Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Tak sedikit perempuan yang memilih menunda kehamilan karena alasan karier, pendidikan, atau belum bertemu pasangan yang tepat.
Namun, seiring berjalannya waktu, kualitas sel telur pun ikut menurun.
Di sinilah peran teknologi pembekuan sel telur atau oocyte cryopreservation menjadi solusi cerdas dalam perencanaan keluarga masa kini.
“Dengan membekukan sel telur saat masih sehat dan muda, kita memberi diri kita sendiri kesempatan terbaik untuk hamil di masa depan,” ujar dr. Febriyan Nicolas Kengsiswoyo, SpOG, MKes, dokter spesialis obstetri dan ginekologi dari Eka Hospital PIK, Minggu (22/6/2025).
Apa Itu Pembekuan Sel Telur?
Pembekuan sel telur adalah prosedur medis yang melibatkan pengambilan sel telur dari ovarium dan membekukannya dengan teknik vitrifikasi, yaitu proses pembekuan cepat yang mencegah kerusakan struktur sel.
Sel telur kemudian disimpan dalam nitrogen cair bersuhu -196°C dan bisa digunakan kapan pun wanita siap menjalani kehamilan melalui program bayi tabung (IVF).
Prosedur ini ideal bagi wanita di usia subur—terutama di bawah 35 tahun—yang ingin menjaga peluang kehamilan di masa depan.
Termasuk pula bagi pasien dengan kondisi medis tertentu seperti endometriosis, penyakit autoimun, insufisiensi ovarium prematur dan perempuan yang akan menjalani kemoterapi atau radioterapi.
Proses pembekuan sel telur terdiri dari beberapa tahap penting:
Stimulasi ovarium yang Dilakukan dengan suntikan hormon selama beberapa hari agar ovarium memproduksi lebih banyak sel telur dalam satu siklus.
Pengambilan sel telur (retrieval) yakni prosedur ini dilakukan dengan bantuan USG dan anestesi ringan untuk mengambil sel telur dari ovarium.
Pembekuan (vitrifikasi) yakni sel telur dibekukan secara cepat untuk menjaga kualitas dan struktur biologisnya.
Disimpan dalam tangki nitrogen cair hingga waktu penggunaannya tiba.
Penggunaan di masa depan.
Sel telur dicairkan, dibuahi dengan sperma (biasanya melalui teknik ICSI), lalu embrio ditanamkan ke rahim.
“Teknologi ini memberi perempuan kendali atas waktu dan kondisi terbaik untuk hamil, tanpa tekanan batasan usia biologis,” jelas dr. Febriyan.
Efektivitas dan Pertimbangan Medis
Walau tidak menjamin kehamilan secara mutlak, teknologi ini memberikan peluang lebih tinggi jika dilakukan di usia muda dengan kualitas sel telur yang optimal.
Efek samping yang mungkin timbul umumnya ringan, seperti kembung atau nyeri setelah pengambilan sel telur.
Sementara dari sisi biaya, pasien perlu mempersiapkan dana untuk stimulasi hormon, prosedur retrieval, penyimpanan tahunan.
Sebelum memutuskan, penting untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis fertilitas.
Evaluasi seperti pemeriksaan USG transvaginal dan tes kadar AMH (Anti-Müllerian Hormone) dibutuhkan untuk mengetahui kondisi cadangan ovarium.
Bagi perempuan yang ingin merencanakan masa depan dengan lebih tenang—tanpa tekanan biologis—pembekuan sel telur bisa menjadi langkah modern dan tepat untuk menjaga kesuburan.
Teknologi ini bukan sekadar opsi medis, melainkan bentuk pemberdayaan perempuan agar tetap bisa mewujudkan impian menjadi ibu, kapan pun waktunya tepat.