TRIBUNNEWS.COM - Kekejaman Israel di Gaza terus berlanjut selama konflik peperangan antara negara Zionis tersebut dengan Iran.
Menurut otoritas kesehatan yang dikutip dari Al Jazeera, sedikitnya 870 warga Palestina yang dibunuh oleh pasukan Israel selama konflik Israel dengan Iran.
Secara keseluruhan, jumlah warga Palestina yang tewas mencapai 56.077 orang, dan jumlah tersebut tidak termasuk ribuan orang yang terjebak di bawah reruntuhan yang diduga tewas.
Sementara itu, saat ini sedang dilaksanakan gencatan senjata antara Iran-Israel setelah melaksanakan perang selama 12 hari.
Namun, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump merasa frustrasi karena mendengar Israel menyerang Ibu Kota Iran, Teheran, pada Selasa (24/6/2025).
Trump menyebut, Israel telah merusak kesepakatan gencatan senjata tersebut hanya beberapa jam setelah pengumumannya.
Gencatan senjata, yang ditengahi oleh AS dan Qatar, mulai berlaku Senin malam setelah berhari-hari terjadi serangan rudal intensif antara kedua musuh bebuyutan tersebut.
Gelombang serangan terakhir Israel menargetkan infrastruktur militer Iran di dekat Isfahan, yang memicu serangan balasan dengan pesawat nirawak oleh Teheran.
"Iran melanggar gencatan senjata, tetapi Israel juga melanggarnya. Jadi saya tidak senang dengan mereka."
"Saya juga tidak senang dengan Iran. Namun saya benar-benar tidak senang jika Israel keluar pagi ini," ungkap Trump dengan nada marah.
Trump mengaku dirinya telah berusaha membuat Israel untuk tetap tenang, tetapi dirusak begitu saja oleh rezim Zionis.
"Israel, segera setelah kami membuat kesepakatan, mereka keluar dan menjatuhkan banyak bom, yang belum pernah saya lihat sebelumnya," ucap Trump.
Kemarahan Trump kembali memuncak saat dirinya berada di Gedung Putih dan akan melakukan pertemuan puncak NATO di Den Haag, Belanda.
"Kita memiliki dua negara yang telah bertempur begitu lama dan keras sehingga mereka tidak tahu apa yang sebenarnya mereka lakukan," ucap Trump.
Sementara itu, Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan, pihaknya akan tetap mematuhi gencatan senjata jika Israel tak melakukan serangan terlebih dahulu.
Hal tersebut disampaikan Pezeshkian dalam percakapan telepon dengan perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, pada hari Selasa.
"Jika rezim Zionis tidak melanggar gencatan senjata, Iran juga tak akan melanggar gencatan senjata," ucapnya, dikutip dari Tasnim News Agency.
Pezeshkian menyebut, rezim Zionis dan pendukungnya berharap bisa menciptakan ketidaknyamanan kepada Iran.
“Namun, warga Iran menunjukkan bahwa, meskipun ada beberapa masalah, mereka tetap bersatu melawan agresi musuh,” tuturnya.
Ia menambahkan, Israel menyerang Iran di tengah negosiasi tak langsung antara Iran dan Amerika Serikat (AS) dengan keyakinan keliru bahwa Teheran tidak memiliki kemampuan untuk merespons dan akan menyerah dalam beberapa hari.
“Rezim Zionis dan para pendukungnya juga mengandalkan hasutan untuk menimbulkan ketidakpuasan dan memobilisasi rakyat Iran,” ungkap Pezeshkian, sebagaimana dilaporkan situs web resminya.
(Deni/Whiesa)