Ulah Anggota Brimob Diduga Beli Helm Pakai QRIS Palsu, sudah Ketahuan Tapi Disuruh Transfer Tak Mau
Torik Aqua June 25, 2025 02:30 PM

TRIBUNJATIM.COM - Anggota Brimob berulah diduga membeli helm pakai QRIS palsu.

Diketahui, anggota polisi itu melakukan aksinya di Jalan Raya Cileunyi, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Saat itu anggota polisi tersebut sedang beli helm di sebuah toko.

Peristiwa itu terekam CCTV terjadi pada Minggu (8/6/2025) pukul 10.00 WIB.

Akibatnya, pemilik toko helm merugi Rp 380 ribu.

POLISI MENIPU - Seorang oknum anggota polisi diduga melakukan aksi penipuan di Jalan Raya Cileunyi, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung. Beli helm diduga menggunakan QRIS palsu.

Kapolsek Cileunyi, Kompol Rizal Adam membenarkan, adanya kejadian tersebut. 

Di mana usai dicari tahu, pelaku tersebut benar merupakan anggota kepolisian.

"Kami cek pelakunya, sudah terdeteksi ternyata anggota polisi," ujarnya saat dikonfirmasi via telfon, Selasa (24/6/2025).

Lebih lanjut Rizal menerangkan, korban yang merupakan pemilik toko helm di Jalan Raya Cileunyi telah ditipu oleh oknum anggota polisi tersebut.

Korban sempat melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Cileunyi.

"Awalnya, si korban itu melaporkan ke Polsek Cileunyi.

Di mana beberapa hari ke belakang korban yang merupakan pemilik toko helm mendapati kerugian Rp 380 ribu dari aksi penipuan itu," katanya.

Rizal mengungkapkan bahwa saat ini pelaku yang merupakan oknum polisi dari kesatuan Brimob tersebut, sudah naik perkaranya ke berita acara pemeriksaan (BAP).

"Nanti mau ditindak lanjuti. Brimob juga sudah monitor, sedang di proses. Ya sekarang sedang di proses di Propam," ucapnya.

Kesaksian Pemilik Toko Helm

Ditempat berbeda, korban yang berinisial RAF (30) menjelaskan insiden itu bermula ketika pelaku berpura-pura melakukan pembayaran non-tunai.

Saat kejadian pelaku mengaku akan membayar melalui metode QRIS karena tidak membawa uang tunai.

Namun setelah sekian lama, korban mulai curiga.

"Tapi memang dia (pelaku) sempat scan barcode dulu, seolah-olah akan melakukan pembayaran. Setelah dari situ, kalau lihat dari CCTV, dia tetap terlihat mengedit dulu di handphonenya, jadi tidak langsung selesai," ujarnya.

RAF mejelaskan, usai jeda transaksi tersebut karyawannya langsung mendokumentasikan bukti pembayaran.

Hal itu dilakukan untuk laporan pencatatan transaksi.

"Sama karyawan di foto untuk laporan, setelah itu (terduga) pelaku pergi. Saya setiap cek transaksi selalu malam setiap sudah tutup toko, jadi gak di saat itu.

Ketika malam saya hitung totalan dan laporan, saat cek transaksi tersebut tidak ada," ucapnya.

Usai mengetahui bahwa pembayaran yang dilakukan pelaku palsu, RAF mengatakan pihaknya sempat menghubungi nomor pelaku yang tertera di bukti pembayaran.

Akan tetapi, setelah diberi kesempatan baik mendatangi toko atau membayar melalui rekening, terduga pelaku dinilai tak ada itikad baik alias enggan membayar. 

"Kami lapor ke Polsek. Dari pihak Polsek juga ada informasi, ternyata (terduga) pelaku itu merupakan anggota (oknum Polisi)," ujarnya.

Sementara itu, ulah anggota polisi lainnya juga pernah terjadi di Surabaya.

Oknum polisi diduga melakukan pemerasan terhadap mahasiswa yang ada di Surabaya, Jawa Timur.

Dua mahasiswa diduga diperas oleh anggota Polsek Tandes Surabaya dan preman.

Dua mahasiswa itu, yakni KV (23) dan RA (23) mengalami kejadian tersebut setelah pulang dari kondangan di kawasan Krian, Sidoarjo, Jawa Timur pada Kamis (19/6/2025) sekitar pukul 22.00 WIB.

Ayah KV, Djumadi menceritakan bahwa putrinya saat itu bersama teman pulang dari kondangan menggunakan mobil.

“Mereka mengendarai mobil keluar dari exit Tol Tambak Sumur Pondok Candra, Sidoarjo ada sedikit persenggolan dengan roda dua tapi enggak masalah,” kata Djumadi saat dihubungi Kompas.com, Selasa (24/6/2025), seperti dikutip TribunJatim.com, Rabu (25/6/2025).

Setelah menyelesaikan masalah yang bersinggungan dengan pengendara roda dua, KV dan RA melanjutkan perjalanannya dan berhenti di tempat yang lebih aman untuk mengecek kondisi mobil, tak jauh dari Pondok Candra.

Namun, tak lama setelah berhenti, dua orang berboncengan roda dua tiba-tiba berhenti di depan mobilnya.

Dua orang itu salah satunya berseragam polisi, sedangkan satu lagi berbaju bebas.

“Baru berhenti, tiba-tiba datang sepeda motor yang dikendarai oleh satu orang berseragam polisi dan satu orang preman. Langsung motong depan mobil,” ujarnya.

Djumadi menyampaikan bahwa orang berseragam polisi tersebut menggebrak pintu mobil bagian kanan.

Sementara itu, preman menggebrak pintu mobil sebelah kiri.

“Digebrak-gebrak, maksa buka pintu buka pintu, buka kaca, mana KTP,” ucap Djumadi menirukan perkataan oknum polisi.

RA yang kebingungan pun lantas menanyakan maksud dari kedatangan dua orang tersebut.

Saat itu, keduanya berdalih bahwa ada operasi gabungan dari TNI dan Polri.

PELECEHAN - Ilustrasi polisi. Oknum polisi berpangkat Briptu nekat lecehkan siswi SMK.
PELECEHAN - Ilustrasi polisi. Oknum polisi berpangkat Briptu nekat lecehkan siswi SMK. (Generated by AI)

“Waktu di cek KTP karena berbeda, kan cuma teman kuliah, mereka dituduh berbuat macam-macam. Anak saya posisi pakai kain batik panjang karena habis terima tamu,” ujarnya.

Tak lama setelahnya, oknum polisi tersebut mengambil alih setir mobil dan memaksa menuju Mapolda Jawa Timur, Jalan A Yani Surabaya.

Sementara itu, sang preman pergi meninggalkan mereka bertiga.

Setelah sampai di Jalan A Yani, oknum polisi tidak ingin masuk ke gerbang Mapolda.

Dia berhenti di pinggir jalan dengan alasan banyak anak buah dan wartawan.

“Akhirnya dibawa muter-muter Jalan A Yani sampai empat kali. Hingga akhirnya bilang ‘Sudah begini saja, saya mau bantu kamu. Kamu ada duit 10 juta enggak?’,” katanya.

KV dan RA pun menolak karena tidak membawa 10 juta. Oknum polisi itu, katanya, bersikeras meminta tujuh juta.

KV yang ketakutan akhirnya menelpon Djumadi. Djumadi mengaku mendengar anaknya dibentak dan menanyakan profil dirinya.

VIRAL DUGAAN PUNGLI - Tangkapan layar menunjukkan oknum Polisi lalu lintas Polsek Medan Baru diduga meminta uang dengan cara transfer lewat aplikasi kepada pelanggar lalu lintas, Senin (12/5/2025). Saat ini oknum polisi tersebut sudah diperiksa. Fakta baru dikuak Propam Polrestabes Medan.
VIRAL DUGAAN PUNGLI - Tangkapan layar menunjukkan oknum Polisi lalu lintas Polsek Medan Baru diduga meminta uang dengan cara transfer lewat aplikasi kepada pelanggar lalu lintas, Senin (12/5/2025). Saat ini oknum polisi tersebut sudah diperiksa. Fakta baru dikuak Propam Polrestabes Medan. (Tribunmedan.com/ Instagram @medanheadlines.id)

Karena tidak kunjung mendapatkan uang, oknum polisi lantas memaksa KV dan RA menuju minimarket yang tak jauh dari Mapolda Jatim untuk menarik uang dari mesin ATM.

“Ada berapa uang di ATM-mu? katanya. Anak saya dan temannya bohong jawab tinggal Rp 500.000 dan Rp 150.000. Dan si oknum memaksa untuk ambil dan mengancam,” tuturnya.

ATM milik KV dan RA pun diambil oleh oknum polisi.

Mereka diminta membayar Rp 7 juta kurangnya pada esok hari pukul 05.00 WIB.

Saat perjalanan menuju minimarket, KV sempat memotret wajah oknum polisi dan mengirimkan foto itu kepada ayahnya melalui pesan.

Foto tersebut dijadikan barang bukti dan Djumadi menanyakan identitas oknum polisi itu kepada sejumlah koleganya di jajaran Polresta Sidoarjo dan Polrestabes Surabaya

“Akhirnya jam 6 ada yang telepon menyebutkan identitasnya mengacu kepada salah satu oknum anggota Polsek Tandes, Bripka H,” katanya. 

Djumadi mengatakan bahwa Bripka H kini telah diamankan oleh jajaran Polrestabes Surabaya. KV dan RA pun telah menjalani pemeriksaan.

Bripka H, anggota Polsek Tandes, Surabaya, diamankan Propam Polrestabes Surabaya setelah diduga melakukan pemerasan terhadap dua mahasiswa.

Bripka H memeras korban dengan dalih operasi gabungan TNI-Polri.

Adapun korbannya adalah mahasiswa berinisial KV (23) dan RA (23).

“Tersangka sudah diamankan Propam Polrestabes Surabaya. Tadi saya sudah dapat laporannya,” kata Djumadi, ayah KV saat dihubungi Kompas.com, Senin (24/6/2025).

Hal ini pun dibenarkan oleh Kasi Humas Polrestabes Surabaya AKP Rina Shanty Dewi Nainggolan. Bripka H telah diamankan dan dimintai keterangan.

“Sudah dimintai keterangan oleh Propam dan ditangani,” kata Rina Shanty.

Kasus pemerasan itu berawal saat KV dan RA diberhentikan oleh Bripka H dan rekannya diduga seorang preman di kawasan Pondok Candra Sidoarjo pada Kamis (19/6/2025) sekitar pukul 22.00 WIB. 

Bripka H memeriksa KV dan RA yang berhenti di pinggir jalan untuk mengecek mobil setelah bersenggolan dengan kendaraan roda dua.

Bripka H berdalih sedang menjalankan operasi gabungan TNI-Polri hingga berujung menuduh korban berbuat macam-macam.

Bripka H lantas mengambil alih mobil menuju Mapolda Jatim dengan meminta uang Rp 10 juta untuk modus jalan damai. Bripka H juga sempat nego Rp 7 juta karena korban mengaku tak punya uang.

Bripka H lantas mengajak korban ke minimarket untuk mengambil uang. Korban pun memotret wajah Bripka H diam-diam untuk melapor.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.