Evakuasi Pendaki Juliana Marins Menggunakan 'Vertical Evacuation', Sosok Agam Disorot Warga Brasil
Erik S June 26, 2025 12:32 AM

TRIBUNNEWS.COM, LOMBOK- Warga Brasil kini menyoroti Agam, sosok yang mengevakuasi jasad Juliana Marins (27) di Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Jenazah Juliana berhasil dievakuasi pada Rabu (25/6/2025).

Agam bersama tim SAR gabungan melakukan evakuasi jasad Juliana dengan cara vertical evacuation.

Di akun Instagramnya, Agam mengunggah ketika bergelantung di tebing dengan membawa jenazah Juliana.

"Persiapan penarikan. Semangat," ucapnya.

Agam merupakan satu dari empat orang rescuer yang turun mengevakuasi jenazah Juliana Marins di kedalaman 600 meter.

"Turut berduka cita, atas meninggalnya pendaki asal Brazil, saya tidak bisa berbuat banyak, saya hanya bisa bantu seperti ini, Semoga amal ibadahnya diterima disisiNya Amin." tulis Agam di postingannya.

Dilihat dari bio di akun Instagramnya, Agam berprofesi sebagai guide di gunung dan pantai.

Ia memiliki travel bernama Etnoshop Adventure. Selain itu Agam juga ahli dalam cave dan vertical rescue.

Kini Agam dianggap sebagai pahlawan bagi warga Brasil.

"Our hero (pahlawan kita)," tulis akun Instagram Sinta Stepani.

Kepala Pelaksana BPBD NTB, Ahmadi mengatakan tim SAR gabungan melakukan vertical evacuation secara manual menggunakan tali untuk mengevakuasi jasad Juliana.

Vertical evacuation sedang dilakukan Tim SAR Gabungan di kedalaman 400 meter dari punggung Gunung Rinjani.

"Saat ini kita melakukan vertical evacuation, karena ini dia berada di tebing."

"Jadi diangkat begitu menggunakan tali temali, sekitar kedalaman 400 meter dari punggung Gunung Rinjani." katanya.

Jenazah Pendaki Juliana Marins Dibawa ke RS Bhayangkara Mataram

Jenazah Juliana Marins kini dibawa ke Rumah Sakit (RS) Bhayangkara di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) menggunakan ambulans.

Jenazah Juliana Marins tiba di posko SAR Gabungan di Resort Sembalun pukul 20.41 Wita.

Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Mohammad Syafii mengatakan, jenazah awalnya direncanakan evakuasi menggunakan helikopter, namun tidak memungkinkan lantaran cuaca.

 “Karena kondisi cuaca tidak memungkin, awalnya kita ingin evakuasi secepat mungkin dengan heli,” kata Syafii.

Ia mengatakan, rencana awal, jika jenazah sudah dapat ditarik ke atas, maka akan langsung dibawa menggunakan helikopter, namun hal itu terkendala cuaca.

“Jika cuaca bagus, kita ingin mengangkut menggunakan media udara, ternyata kondisi cuaca tidak memungkin,” tegasnya.

Akhirnya evakuasi korban ditandu dan pada pukul 15.50 Wita, jenazah sampai di Pos Pelawangan Sembalun, perjalanan dari titik ini ke posko SAR Gabungan di Resort Sembalun memakan waktu sekitar enam jam.

“Dukungan dari tim gabungan bisa lebih cepat, saat kita monitor ternyata perjalanan bisa maju sekitar 1 jam,” lanjutnya.

Penulis: Sanjaya Ardhi

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.