Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Isya Anshori
TRIBUNJATIM.COM, KEDIRI - Suasana khidmat menyelimuti kompleks Situs Persada Sukarno Ndalem Pojok yang berada di Desa Pojok Kecamatan Wates Kabupaten Kediri.
Di tempat bersejarah ini, dilangsungkan prosesi jamasan atau pensucian Arca Ganesha yang merupakan simbol ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan.
Ritual penyucian yang dilakukan di awal Bulan Suro ini dipimpin langsung oleh Ida Pandita Agung Putra Nata Siliwangi Manuaba, seorang resi agung sekaligus pemuka agama Hindu asal Bali yang juga menjabat Sekretaris Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat.
Dia datang bersama rombongan untuk memimpin napak tilas spiritual sekaligus menghidupkan kembali nilai-nilai kebijaksanaan yang melekat pada arca tersebut.
"Pensucian Arca Ganesha ini adalah bentuk penghormatan pada nilai-nilai ilmu dan kebijaksanaan. Ini bukan sekadar tradisi, tapi doa bersama agar bangsa Indonesia dilimpahi kedamaian, kemakmuran, dan keadilan," tutur Ida Pandita Agung, Minggu (29/6/2025).
Arca Ganesha yang terletak di kawasan Situs Persada Sukarno memang menjadi pusat perhatian spiritual dan kebangsaan. Bagi umat Hindu, arca ini bukan hanya benda budaya, melainkan simbol harmonisasi antara ilmu, akhlak, dan kehidupan yang berimbang.
Prosesi jamasan diikuti dua pemangku serta puluhan umat Hindu dari berbagai daerah, dengan perlengkapan upacara berupa bunga, dupa, air suci, dan sesaji. Semua rangkaian ritual berjalan dengan penuh ketenangan dan kekhidmatan.
Ketua Harian Situs Persada Sukarno Ndalem Pojok, Kushartono menyebut bahwa ritual pensucian ini sejalan dengan semangat pelestarian nilai-nilai spiritual dan kebudayaan yang selama ini digaungkan dari Situs Ndalem Pojok.
"Arca Ganesha di situs ini adalah simbol penting yang menyatukan nilai spiritual dan nasionalisme. Bung Karno pun dikenal sebagai sosok yang berjiwa Ganesha cerdas, arif, dan penuh kasih kepada bangsanya," kata Kushartono.
Dia menambahkan, melalui jamasan ini masyarakat diajak untuk kembali merenungkan makna ilmu yang menyatu dengan akhlak.
"Kalau ilmu hanya sekadar pintar, tanpa hati nurani, bangsa ini bisa pincang. Tapi kalau ilmu dibarengi kebijaksanaan, kita bisa tumbuh sebagai bangsa besar," tuturnya.
Setelah prosesi selesai, rombongan dari Bali juga menyempatkan diri untuk mengunjungi dan berdiskusi di Pesantren Jati Diri Bangsa Indonesia Merajut Perdamaian Nusantara, yang masih satu kawasan dan berdekatan dengan situs. Pesantren ini dikenal aktif mengajarkan nilai-nilai Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan ajaran Bung Karno sebagai fondasi kebangsaan.
Bulan Suro yang dipercaya sebagai momen penuh makna spiritual, menjadi waktu yang tepat untuk menggelar ritual-ritual penyucian seperti ini. Tak hanya memperkuat spiritualitas, jamasan di Situs Ndalem Pojok juga menjadi pengingat bahwa nilai-nilai leluhur harus terus dijaga dan diwariskan kepada generasi mendatang.
"Tujuannya tak lain untuk menumbuhkan kembali semangat kebangsaan dan keindonesiaan, khususnya di kalangan generasi muda," tandas Kushartono