Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Sinca Ari Pangistu
TRIBUNJATIM.COM, BONDOWOSO - Belasan pelajar SMA dari Republik Ceko datang ke Bondowoso, tepatnya ke Desa Kalianyar, Kecamatan Tamanan, Bondowoso, Jawa Timur.
Mereka datang bersama dua gurunya untuk belajar kehidupan warga Desa Kalianyar.
Mulai dari cara mereka bercocok tanam, memasak, menggelar pernikahan, dan aktivitas lainnya.
Selamet Riyadi, pegiat Wisata Desa Kalianyar, menerangkan, mereka telah datang ke desanya sejak 21 Juni 2025 lalu.
Setiap harinya, mereka tinggal di rumah-rumah warga secara berbayar.
Sudah 7 hari ini, mereka diajaknya melihat langsung aktivitas masyarakat. Seperti menanam tembakau, membatik, menyaksikan Pawai Lampion saat 1 Muharram, belajar membuat genteng, dan belajar memasak dengan tungku.
Mereka juga belajar proses sortasi kopi di Kecamatan Sumberwringin, belajar Megalithikum di Pusat Informasi Megalithikum Bondowoso di Desa Pekauman-Grujugan, serta belajar pengolahan sampah organik di Kelurahan Kotakulon.
"Kemarin mereka juga ikut kifayah. Yang laki-laki ikut kifayah, yang perempuan membantu menyiapkan makanan," ujarnya pada Sabtu (28/6/2025).
Tak hanya itu, para pelajar yang rata-rata usia 15 tahun ini juga sempat membantu hajatan orang nikahan di desanya.
Kata Selamet, para pelajar ini juga mengajari berbicara bahasa Inggris pada santri di ponpes.
Di akhir, barulah Selamet mengajak mereka mendaki ke Kawah Ijen.
Menurut Selamet, tak hanya saat ini ada tamu yang belajar kehidupan warga Desa Kalianyar dan Bondowoso.
Sejak 2008 lalu, saat dirinya merintis Wisata Desa Kalianyar, telah mendatangkan banyak warga dari berbagai penjuru dunia ke desanya.
Sebut saja, Republik Ceko, Brazil, Kanada, Rusia, Prancis, Italia, Australia, Amerika, dan lain-lain.
"Kalau jumlah ya banyak, bisa ratusan totalnya yang sudah ke Desa Kalianyar," terangnya.
Sejak awal, Selamet setiap kedatangan tamu tak pernah memberikan tarif.
Mereka bisa tinggal secara gratis dan belajar kehidupan desa.
Dengan syarat, para turis ini juga harus mengajari warga atau sekolah sekitar untuk berbicara bahasa Inggris. Serta mempromosikan Bondowoso, khususnya desanya.
Selain itu, dirinya meminta mereka mengikuti "aturan" tak tertulis di desanya. Seperti, tak boleh mengenakan pakaian pendek, pasangan tak menikah tak boleh tinggal serumah dan lainnya.
"Mereka mau, banyak yang datang. Bahkan yang siswa Ceko ini kemarin beli baju abaya dan kerudung juga sarung dan baju takwa ke toko di pasar," ujarnya.
Menurutnya, konsep mendatangkan wisatawan seperti ini merupakan hasil diskusi dengan banyak turis tentang bagaimana para tamu datang ke Bondowoso bisa tinggal lebih lama.
Tak hanya mendaki ke Kawah Ijen, kemudian pulang.
Hasilnya, kini banyak wisatawan mancanegara datang ke desanya.
Akhir-akhir ini pun, mulai banyak berdatangan turis secara berbayar karena kegiatan liburan sekolah. Seperti pelajar Republik Ceko ini.
"Saya tak mau berbayar, tapi gurunya meminta agar berbayar karena ini pelajar. Berbayarnya ya tempat tinggal, makan, belajar, datang ke tempat wisata," ujarnya.
Para turis yang datang ke tempatnya, berkomunikasi dengan Selamet melalui aplikasi backpacker. Selamet memastikan sangat selektif mendatangkan para tamu.
Bahkan, saat datang pun dirinya melaporkan ke polsek setempat.
Saja (15) pelajar SMA dari Republik Ceko, mengaku sangat takjub dengan kehidupan warga di desa.
Ia melihat adanya perbedaaan budaya dan kebiasaan warga desa dengan negaranya.
Dia mencontohkan jam tidur warga sekitar jam 21.00 WIB, dan bangun pagi sekitar pukul 04.00 WIB untuk beribadah.
"Warga pergi salat 5 kali sehari di sini, warga Ceko tidak," ujarnya.
Dia mengaku sangat menikmati belajar semua aktivitas warga. Termasuk, saat dirinya melihat Pawai Lampion.
Itu dinilainya cara yang sangat menarik untuk merayakan pergantian tahun.
Marek, Guru SMA Ceko, mengatakan, dirinya sudah 5 kali ke Desa Kalianyar. Kini, ia mengajak murid-muridnya belajar bagaimana kehidupan warga desa.
Karena, warga di sini memiliki kebiasaan yang sangat berbeda, dan kebanyakan dipengaruhi dari kebudayaan Jawa serta tradisi masyarakat Muslim.
"Karena warga Kalianyar memiliki kebiasaan yang berbeda, dan kehidupan yang banyak dipengaruhi kebudayaan Jawa dan tradisi masyarakat Muslim," pungkasnya.