Disertasi Soal Bias Gender dan Ekologi di Buku SD, Radius Setiyawan Resmi Sandang Gelar Doktor
Dwi Prastika June 25, 2025 02:30 PM

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Sulvi Sofiana

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Buku pelajaran Sekolah Dasar (SD) ternyata masih menyimpan banyak bias, baik terhadap perempuan maupun lingkungan. 

Temuan itulah yang diangkat Radius Setiyawan, Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya dalam disertasinya hingga mengantarkannya meraih gelar Doktor Ilmu Sosial dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Selasa (24/6/2025). 

Disertasinya mengupas tuntas bagaimana narasi dalam buku teks Kurikulum Merdeka masih dipenuhi stereotip gender dan minim kesadaran ekologi.

Sidang terbuka itu dipimpin oleh Prof Dr Bagong Suyanto (ketua) dengan delapan anggota penguji.

Disertasi Radius yang berjudul “Ideologi Gender dan Ekologi dalam Buku Teks Kurikulum Merdeka: Kajian Ekofeminisme” membongkar bias patriarkal dan antroposentris yang masih ditemukan dalam buku-buku teks Sekolah Dasar (SD), khususnya yang digunakan di sekolah-sekolah penggerak.

“Dalam analisis saya, perempuan masih ditampilkan dalam posisi subordinatif dan peran pengasuhan, sedangkan laki-laki mendominasi ruang publik, termasuk dalam ilustrasi kegiatan upacara,” ungkap Radius.

Radius menggunakan pendekatan analisis wacana Sara Mills untuk menunjukkan bagaimana konstruksi ideologis dalam buku teks tidak hanya mereproduksi relasi antara laki-laki dan perempuan, tetapi juga hubungan manusia dengan alam. 

Ia menilai banyak narasi dan ilustrasi dalam buku teks masih mengandalkan stereotip lama yang merugikan perempuan dan abai terhadap isu ekologi.

Ia juga mengkritik lemahnya proses seleksi dan kurasi penulis buku teks yang cenderung mengandalkan narasi dan ilustrasi generik tanpa sensitivitas terhadap isu gender dan lingkungan. 

“Beberapa konten hanya mengalami perubahan istilah, bukan pembaruan substansi. Ini menunjukkan adanya kekosongan refleksi kritis dalam produksi materi ajar,” tambah Radius.

Lebih jauh, Radius mengaitkan temuan-temuannya dengan keberlanjutan habitus pendidikan sejak era Orde Baru. 

Ia menyebut, buku teks SD masih berada dalam cengkeraman Ideological State Apparatus (ISA), yaitu situasi di mana institusi pendidikan digunakan untuk melanggengkan struktur kekuasaan simbolik yang bias gender dan ekologi.

Disertasinya dinilai memberikan kontribusi penting dalam pengembangan ilmu sosial, khususnya dalam kajian interdisipliner yang menggabungkan isu gender, ekologi, dan pendidikan. 

Radius juga menyampaikan sejumlah rekomendasi kepada pemerintah untuk memperbaiki sistem pendidikan dasar di Indonesia.

Pertama, ia menekankan pentingnya perhatian serius terhadap masih banyaknya narasi dalam buku teks SD yang mengandung bias gender dan tidak ramah lingkungan.

Ia menyebut masa pendidikan dasar sebagai fase krusial dalam pembentukan karakter anak.

“Dalam fase ini, anak-anak belajar melalui pengamatan, pendengaran, bacaan, dan peniruan, termasuk dari buku-buku teks yang mereka gunakan di sekolah. Kalau buku yang dipakai anak-anak sejak dini saja masih menanamkan stereotip gender dan eksploitasi alam, maka kita sedang menanam benih ketimpangan sejak awal,” tegasnya.

Kedua, Radius tidak menyarankan penghapusan total buku-buku yang ada, namun mendorong adanya evaluasi menyeluruh terhadap isi narasi, profil penulis, penerbit, serta lembaga-lembaga yang terlibat dalam proses produksi dan distribusi buku teks.

“Pemerintah bisa mengambil peran lebih aktif dalam proses kurasi dan pengawasan, agar nilai-nilai keadilan gender dan kelestarian lingkungan menjadi bagian integral dari materi pembelajaran,” jelasnya.

Ketiga, Radius menyampaikan, meski penelitiannya tidak mencakup keseluruhan aspek Kurikulum Merdeka, analisis terhadap buku teks tetap penting karena buku merupakan salah satu instrumen utama dalam proses pembelajaran di hampir seluruh sekolah dasar di Indonesia.

Dengan paparan ilmiah dan argumentasi yang kuat, Radius berharap disertasinya mampu memicu diskusi lebih luas tentang pentingnya pendidikan dasar yang terbebas dari bias ideologis, sekaligus mendorong lahirnya generasi yang lebih kritis, adil, dan peduli terhadap lingkungan.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.