Laporan Wartawan TribunJatim.com, Luhur Pambudi
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Tim Siber Polda Jatim menangkap pria berinisial TD (39) karena mencuri data KTP dan KK milik 129 orang warga Nganjuk untuk didaftarkan sebagai akun toko online affiliate bermodus pemberian jatah Makan Bergizi Gratis (MBG) fiktif.
Menurut Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Jules Abraham Abast mengatakan, Tersangka TD yang memiliki toko online berinisial CS, memperkerjakan para admin membuat akun toko online.
Nah, dalam proees pembuatan akun toko online affiliate tersebut, Tersangka TD menggunakan data pribadi milik orang lain tanpa sepengetahuan dan tanpa seijin pemilik data.
Caranya, lanjut Abraham, Tersangka TD bermodus menyediakan kemudahan memperoleh program makanan bergizi gratis (MBG) dengan syarat menyetorkan sejumlah data pribadi.
Mulai dari fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK) serta berswafoto dengan memegang KTP masing-masing milik 129 orang warga Prambon, Nganjuk.
Lalu, Tersangka TD berdalih menggunakan data pribadi tersebut untuk mendaftarkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) ratusan warga tersebut secara online agar mendapatkan jatah MBG seperti yang dijanjikan, padahal fiktif.
"Tersangka dibantu oleh seseorang dengan Inisial K, untuk memberitahukan warga apabila ingin mendapatkan MBG dengan persyaratan harus memiliki NPWP, warga dapat mengurus dengan mudah dan cepat melalui tersangka tanpa harus datang ke Kantor KPP Pratama. Dengan menyerahkan data berupa foto copy ktp dan foto selfie ke rumah tersangka," ujarnya di Ruang Konferensi Pers Gedung Bidang Humas Mapolda Jatim, pada Senin (23/6/2025).
Ternyata, Abraham menerangkan, Tersangka TD menyalahgunakan data pribadi tersebut untuk membuat akun toko online affiliate yang mendukung proses penjualan barang online yang dijual dalam lapak toko online milik tersangka sendiri.
Artinya, tersangka menciptakan ratusan akun toko online affiliate yang banyak yakni mencapai 129 akun, untuk mempermudah proses penjualan barang dagangan toko online miliknya.
Dan proses pembuatan akun tersebut juga dilengkapi dengan pembuatan nomor rekening uang digital, seperti e-wallet dan lain sebagainya.
Padahal, ratusan akun toko online affiliate tersebut, cuma dikendalikan oleh Tersangka TD sendiri memanfaatkan tujuh orang pekerja yang bertugas sebagai admin.
Mereka berinisial ARP, DL, PAH, PJL, SS, AAP, DD, dengan sistem kerja secara sif dua kali setiap harinya.
Pola kerjanya, mengendalikan percakapan para kustomer, proses pembelian barang, hingga live streaming untuk promosi barang.
Nah, skema keuntungan uang hasil penjualan itu, akan ditampung di masing-masing akun toko online affiliate fiktif itu, lalu diserahkan kepada Tersangka TD melalui nomor rekeningnya.
"Melalui live streaming tersebut tersangka mempromosikan barang atau produk milik orang lain pada aplikasi Shopee affiliate, sehingga mendapatkan keuntungan antara 5-25 persen dari pihak Shopee apabila berhasil menjual barang atau produknya tersebut," pungkasnya.
Sementara itu, Kanit I Subdit I Ditressiber Polda Jatim Kompol R.W. Raja Pratama mengatakan Tersangka TD menipu ratusan warga itu dengan modus menjanjikan jatah MBG setiap harinya, dengan syarat menyetorkan semua data pribadi tersebut.
Lalu, Tersangka menyalahgunakan data pribadi warga itu untuk membuat sebanyak-banyaknya lapak toko online affiliate agar dapat menjualkan barang dagangan dari toko online yang dikelolanya.
"Iya dia menciptakan banyak lapak tapi tidak dikendalikan oleh orang-orang sungguhan, melainkan dikendalikan oleh pelaku itu sendiri cuma satu orang saja. Lapak-lapak itu dibuat berdasarkan data pribadi orang-orang lain. Dan orang-orang lain itu tidak mengetahui dan tidak memberikan izin," ujar Raja.
Praktik tersebut sudah berlangsung sejak Desember 2024 hingga kasus tersebut berhasil dibongkar oleng Anggota Tim Siber Polds Jatim pada April 2025 kemarin.
Keuntungan setiap bulannya, melalui upah 5-25 persen keberhasilan menjual barang dagangan online itu, berkisar Rp20 juta.
Mengenai kegunaan uang hasil praktik lancung tersebut, Raja mengaku, Tersangka TD menggunakannya untuk keuntungan pribadi.
Dan belum diketahui apakah sudah ada aset benda bergerak, tidak bergerak, atau perhiasan yang sudah dibeli Tersangka TD.
Namun, jika dalam perkembangan penyidikan kasus tersebut ditemukan indikasi tersebut, penyidik bakal melakukan penyitaan.
"Tapi nanti tidak menutup kemungkinan, apabila ditracing itu ada benda yang didapatkan dari hasil kejahatan, tentu kami akan melakukan penyitaan," katanya.
Lalu, saat disinggung mengenai adanya kemungkinan penambahan tersangka baru, karena Tersangka TD dibantu beberapa orang lainnya, seperti K yang membantunya memperoleh data pribadi warga. Serta, tujuh orang admin.
Raja tak menampik akan kemungkinan tersebut, mengingat proses penyidikan masih terus dikembangkan oleh anggotanya.
"Untuk pengembangan kasus tersebut kami akan melihat pihak-pihak yang terkait tidak menutup kemungkinan kita akan tetapkan sebagai tersangka," pungkasnya.
Akibat perbuatannya, Tersangka TD pidana penjara paling lama 12 tahun dan atau denda Rp12 miliar, sesuai Pasal 51 Ayat (1) Jo Pasal 35 ayat (1) UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) sebagaimana terakhir diubah dengan UU No 1 Tahun 2024 tentang Paribahan Kedua atas UU No 11 Tahun 2008 tentang ITE dan/atau Pasal 67 Ayat (3) Jo Pasal 65 Ayat (3) UU RI No 27 Tahun 2022 tentang Perlindungan Data Pribadi.