TRIBUNNEWS.COM - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Mark Rutte, mengaku takut jika Iran memiliki dan dapat menggunakan senjata nuklir untuk membangun cengkeraman terhadap Israel dan seluruh dunia.
Hal tersebut bahkan merupakan ketakutan terbesar Mark Rutte.
Mark Rutte menegaskan bahwa Iran tidak boleh dibiarkan memiliki senjata bom nuklir.
"Terkait sikap NATO terhadap program nuklir Iran, sekutu telah lama sepakat bahwa Iran tidak boleh mengembangkan senjata nuklir," kata Rutte menjelang pertemuan puncak NATO di Den Haag, Rabu (23/6/2025), dikutip dari situs web NATO.
Sekjen NATO tersebut juga menepis anggapan bahwa perang di Timur Tengah akan mengalihkan perhatian dari pertemuan puncak 32 pemimpin NATO yang dimulai pada Selasa (24/6/2025).
Rutte juga mencatat bahwa Iran sangat terlibat dalam perang Rusia melawan Ukraina.
"Pesawat tak berawak Iran membunuh warga Ukraina yang tidak bersalah setiap hari di kota-kota," kata Rutte.
Dalam beberapa hari terakhir, Donald Trump mengatakan bahwa pesawat tempur AS telah menggunakan bom penghancur bunker yang telah menghancurkan kemampuan nuklir Iran.
Pejabat lain menyebut masih terlalu dini untuk menilai dampak sebenarnya terhadap program nuklir Iran.
Program nuklir Iran dianggap Israel dan beberapa negara Barat sebagai ancaman eksistensial.
Iran telah memperingatkan bahwa pemboman AS akan membuka jalan bagi perluasan perang.
Saat dunia menantikan tanggapan Iran, pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei menyebut bahwa pengeboman yang dilancarkan Israel pada 13 Juni adalah kesalahan besar.
Serangan Israel terhadap Iran telah menewaskan lebih dari 400 orang, kata kementerian kesehatan Iran.
Serangan Iran terhadap Israel telah menewaskan sekira 24 orang.
"Mari kita fokus pada hal-hal penting di sini. Ketakutan terbesar saya adalah Iran akan memiliki dan dapat menggunakan serta menyebarkan senjata nuklir untuk membangun cengkeraman kuat terhadap Israel, terhadap seluruh kawasan dan bagian lain dunia," kata Mark Rutte.
Israel menyerang Iran pada Jumat (13/6/2025) dengan alasan menghancurkan program nuklir yang dianggap mengancam.
Iran membalas dengan menembakkan rudal ke Tel Aviv, Haifa, hingga ke Yerusalem.
Israel dikabarkan meminta bantuan AS untuk menggempur tiga fasilitas nuklir Iran—Isfahan, Natanz, dan Fordow—dengan bom penembus tanah, GBU-57, menggunakan pesawat B-2 Spirit.
Pada Minggu (22/6/2025), AS menyerang tiga fasilitas nuklir Iran.
Sebagai respons, Iran menyerang pangkalan militer AS di Al-Udeid, Qatar, pada Senin (23/6/2025) malam.
Terkini, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan Israel dan Iran telah mencapai kesepakatan untuk gencatan senjata pada Senin (23/6/2025) malam waktu setempat.
Pengumuman tersebut disampaikan melalui media sosial.
Berikut pernyataan lengkapnya, seperti dilansir dari Aljazeera, Selasa (24/6/2025).
"SELAMAT KEPADA SEMUANYA! Telah sepenuhnya disetujui oleh dan antara Israel dan Iran bahwa akan ada GENCATAN SENJATA yang Penuh dan Total (dalam waktu sekitar 6 jam dari sekarang, ketika Israel dan Iran telah mengakhiri dan menyelesaikan misi terakhir mereka!), dalam kurun waktu 12 jam, saat itu Perang akan dianggap BERAKHIR!"
"Secara resmi, Iran akan memulai GENCATAN SENJATA, dan dalam 12 jam ke depan Israel akan memulai GENCATAN SENJATA dan dalam 24 jam ke depan secara resmi Akhir PERANG 12 HARI akan disambut oleh Dunia. Selama GENCATAN SENJATA, kedua belah pihak akan tetap saling DAMAI dan HORMAT.
“Dengan asumsi bahwa semuanya berjalan sebagaimana mestinya, dan itu pasti akan terjadi, saya ingin mengucapkan selamat kepada kedua Negara, Israel dan Iran, karena memiliki Stamina, Keberanian, dan Kecerdasan untuk mengakhiri apa yang disebut sebagai PERANG 12 HARI.”
“Ini adalah Perang yang bisa berlangsung selama bertahun-tahun, dan menghancurkan seluruh Timur Tengah, tetapi itu tidak terjadi, dan tidak akan pernah terjadi! Tuhan memberkati Israel, Tuhan memberkati Iran, Tuhan memberkati Timur Tengah, Tuhan memberkati Amerika Serikat, dan TUHAN MEMBERKATI DUNIA!”
(Rakli)