Aktivitas Bonding Time yang Ideal untuk Anak, Orang Tua Wajib Tahu
Willem Jonata June 27, 2025 05:32 PM

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Salah satu pertanyaan yang kerap muncul di benak para orang tua adalah: aktivitas seperti apa sih yang paling ideal untuk bonding time bersama anak? 

Jawabannya ternyata tidak tunggal dan bisa berubah-ubah, tergantung usia dan kebutuhan perkembangan anak.

Psikolog Pritta Tyas, M.Psi menekankan bahwa aktivitas yang ideal adalah yang sesuai dengan kebutuhan anak saat itu. 

“Jadi bisa jadi aktivitas ideal hari ini, beda dengan aktivitas ideal 6 bulan lagi,” jelasnya pada konferensi pers peluncuran Jakarta Family Walk 2025, di Jakarta Selatan, Kamis (27/6/2025). 

Misalnya, untuk anak-anak usia di bawah 4 tahun, umumnya mereka berada pada fase eksplorasi sensorik. 

Tak heran jika air kerap ditumpahkan, atau bahkan anak tiba-tiba ingin minum dari mangkuk. 

Perilaku-perilaku tersebut sebenarnya adalah cara mereka belajar tentang dunia sekitar.

Dalam tahap ini, aktivitas bonding yang sesuai bisa berupa sensory play bermain dengan tepung, air, adonan, bahkan bahan dapur yang aman. 

Yang terpenting, orang tua peka membaca sinyal kebutuhan anak. 

“Ketika kita melihat anak ada kebutuhan untuk itu, apa yang dia pegang, apa yang dia makan, dipakai mainan, nah berarti dia ada kebutuhan untuk sensory play,” kata Pritta. 

Ketika anak memasuki fase di mana mereka gemar berbicara, bertanya, dan mengulang-ulang cerita, itu menandakan perkembangan bahasanya sedang dominan. 

Dalam kondisi ini, orang tua bisa memanfaatkan pretend play sebagai bentuk bonding.

“Yang paling bikin bonding adalah ketika kita bersedia untuk masuk ke dunia mereka, bersedia gila sama-sama,” ujarnya 

Tak perlu alat main yang mahal atau fancy. Justru dengan kreativitas dan keterlibatan emosional orang tua, anak merasa dimengerti dan dihargai.

Untuk anak-anak usia 5-6 tahun ke atas, yang sudah mulai meninggalkan fase bermain pura-pura, kebutuhan mereka sering kali bergeser ke excitement seeking atau pencarian pengalaman baru yang menyenangkan.

Pritta menceritakan pengalamannya mengajak anak berjalan kaki ke mal melalui jalur yang belum pernah dilewati. 

“Padahal cuma sekedar jalan kaki sebenarnya, tapi itu di luar rutinitas, dan di tempat yang baru, ternyata itu memorable banget buat mereka,” ungkapnya.

Aktivitas sederhana namun dilakukan di luar kebiasaan bisa memberi dampak besar pada kedekatan emosional anak dan orang tua.

Ada juga anak-anak yang tidak banyak bicara atau tidak suka kegiatan fisik. 

Dalam kasus seperti ini, pendekatan melalui permainan open-ended seperti puzzle, balok, atau konstruksi bisa jadi pilihan yang ideal. 

Orang tua cukup hadir dan terlibat dalam aktivitas itu—meskipun tidak banyak berbicara.

“Berarti mainan yang menuntut untuk membangun sesuatu, kita main bareng sama dia, itu termasuk bonding time juga,” jelas Prita.

Aktivitas bonding time tidak harus mahal, megah, atau panjang durasinya. 

Kunci utamanya adalah orang tua mengenali kebutuhan anak, hadir secara utuh, dan bersedia masuk ke dunia anak. 

Dari situ, kelekatan emosional pun akan tumbuh secara alami menjadi fondasi penting bagi perkembangan kepribadian dan hubungan anak dengan lingkungannya.

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.