Pengakuan Mahasiswa Usia 20-an di Vietnam Kena Gagal Ginjal, Ini Gejala yang Dialami
GH News June 29, 2025 03:03 PM

Semakin banyak anak muda di Vietnam yang mengalami gagal ginjal stadium akhir akibat gaya hidup tidak sehat. Banyak dari mereka tidak menyadari bahaya tersembunyi di balik kebiasaan makan yang buruk dan pola tidur yang tidak teratur.

Misalnya, Duy, seorang mahasiswa berusia 23 tahun yang terkena gagal ginjal stadium akhir dan perlu segera menjalani dialisis atau cuci darah. Ia memiliki gaya hidup yang sama dengan banyak anak muda lain, begadang untuk belajar ujian, makan larut malam, minum teh susu dan minuman ringan. Mahasiswa laki-laki itu tidak menyangka gaya hidup yang tampaknya normal berujung pada gagal ginjal.

Ia baru mengetahui mengidap gagal ginjal kronis stadium IV tahun lalu, tetapi karena sibuk dengan ujian kelulusan universitasnya, ia berpuas diri, tidak melakukan pemeriksaan rutin, dan bahkan berhenti minum obat.

Namun, kondisi Duy semakin memburuk. Ia mulai mengalami kelelahan dan mual yang parah, sehingga memutuskan kembali ke rumah sakit. Saat itulah ia mengetahui fungsi ginjalnya telah memburuk hingga mencapai tahap akhir.


Kini, Duy terbaring di ranjang rumah sakit dengan jarum yang tertancap di pembuluh darahnya, sementara mesin dialisis berdengung di sampingnya, menemani proses cuci darah yang harus dijalankan tiga kali dalam seminggu.

"Jika aku dapat memutar balik waktu, aku akan lebih merawat tubuhku. Namun sekarang sudah terlambat," kata Duy, dikutip dari Vn Express.

Selain Duy, Hoai yang juga seorang mahasiswa, didiagnosis mengalami gagal ginjal stadium akhir.

"Tapi saya baru berusia 20 tahun," ujarnya dengan suara tergagap, tak percaya dengan kenyataan yang harus dihadapinya.


Sebagai mahasiswa, Hoai mengambil pekerjaan paruh waktu sebagai desainer grafis. Di kalangan teman-temannya, ia dikenal sebagai 'ratu tenggat waktu'. Hidupnya berputar dalam siklus yang melelahkan, seperti belajar di siang hari, bekerja di malam hari, dan bertahan hidup dengan makanan cepat saji seperti roti, sosis, serta mi instan.

Kopi selalu setia menemani di samping laptopnya, sementara air putih hanya diminum saat rasa haus benar-benar tak tertahankan.

"Saya masih muda dan harus mengejar tenggat waktu, tidur itu urusan orang tua," begitu ia sering meyakinkan dirinya sendiri.

Ketika pertama kali merasakan nyeri saat buang air kecil, Hoai mengira itu hanyalah efek dari stres.

Ia pun membeli obat dari apotek tanpa resep. Namun, seiring waktu, gejala lain mulai muncul, seperti mual, kelelahan, insomnia, hingga perubahan pada indra pengecap.

Barulah saat itu ia memutuskan untuk mencari pertolongan medis di Rumah Sakit Universitas Kedokteran Hanoi. Dokter kemudian mendiagnosisnya dengan gagal ginjal stadium akhir, dengan fungsi ginjal di bawah 10 persen. Hoai juga membutuhkan transplantasi ginjal sesegera mungkin.



Di sisi lain, Vietnam saat ini memiliki lebih dari 10 juta orang dengan penyakit ginjal kronis, yang mencakup sekitar 12,8 persen dari populasi orang dewasa. Yang lebih memprihatinkan adalah tren nyata penyakit ginjal yang menyerang orang yang lebih muda.

"Sekitar 8.000 kasus baru dilaporkan setiap tahun, dengan 800.000 pasien memerlukan dialisis. Namun, hanya ada 5.500 mesin dialisis di negara ini yang hanya dapat melayani 33.000 pasien, memenuhi kurang dari 30 persen permintaan," kata Kementerian Kesehatan Vietnam.


© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.