TRIBUNNEWS.COM - Penilaian awal intelijen Amerika Serikat (AS) terkait dengan serangan militer AS terhadap tiga fasilitas nuklir di Iran beberapa hari lalu bocor.
Serangan militer AS ke Iran pada Minggu (22/6/2025) disebut tidak menghancurkan komponen inti program nuklir Iran.
Serangan tersebut kemungkinan hanya menghambat program nuklir selama beberapa bulan.
Dikutip dari CNN, Rabu (25/6/2025), penilaian yang dibuat oleh Badan Intelijen Pertahanan (DIA) tersebut belum pernah dilaporkan sebelumnya.
Menurut penilaian awal intelijen AS yang dijelaskan oleh empat orang yang diberi pengarahan tentang hal itu, serangan militer AS terhadap 3 fasilitas nuklir Iran tidak menghancurkan komponen program nuklir.
Salah satu sumber mengatakan bahwa penilaian itu didasarkan pada penilaian kerusakan akibat pertempuran yang dilakukan Komando Pusat AS setelah serangan AS.
Temuan awal tersebut bertentangan dengan klaim dari Presiden AS Donald Trump yang menegaskan bahwa serangan AS ke Iran sepenuhnya menghancurkan fasilitas pengayaan nuklir Iran.
Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, juga mengatakan bahwa ambisi nuklir Iran telah hancur akibat serangan yang dilancarkan AS.
Menurut dua orang yang mengetahui penilaian tersebut mengatakan bahwa persediaan uranium yang diperkaya milik Iran tidak hancur.
Bahkan, salah satu orang mengatakan sentrifus sebagian besar utuh.
"Jadi penilaian (DIA) adalah bahwa AS menunda mereka mungkin beberapa bulan, paling lama," kata orang ini, dikutip dari CNN, Rabu.
Gedung Putih mengakui adanya penilaian tersebut, tetapi mengatakan mereka tidak setuju dengannya.
"Penilaian yang dituduhkan ini jelas-jelas salah dan diklasifikasikan sebagai 'sangat rahasia' tetapi tetap saja dibocorkan ke CNN oleh seorang pecundang anonim dan rendahan di komunitas intelijen," kata sekretaris pers Gedung Putih Karoline Leavitt.
"Kebocoran penilaian yang dituduhkan ini adalah upaya yang jelas untuk merendahkan Presiden Trump, dan mendiskreditkan pilot pesawat tempur pemberani yang melakukan misi yang dieksekusi dengan sempurna untuk menghancurkan program nuklir Iran."
"Semua orang tahu apa yang terjadi ketika Anda menjatuhkan empat belas bom seberat 30.000 pon dengan sempurna pada target mereka: pemusnahan total," jelasnya.
Sebelumnya, militer AS menyerang tiga situs nuklir Iran pada Minggu (22/6/2025).
Tiga fasilitas nuklir Iran tersebut, yakni Fordow, Natanz, dan Isfahan.
Donald Trump mengeklaim telah menyelesaikan serangan yang sangat sukses terhadap tiga situs nuklir Iran tersebut
"Kami telah menyelesaikan serangan yang sangat berhasil terhadap tiga situs nuklir di Iran, termasuk Fordow, Natanz, dan Esfahan. Semua pesawat sekarang berada di luar wilayah udara Iran."
"Serangkaian penuh BOM dijatuhkan di lokasi utama, Fordow. Semua pesawat dalam perjalanan pulang dengan selamat. Selamat kepada Prajurit Amerika kita yang hebat."
"Tidak ada militer lain di dunia yang dapat melakukan ini. SEKARANG WAKTUNYA UNTUK PERDAMAIAN! Terima kasih atas perhatian Anda terhadap masalah ini."
Dalam pidato, Trump juga mengatakan serangan tersebut merupakan keberhasilan militer yang spektakuler.
Konflik ini memuncak setelah Israel melancarkan serangan mendadak terhadap puluhan target nuklir dan militer Iran pada 13 Juni 2025.
Israel menyatakan bahwa tujuannya adalah untuk membongkar program nuklir Iran, yang menurut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, akan segera mampu menghasilkan bom nuklir.
Iran, di sisi lain, bersikeras bahwa ambisi nuklirnya sepenuhnya bersifat damai untuk ilmu pengetahuan.
Sebagai balasan, Iran meluncurkan ratusan roket dan drone ke wilayah Israel.
Sejak saat itu, kedua negara terus saling menyerang dalam perang udara yang telah berlangsung lebih dari seminggu.
Presiden AS Donald Trump sejak lama menentang kepemilikan senjata nuklir oleh Iran.
Donald Trump mengumumkan Israel dan Iran telah mencapai kesepakatan untuk gencatan senjata pada Senin (23/6/2025) malam waktu setempat.
Pengumuman tersebut disampaikan melalui media sosial.
Iran dan Israel pun menyepakatinya.
Berikut pernyataan lengkapnya, seperti dilansir dari Aljazeera, Selasa (24/6/2025).
"SELAMAT KEPADA SEMUANYA! Telah sepenuhnya disetujui oleh dan antara Israel dan Iran bahwa akan ada GENCATAN SENJATA yang Penuh dan Total (dalam waktu sekitar 6 jam dari sekarang, ketika Israel dan Iran telah mengakhiri dan menyelesaikan misi terakhir mereka!), dalam kurun waktu 12 jam, saat itu Perang akan dianggap BERAKHIR!"
"Secara resmi, Iran akan memulai GENCATAN SENJATA, dan dalam 12 jam ke depan Israel akan memulai GENCATAN SENJATA dan dalam 24 jam ke depan secara resmi Akhir PERANG 12 HARI akan disambut oleh Dunia. Selama GENCATAN SENJATA, kedua belah pihak akan tetap saling DAMAI dan HORMAT."
"Dengan asumsi bahwa semuanya berjalan sebagaimana mestinya, dan itu pasti akan terjadi, saya ingin mengucapkan selamat kepada kedua Negara, Israel dan Iran, karena memiliki Stamina, Keberanian, dan Kecerdasan untuk mengakhiri apa yang disebut sebagai PERANG 12 HARI."
"Ini adalah Perang yang bisa berlangsung selama bertahun-tahun, dan menghancurkan seluruh Timur Tengah, tetapi itu tidak terjadi, dan tidak akan pernah terjadi! Tuhan memberkati Israel, Tuhan memberkati Iran, Tuhan memberkati Timur Tengah, Tuhan memberkati Amerika Serikat, dan TUHAN MEMBERKATI DUNIA!"
Tak lama setelah gencatan senjata, Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengumumkan berakhirnya perang selama 12 hari dengan Israel, Rabu (25/6/2025).
Masoud Pezeshkian juga memuji perjuangan Iran selama 12 hari dalam perang melawan Israel sejak konflik dimulai pada Jumat (13/6/2025).
"Hari ini, setelah perlawanan heroik bangsa kita yang hebat, yang tekadnya membuat sejarah, kita menyaksikan tercapainya gencatan senjata dan berakhirnya perang 12 hari yang dipaksakan oleh petualangan dan provokasi Israel," kata Masoud Pezeshkian, menurut kantor berita resmi Iran, IRNA, seperti dikutip dari Al Jazeera.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu klaim kemenangan atas Iran setelah 12 hari berperang.
Netanyahu juga mengatakan Israel 'akan bertindak' jika Iran mencoba membangun kembali program nuklirnya.
"Kami meraih kemenangan bersejarah, dan kemenangan ini akan bertahan selama beberapa generasi," kata Netanyahu dilansir Aljazeera, Rabu (25/6/2025).
Dia mengatakan militer Israel berhasil bangkit dari serangan Iran.
Dalam konflik ini, Iran menyampaikan bahwa sebanyak 610 warga sipil tewas dan lebih dari 4.700 orang terluka di Iran.
"Selama 12 hari terakhir, rumah sakit telah dihadapkan dengan pemandangan yang sangat mengerikan," kata juru bicara kementerian kesehatan Iran, Hossein Kermanpour, Selasa (24/6/2025), dikutip dari Al Arabiya.
Adanya laporan terkait dengan uranium seberat 400 kilogram yang diperkaya hingga 60 persen oleh Iran membuat kekhawatiran khusus Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).
Pasca serangan bom mendadak Amerika Serikat (AS) terhadap fasilitas pengayaan uranium Iran, kepala pengawas nuklir yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meminta akses bagi inspektur internasional ke fasilitas nuklir Iran.
Direktur Jenderal IAEA, Rafael Grossi, telah menulis surat kepada Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi untuk meminta akses tersebut.
Mengutip dari situs web resmi PBB, berdasarkan ketentuan kesepakatan nuklir tahun 2015 dengan komunitas internasional, Iran diizinkan untuk memperkaya bahan radioaktif alami hingga kurang dari 4 persen.
"Kawah-kawah kini terlihat di lokasi Fordow, lokasi utama Iran untuk pengayaan uranium pada 60 persen, yang menunjukkan penggunaan amunisi penghancur bawah tanah," kata Rafael Grossi saat berpidato dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB di New York, Minggu (22/6/2025).
"Saat ini tidak seorang pun termasuk IAEA yang berada dalam posisi untuk menilai sepenuhnya kerusakan bawah tanah di Fordow," imbuhnya.
Rafael Grossi mengatakan bahwa dengan mempertimbangkan muatan bahan peledak tinggi yang digunakan dalam serangan AS, kerusakan yang sangat signifikan diperkirakan telah terjadi pada mesin sentrifus yang sangat sensitif yang digunakan untuk memperkaya uranium di Fordow.
Fordow adalah salah satu dari beberapa lokasi terkait nuklir di Iran yang diketahui telah rusak akibat serangan Amerika Serikat, termasuk di Esfahan, Arak, dan Teheran.
Rafael Grossi mengatakan bahwa meskipun tingkat radiasi tetap normal di luar fasilitas nuklir ini, masih ada kekhawatiran mendalam mengenai pabrik nuklir operasional Iran di Bushehr.
Ia menyebut serangan apa pun terhadap Bushehr dapat memicu pelepasan radiasi besar-besaran di seluruh wilayah.
(Rakli)