Dirjen IAEA Khawatir Iran Perkaya 400 Kg Uranium hingga 60 Persen, Melebihi Kesepakatan Nuklir 2015
Whiesa Daniswara June 25, 2025 03:31 AM

TRIBUNNEWS.COM - Adanya laporan terkait dengan uranium seberat 400 kilogram yang diperkaya hingga 60 persen oleh Iran membuat kekhawatiran khusus Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).

Pasca serangan bom mendadak Amerika Serikat (AS) terhadap fasilitas pengayaan uranium Iran, kepala pengawas nuklir yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meminta akses bagi inspektur internasional ke fasilitas nuklir Iran.

Direktur Jenderal IAEA, Rafael Grossi, telah menulis surat kepada Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi untuk meminta akses tersebut.

Mengutip dari situs web resmi PBB, berdasarkan ketentuan kesepakatan nuklir tahun 2015 dengan komunitas internasional, Iran diizinkan untuk memperkaya bahan radioaktif alami hingga kurang dari 4 persen.

"Kawah-kawah kini terlihat di lokasi Fordow, lokasi utama Iran untuk pengayaan uranium pada 60 persen, yang menunjukkan penggunaan amunisi penghancur bawah tanah," kata Rafael Grossi saat berpidato dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB di New York, Minggu (22/6/2025).

"Saat ini tidak seorang pun termasuk IAEA yang berada dalam posisi untuk menilai sepenuhnya kerusakan bawah tanah di Fordow," imbuhnya.

Rafael Grossi mengatakan bahwa dengan mempertimbangkan muatan bahan peledak tinggi yang digunakan dalam serangan AS, kerusakan yang sangat signifikan diperkirakan telah terjadi pada mesin sentrifus yang sangat sensitif yang digunakan untuk memperkaya uranium di Fordow.

Fordow adalah salah satu dari beberapa lokasi terkait nuklir di Iran yang diketahui telah rusak akibat serangan Amerika Serikat, termasuk di Esfahan, Arak, dan Teheran.

Rafael Grossi mengatakan bahwa meskipun tingkat radiasi tetap normal di luar fasilitas nuklir ini, masih ada kekhawatiran mendalam mengenai pabrik nuklir operasional Iran di Bushehr.

Ia menyebut serangan apa pun terhadap Bushehr dapat memicu pelepasan radiasi besar-besaran di seluruh wilayah.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah mengumumkan di media sosial bahwa Israel dan Iran telah menyepakati gencatan senjata.

Dikutip dari CNN, Trump mengumumkan hal tersebut pada Senin (23/6/2025) malam.

"Telah sepenuhnya disepakati oleh dan antara Israel dan Iran bahwa akan ada Gencatan Senjata yang Penuh dan Total (dalam waktu sekitar 6 jam dari sekarang, ketika Israel dan Iran telah mengakhiri dan menyelesaikan misi terakhir mereka), dalam waktu 12 jam, Perang akan dianggap Berakhir," tulis Trump di media sosial, Selasa (24/6/2025).

Sebelas hari setelah Israel melancarkan serangan udara dan rudal terhadap lokasi militer dan nuklir Iran, sekitar 430 orang diyakini tewas di Iran, sebagian besar dari mereka warga sipil.

Menurut laporan Israel, 25 orang tewas dan lebih dari 1.300 orang terluka akibat serangan rudal Iran.

(Rakli/Gita Irawan)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.