TRIBUNJATIM.COM - Kisah pilu bocah digigit ular disebut tak ditangani serius oleh RSUD Kajen.
Ayah korban menyebut sudah sepekan anaknya dirawat di RS lain.
Seorang anak laki-laki asal Desa Bukur, Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, kini menjalani perawatan intensif di ruang ICU Rumah Sakit Islam (RSI) Pekajangan.
Ia sebelumnya mengalami kondisi memburuk seusai diduga digigit ular dan mendapat penanganan medis yang kurang optimal.
Korban bernama Rafa Ramadhani Suwondho awalnya dibawa ke RSUD Kajen setelah menunjukkan gejala tubuh lemas.
Sayangnya, pelayanan yang diberikan rumah sakit tersebut dinilai tidak maksimal.
Bahkan, keluarga menduga telah terjadi malpraktik karena diagnosa awal yang tidak tepat.
Pihak RSUD Kajen juga tidak menyarankan rawat inap, meski keluarga telah memintanya secara langsung.
Karena kondisi Rafa semakin memburuk, keluarga memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit lain.
Setibanya di RSI Pekajangan, kondisi bocah tersebut sudah tidak sadarkan diri dan telah dirawat di ICU selama sepekan sejak kejadian.
Insiden ini terjadi pada Senin (16/6/2025) sekitar pukul 04.00 WIB.
Menurut keterangan kakeknya, Datur (56), Rafa diduga digigit ular saat tidur di rumah.
Sementara itu, ayah korban, Suwondho, mengaku sempat melihat ular di dalam kamar yang diduga menggigit anaknya.
Ular tersebut berwarna hitam dengan belang putih, diduga jenis ular weling.
"Saya dan istri melihat ularnya, ularnya warna hitam dan ada warna putih kemungkinan ular weling," katanya.
Namun setelah dicari, ular itu tidak ditemukan lagi.
"Anaknya sudah sepekan di rawat di ICU RSI Pekajangan," imbuhnya.
Kronologi
Orangtua Rafa sempat membawanya ke mantri desa bernama untuk mendapat pertolongan pertama.
“Di tempat Pak Warno atau mantri desa, luka digigitnya sempat dipencet dan keluar darah. Tapi Pak Warno tidak berani menyuntik, jadi disarankan langsung ke RSUD Kajen," ujar Datur saat ditemui Tribun Jateng, Selasa (24/6/2025).
Saat tiba di RSUD, Rafa mulai mengeluhkan pusing, pandangan kabur, dan matanya terasa berat.
Namun menurut Datur, dokter yang menangani hanya menganggap gejala tersebut sebagai efek bangun tidur, tanpa merespons lebih serius.
"Dokternya bilang, 'anak baru bangun tidur, ya pusing'. Padahal cucu saya bilang matanya berat dan tidak bisa melihat. Saya suruh lihat ke arah saya, tapi katanya gelap," tutur Datur.
Rafa kemudian hanya disuntik tiga kali, diambil sampel darah, dan diberi obat, lalu diperbolehkan pulang.
Keluarga sempat menolak dan meminta rawat inap karena korban terlihat lemas, napas berat, serta kesulitan membuka mata.
Namun permintaan itu tidak dikabulkan, dan pasien dipulangkan sekitar pukul 07.30 WIB.
Sayangnya saat di perjalanan pulang, kondisi Rafa memburuk.
Ia mengalami kejang-kejang hingga akhirnya langsung dibawa ke RSI Pekajangan.
"Waktu itu memang masih sadar, tapi di perjalanan pulang cucu saya kejang-kejang. Langsung saya bawa ke RSI Pekajangan, karena disarankan tukang parkir kalau ke puskesmas dulu mungkin akan lebih lama," ucapnya lirih.
Sesampainya di sana, ia sudah dalam kondisi tidak sadar dan hingga kini belum menunjukkan perkembangan.
“Saya menyesal, tapi sekarang hanya bisa berharap cucu saya bisa sembuh,” ucap Datur sedih.
Klarifikasi RSUD Kajen
Kepala Bidang Keperawatan RSUD Kajen, Dwi Harto, memberikan keterangan terkait penanganan seorang bocah yang diduga mengalami gigitan ular dan sempat dirawat di rumah sakit tersebut.
Menurutnya, pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada Senin (16/6/2025) sekitar pukul 05.00 WIB dalam keadaan sadar.
Begitu tiba, pasien langsung menjalani pemeriksaan awal melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik pada area tubuh yang diduga tergigit.
Dari hasil pemeriksaan, ditemukan luka kecil berupa satu titik pada kaki kanan, yang kemudian dibersihkan oleh tim medis.
“Setelah itu dilakukan pemeriksaan darah lengkap dan pasien diobservasi selama dua jam di IGD,” jelas Dwi Harto.
Selama masa observasi, kondisi pasien disebut stabil, dan hasil laboratorium menunjukkan data normal.
Berdasarkan temuan tersebut dan karena tidak ada penurunan kesadaran, pasien diperbolehkan pulang.
Sebelum keluar dari rumah sakit, pasien telah diberikan edukasi medis dan resep obat, termasuk antibiotik dan antipiretik untuk mengatasi demam dan nyeri.
"Pasien dipulangkan setelah mendapat edukasi dari dokter dan tenaga kesehatan. Kami juga memberikan resep obat berupa antibiotik dan antipiretik untuk penanganan di rumah," jelasnya.
Dwi menegaskan bahwa semua tindakan medis telah dilakukan sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) RSUD Kajen.
Ia juga menyebut bahwa pasien saat itu dalam keadaan sadar penuh dan telah diberi arahan untuk segera kembali ke IGD bila muncul gejala yang memburuk.
"Pasien masih dalam kondisi sadar penuh saat pulang, dan telah diberi arahan agar segera kembali ke IGD jika muncul gejala yang memburuk," tandasnya.