Pekan Depan, Rupiah Diperkirakan Bergerak di Rentang Rp 16.150-Rp 16.300 Per Dolar AS
Sanusi June 27, 2025 09:32 PM

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan pada pekan depan rupiah akan bergerak di rentang Rp 16.150-16.300 per dolar Amerika Serikat (AS).

Ia menjelaskan, reli dari rupiah berlanjut pada perdagangan hari Kamis (26/6/2025). Ini sejalan dengan pernyataan Presiden AS Donald Trump terkait dengan pemilihan Chairman baru dari Bank Sentral Amerika atau The Federal Reserve (The Fed).

Donald Trump menyatakan bahwa ia mempertimbangkan mempercepat proses nominasi dari Chairman The Fed. Ia menyebut sudah memiliki tiga hingga empat nominasi.

Pernyataan tersebut mendorong ekspektasi pemotongan suku bunga yang lebih cepat pada 2025.

"Sehingga, mendorong pelemahan dolar AS secara global," kata Josua kepada Tribunnews, Jumat (27/6/2025).

Ia mengatakan, rupiah kemudian terapresiasi sepanjang hari dan ditutup menguat 0,52 persen ke level Rp 16.205 per dolar AS.

Sepanjang pekan ini, Josua menyebut rupiah sempat dibuka melemah hingga menyentuh level di atas Rp 16.450 per dolar AS akibat dari tensi geopolitik yang semakin meningkat.

"Namun, sejalan dengan meredanya tensi geopolitik tersebut, rupiah kembali di kisaran Rp 16.200-16.300," ujarnya.

Bila dibandingkan dengan penutupan pada minggu sebelumnya, rupiah menguat 1,11 persen.

Pekan depan, Josua menyebut pergerakan rupiah akan dipengaruhi oleh dampak rilis data PCE pada Jumat serta ketenagakerjaan AS.

Pergerakan rupiah juga berpotensi dipengaruhi oleh perkembangan dari perjanjian dagang berbagai negara menjelang deadline dari kebijakan tarif yang jatuh pada 9 Juli 2025.

"Rupiah diperkirakan bergerak dalam rentang Rp 16.150-16.300 per dolar AS pada pekan depan," ucap Josua. 

Menguat

Pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) mendatangkan penguatan bagi kurs rupiah.

Dalam sepekan, rupiah menguat 1,14 persen. Rupiah Jisdor juga menguat 0,36 persen ke Rp 16.233 per dolar dari hari sebelumnya mendorong penguatan 1,01 persen sepekan.

Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan, penguatan rupiah didukung sentimen risk-on oleh harapan perdamaian di Timur Tengah, sehingga menekan dolar AS.

"Terlebih dolar AS kembali tertekan oleh pernyataan Trump yang akan mengumumkan secepatnya kandidat pengganti Powell agar suku bunga dapat diturunkan," ujarnya, dikutip dari Kontan.

Berdasarkan Trading Economics, indeks dolar tercatat di 97,36 pada Kamis (26/6) pukul 19.00 WIB. Dalam 24 jam terakhir terkoreksi 0,33 persen dan sepekan turun 1,56 persen.

Penguatan rupiah diperkirakan masih berlanjut di pekan depan seiring tekanan pada dolar AS belum mereda. "Namun apabila dalam dua hari ini, data rilis terakhir PDB AS dan inflasi PCE AS lebih kuat dari perkiraan, dolar AS bisa rebound," sebut Lukman.

Dia memaparkan, pasar memperkirakan inflasi inti PCE AS diperkirakan akan sedikit lebih tinggi naik 0,1 persen. Hanya saja, upah diperkirakan hanya naik 0,3 persen, jauh lebih rendah dari 0,8 persen bulan lalu dan pengeluaran juga diperkirakan akan stagnan atau hanya naik 0,1 persen.

Research & Development Trijaya Pratama Futures, Alwi Assegaf menuturkan bahwa rilis data ekonomi pekan depan juga akan marak. Dari domestik ada data neraca perdagangan dan cadangan devisa. Sementara dari eksternal ada pidato Powell, ISM, dan Non-Farm Payroll.

"Ini akan menjadi faktor penggerak rupiah pekan depan," terangnya.

Alwi memperkirakan rupiah akan bergerak direntang Rp 16.100 - Rp 16.330 per dolar AS di pekan depan. Sementara Lukman memproyeksikan rupiah di Rp 16.050 - Rp 16.400 per dolar AS. 

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.