja mengindikasikan perlunya strategi yang terstruktur dalam mengenali dan mengurangi risiko.Keselamatan kerja merupakan aspek krusial dalam berbagai industri, terutama di sektor dengan risiko tinggi . Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penentuan prioritas risiko adalah Metode Bryant. Tulisan ini bertujuan untuk menggambarkan penerapan metode Bryant dalam penentuan prioritas risiko dalam meningkatkan keselamatan kerja. Metode ini dapat membantu organisasi dalam mengidentifikasi dan mengelola risiko secara sistematis, sehingga meningkatkan kepatuhan terhadap standar keselamatan dalam mitigasi risiko.

Kriteria penentuan prioritas risiko dalam metode Bryant

Metode Bryant menyediakan pendekatan berbasis prioritas, memungkinkan organisasi untuk memusatkan perhatian pada faktor-faktor yang memiliki dampak paling signifikan terhadap perlindungan pekerja. Upaya untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola risiko secara sistematis menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan produktif. Metode Bryant adalah metode penentuan prioritas masalah dengan menggunakan perhitungan kriteria tertentu yang telah diberi skor. Empat parameter utama dalam metode Bryant antara lain :
  • Prevalence (P)– Seberapa sering suatu risiko terjadi dalam lingkungan kerja.
  • Seriousness (S) – Tingkat keparahan dampak yang ditimbulkan oleh risiko tersebut.
  • Community Concer (C) – Tingkat kepedulian masyarakat atau pemangku kepentingan terhadap risiko.
  • Manageability (M) – Kemampuan organisasi dalam mengelola dan mengurangi risiko tersebut.
Setiap kriteria diberi skor. Misalnya dari 1–5, lalu dijumlahkan. Masalah dengan skor tertinggi dianggap paling prioritas untuk ditangani. Untuk menghitung nilai total digunakan rumus
Metode Bryant adalah pendekatan kuantitatif yang digunakan untuk menentukan prioritas masalah dalam perencanaan program misalnya program bidang kesehatan masyarakat. Metode ini membantu pengambil kebijakan memilih isu yang paling mendesak untuk ditangani berdasarkan sejumlah kriteria terukur.
Tantangan dalam penerapan metode Bryant ini adalah subjektivitas dalam pemberian skor, terutama untuk aspek seperti “community concern”. Sehingga membutuhkan data yang valid dan terkini untuk menghasilkan hasil yang akurat.
Kelebihan penggunaan metode Bryant ini adalah objektif dan sistematis. Melibatkan berbagai stakeholder dalam proses penilaian. Metode ini dapat digunakan untuk berbagai konteks, dari pelayanan publik hingga manajemen risiko.

Implementasi Metode Bryant

Dalam penelitian dan implementasi di berbagai sektor industri, metode Bryant telah terbukti sebagai pendekatan yang fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan spesifik organisasi.
Dengan mengintegrasikan metode ini dalam sistem manajemen risiko, perusahaan dapat mengurangi angka kecelakaan kerja, meningkatkan kesejahteraan pekerja, serta menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan produktiPendekatan ini menjadi semakin relevan dalam era digital, di mana teknologi seperti AI dan analitik data dapat digunakan untuk memperkuat proses identifikasi dan mitigasi risiko. Dengan demikian, Metode Bryant tidak hanya berfungsi sebagai alat analisis tradisional, tetapi juga dapat dikombinasikan dengan inovasi teknologi untuk meningkatkan efektivitasnya dalam perlindungan pekerja.
Menurut laporan International Labour Organization (ILO), sektor konstruksi di seluruh dunia mengalami sedikitnya 60.000 kecelakaan fatal setiap tahun. Di Indonesia, data ketenagakerjaan dari Badan Pusat Statistik (BPS, 2022) menunjukkan bahwa angka kecelakaan kerja masih tergolong tinggi, dengan total 114.235 kasus tercatat sepanjang tahun 2019. Angka ini meningkat menjadi 177.161 kasus dalam periode Januari hingga Oktober 2020 (Mongilong et al., 2024).
Kecelakaan kerja merupakan peristiwa yang tidak diharapkan dan terjadi secara tiba-tiba, berpotensi menimbulkan kerugian, baik dalam bentuk materi maupun korban jiwa. Di Indonesia, angka kecelakaan kerja masih cukup tinggi. Berdasarkan data dari Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) yang diterbitkan oleh BPJS Ketenagakerjaan, hingga akhir tahun 2015 tercatat sebanyak 110.285 kasus, dengan 530 di antaranya berujung pada kematian. Kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh faktor lingkungan maupun manusia. Faktor lingkungan meliputi kebijakan, jenis peralatan, kondisi tempat kerja, dan penerapan prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Dengan menggunakan pendekatan berbasis prioritas ini, organisasi dapat mengalokasikan sumber daya secara lebih efektif dan memastikan bahwa risiko dengan dampak terbesar mendapatkan perhatian utama dalam strategi mitigasi. Hal ini sangat penting dalam industri yang memiliki keterbatasan sumber daya dan harus membuat keputusan strategis terkait keselamatan kerja.
Selain itu metode Bryant juga berkontribusi dalam peningkatan kepatuhan terhadap regulasi keselamatan kerja, karena pendekatan ini membantu organisasi dalam mengidentifikasi area yang memerlukan intervensi segera.
Dengan adanya sistem prioritas yang jelas, organisasi dapat mengembangkan kebijakan keselamatan yang lebih terstruktur dan berbasis data, sehingga meningkatkan efektivitas program Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Semoga bermanfaat.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.