Rupiah Terancam Loyo & Emas Melonjak, Investor Siap-siap Hadapi Guncangan Global
kumparanBISNIS June 22, 2025 08:01 PM
Ketegangan geopolitik yang meningkat tajam akibat serangan Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran mengirimkan gelombang kecemasan ke pasar global. Dalam situasi seperti ini, pelaku pasar cenderung mengalihkan aset ke instrumen lindung nilai seperti emas dan dolar AS, sementara pasar negara berkembang seperti Indonesia rentan terhadap tekanan.
Salah satu dampak paling cepat terasa adalah perubahan nilai tukar rupiah. Ketika risiko global meningkat, investor asing biasanya menarik dana dari pasar negara berkembang dan memindahkannya ke aset safe haven. Tekanan ini menyebabkan rupiah berpotensi melemah lebih dalam terhadap dolar AS, terutama jika eskalasi konflik berlangsung lama dan melibatkan kekuatan militer besar seperti AS dan sekutunya.
Ekonom CORE Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, menjelaskan lonjakan permintaan dolar bisa memicu pelarian modal yang menekan nilai tukar rupiah dan memperbesar tekanan inflasi dalam negeri.
“Saat permintaan dolar naik dan investor menarik dana dari Indonesia, rupiah tertekan. Pelemahan ini bisa memperparah tekanan inflasi karena biaya impor ikut meningkat, terutama untuk barang-barang strategis seperti pangan dan energi,” ujar Yusuf kepada kumparan, Minggu (22/6).
Yusuf menilai, situasi ini menjadi dilema bagi Bank Indonesia. Di satu sisi, BI perlu menjaga stabilitas rupiah dengan kebijakan moneter yang lebih ketat. Namun, langkah itu juga bisa menahan pertumbuhan ekonomi yang saat ini tengah dipacu pasca pandemi.
“Bank Indonesia kemungkinan akan menempuh kebijakan moneter yang lebih ketat untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan menahan laju inflasi, meski langkah itu juga bisa mengerem pertumbuhan ekonomi,” ungkapnya.
Selain rupiah, aset safe haven seperti emas menunjukkan lonjakan minat. Ketidakpastian tinggi akibat perang dan risiko disrupsi pasokan energi global membuat investor memburu emas sebagai pelindung nilai. Harga emas pun diproyeksi terus naik selama tensi konflik belum mereda.
Perbesar
Ilustrasi emas. Foto: Shutterstock
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memperkirakan harga emas domestik bisa menyentuh rekor baru.
“Harga emas dunia itu akan melejit tinggi. Kembali ke USD 3.450 per troy ons bahkan bisa mencapai level USD 3.500,” ujar Ibrahim, Minggu (22/6).
Ia juga memperkirakan pelemahan rupiah tidak akan separah guncangan besar seperti pandemi, namun tetap signifikan apabila konflik meluas. Blokade Selat Hormuz oleh Iran, jika terjadi, akan memperparah situasi dengan mendorong harga minyak dan memperbesar tekanan ke pasar negara berkembang.
“Kalau seandainya harga minyak terus mengalami kenaikan kemudian rupiah mengalami pelemahan, kemungkinan besar APBN kita akan membengkak. Nah ini yang harus diperhatikan oleh pemerintah,” tegasnya.