TRIBUNNEWS.COM, IRAN - Siapa yang akan menggantikan Ayatollah Ali Khamenei sebagai Pemimpin Tertinggi Iran jika kelak turun dari jabatannya.
Apalagi saat ini Ayatollah Ali Khamenei adalah sosok yang paling diburu Israel dan AS.
Ini salah satu topik perbincangan dunia di tengah perang Iran dengan Israel yang dibantu Amerika Serikat (AS).
Menurut beberapa media ada sejumlah kandidat utama pengganti Ali Khamenei.
Ada seorang ideolog, mantan kepala mata-mata, dan seorang pemikir tradisionalis.
Ali Khamenei juga disebut telah mempersiapkan tiga atau empat kandidat sebagai penggantinya meski nama-nama tersebut belum dipublikasikan.
Beberapa media, termasuk Reuters dan The New York Times, melaporkan bahwa tiga ulama senior itu tengah dipertimbangkan secara serius sebagai pengganti Ali Khamenei.
Berdasarkan konstitusi Iran, Pemimpin Tertinggi Iran haruslah seorang ulama Syiah laki-laki yang dikenal karena kesalehan, kebijaksanaan politik, dan kewenangan yurisprudensinya.
Berikut tokoh-tokoh yang secara luas dipandang sebagai kandidat yang paling mungkin menggantikan Ali Khamenei.
Saat ini menjabat sebagai kepala peradilan Iran, Mohseni-Eje'i, 68 tahun.
Dia mantan menteri intelijen dan tokoh lama di pemerintahan Republik Islam Iran.
Ia dikenal karena kesetiaannya kepada Ali Khamenei.
Didukung oleh elit keamanan dan sangat dekat dengan Garda Revolusi Iran (IRGC), pengangkatannya akan mewakili kelanjutan bagi lintasan konservatif Iran dan semakin memperkuat militerisasi pemerintahan .
Seorang tokoh ulama senior yang berpengaruh dalam hierarki teokratis Iran dan mantan penasihat Khamenei dalam urusan agama.
Araki, 69 tahun, telah menjadi pendukung utama persatuan Islam dan pelestarian cita-cita revolusioner.
Pencalonannya menekankan legitimasi agama dan ortodoksi teologis.
Jika terpilih, Araki kemungkinan akan memperkuat prinsip-prinsip dasar rezim dan menarik lebih banyak faksi tradisionalis dalam kalangan ulama.
Dia adalah cucu Ayatollah Ruhollah Khomeini, pemimpin tertinggi pertama Iran dan pendiri Republik Islam, Hassan Khomeini, 52.
Warisan keluarganya memberinya pengakuan nama yang tak tertandingi dan resonansi emosional di seluruh spektrum politik Iran.
Meskipun pandangan reformis dan kemandirian politiknya telah membuatnya menjadi tokoh kontroversial di antara para garis keras, banyak yang melihatnya sebagai pemersatu yang potensial.
Seseorang yang dapat menyerukan cita-cita era pendirian republik sambil mengarahkan negara ke arah yang lebih moderat.
Mojtaba Khamenei, 55 tahun—putra Khamenei — yang telah lama dianggap sebagai perantara kekuasaan di balik layar.
Dia pernah dianggap sebagai calon penerus karena pengaruhnya terhadap IRGC dan kendalinya atas jaringan keuangan utama.
Namun, orang dalam mengatakan bahwa ia tidak dipertimbangkan.
Keputusan tersebut menandakan keinginan Khamenei untuk menghindari kesan pemerintahan dinasti.
Proses pemilihan
Majelis Pakar Iran akan mempertimbangkan daftar kandidat.
Meskipun keputusan akhir berada di tangan badan yang beranggotakan 88 orang itu.
Pengaruh Ali Khamenei dan kondisi krisis yang dialami Iran tentu saja akan menjadi faktor penentu pemilihan.
Keputusan dapat diambil dengan cepat jika ancaman militer meningkat atau perombakan kepemimpinan meningkat.
Siapa pun yang terpilih harus segera menyeimbangkan kontrol internal dengan konfrontasi eksternal—tugas yang dapat menentukan masa depan Republik Islam Iran yang sedang dilanda perang.