Penyebab Seseorang Sering Mimpi Buruk, Ini Kata Ahli Neurologi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA -- Seringkah Anda bermimpi saat tidur dan bagaimana otak bisa merancang mimpi itu?
Berikut penjelasan dosen Fakultas Kedokteran IPB University, dr Yeni Quinta Mondiani, SpN.
Saat tidur, terjadi perubahan yang fluktuatif dan dinamis pada sistem saraf, jantung, paru, dan juga metabolik tubuh
Dokter spesialis neurologi ini mengatakan, kondisi fisiologis yang normal dan berulang, ditandai dengan penurunan kesadaran yang bersifat reversible.
Dalam kondisi ini, fungsi kognitif menurun secara global sehingga otak tidak mampu merespons secara penuh terhadap stimulus di sekitarnya.
Dr Yeni mengatakan, tidur terbagi dalam lima fase utama.
Fase 1 hingga 4 disebut sebagai Non-Rapid Eye Movement (NREM), sedangkan fase kelima adalah Rapid Eye Movement (REM).
“Kelima fase ini bisa berulang beberapa kali dalam satu periode tidur, dan masing-masing memiliki fungsi fisiologis yang spesifik,” kata dia dikutip dari laman IPB, Rabu (25/6/2025).
Dijelaskannya, fase tidur terdalam terjadi pada fase 3 dan 4 NREM.
Fase ini berfungsi mengembalikan kesegaran tubuh.
Fase ini juga sering dikaitkan dengan gangguan tidur seperti berjalan saat tidur.
Sementara itu, fase REM dikenal sebagai fase ketika mimpi biasanya terjadi dan dapat diingat dengan jelas saat terbangun.
Berdasarkan hasil penelitian, ia mengatakan ada beberapa area otak yang berperan penting dalam pembentukan mimpi.
Salah satunya adalah nukleus laterodorsal (LTD nuclei) di medulla oblongata, salah satu fungsinya adalah memunculkan komponen visual dalam mimpi dan halusinasi.
“Inti dari LTD ini mendapatkan masukan dari amigdala (pusat emosi) dan hipokampus (pusat memori), yang menjelaskan mengapa mimpi terasa emosional dan membekas dalam ingatan,” jelasnya.
Selain itu, penelitian dari University of Wisconsin-Madison mengidentifikasi area penting lain, yakni posterior cortical hot zone, yang menunjukkan aktivitas listrik tinggi ketika seseorang sedang bermimpi.
Area ini diibaratkan seperti layar proyeksi film otak, yang menayangkan gabungan dari emosi, memori, dan keinginan manusia.
Tak hanya itu, prefrontal cortex, bagian otak yang berfungsi dalam berpikir logis, juga disebut turut aktif selama tidur.
“Semakin aktif bagian ini, semakin besar kemungkinan bisa mengingat isi mimpi,” terang dr Yeni.
Karena sebagian besar mimpi terlupakan, otak jadi tidak terlalu sibuk harus menyimpan semua pengalaman aneh dari mimpi itu.
"Jadi semua bisa belajar dan berkembang tanpa terlalu terbebani," ungkap dia.
Lebih mendalam, ada empat jenis mimpi:
1. Mimpi standar, terjadi sekitar 4–6 kali semalam, sebagian besar di fase REM. Umumnya visual, dipengaruhi oleh aktivitas harian atau stres, biasanya teringat dengan jelas ketika bangun.
2. Nightmares (mimpi buruk), penuh rasa takut atau panik, sering kali terbangun dalam kondisi cemas. Dipicu oleh stres, kecemasan, gangguan tidur, atau kondisi kesehatan mental lainnya.
3. Night terrors. Berlainan dengan mimpi, ini gangguan tidur non‑REM, biasanya dialami anak-anak. Tiba-tiba bangun, teriak, bingung, tapi biasanya tidak ingat mimpi.
4. Lucid dream. Si pemimpi sadar sedang bermimpi; kadang bisa mengontrol jalan mimpi. Sering terjadi di fase REM, dan bisa digunakan untuk terapi, misalnya untuk atasi mimpi buruk.