Israel masih terus memblokir bantuan kemanusiaan untuk warga Gaza. Hal ini menyebabkan ratusan bayi mengalami malnutrisi dan berada di ambang kematian.
Pantauan NBC News, di bangsal neonatal di Rumah Sakit Nasser Khan Younis, Dr Ahmad al-Fara menghabiskan hari dengan memperhatikan inkubator yang berbunyi bip, berusaha menjaga setengah lusin bayi tetap hidup, masing-masing terjebak dalam krisis yang dapat merenggut nyawa mereka.
"Anak-anak ini menghadapi kematian yang lambat," kata al-Fara, yang mengepalai departemen tersebut.
Dengan persediaan yang menipis dan tidak dapat diisi ulang, Dr Marwan al-Hams, Direktur Rumah Sakit Lapangan Gaza, mengatakan kepada NBC News pada hari Sabtu, "saat ini kami tidak memiliki susu formula bayi Tipe 1 atau 2 di rumah sakit, kami juga tidak memiliki susu formula medis yang kami gunakan dalam inkubator."
"Malnutrisi ibu hamil atau menyusui memperburuk situasi, dengan kasus malnutrisi di antara bayi baru lahir dan anak-anak meningkat," tambahnya.
Jenis susu lain, yang tidak diformulasikan untuk bayi baru lahir, masih tersedia dalam jumlah kecil yang menurut al-Fara diperoleh para relawan dari pasar, seringkali dengan harga selangit.
Tanpa nutrisi yang tepat, dokter di Gaza mengatakan mereka telah melihat anak-anak tidak hanya menjadi kurus kering, tetapi juga menjadi rentan terhadap penyakit lain. Kekurangan protein dengan cepat menyebabkan komplikasi lain, termasuk infeksi, pembengkakan, dan kegagalan organ.
Setidaknya 66 anak telah meninggal akibat kelaparan dan kekurangan gizi sejak konflik saat ini dimulai pada 7 Oktober 2023, menurut al-Hams.
Di Rumah Sakit Nasser, Al-Fara merawat Shams Mu'nis Dughayr, seorang anak berusia 3 tahun dalam kondisi kritis, perut dan kakinya bengkak karena kekurangan protein yang parah. Berat badannya seharusnya 15 kilogram, tetapi bobot bayi malang itu hanya 10 kg.
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan organisasi lain telah lama memperingatkan bahwa Gaza berisiko kelaparan, UNICEF mengatakan krisis kelaparan telah semakin dalam dalam beberapa bulan terakhir.
Anak-anak di Rumah Sakit Nasser termasuk di antara lebih dari 16.000 anak berusia antara 6 bulan dan 5 tahun yang menurut perkiraan UNICEF telah dirawat di rumah sakit dan klinik karena kekurangan gizi akut sepanjang tahun ini.
Menurut UNICEF, blokade Israel selama 11 minggu terhadap makanan, bantuan, dan pasokan medis memicu lonjakan 150 persen jumlah anak yang dirawat karena kekurangan gizi. Blokade tersebut sebagian dicabut pada 19 Mei, tetapi kasus kekurangan gizi terus berlanjut.
Dalam kondisi saat ini, UNICEF mengatakan, kasus kekurangan gizi akut kemungkinan akan meningkat dalam beberapa minggu mendatang dan dapat mencapai tingkat tertinggi sejak awal konflik.
Doctors Without Borders mengutuk sistem tersebut sebagai "rumah pemotongan hewan yang menyamar sebagai bantuan kemanusiaan," dan menyerukan agar sistem tersebut ditutup, dan harian Israel Haaretz melaporkan pada hari Jumat bahwa tentara diperintahkan untuk menembak warga sipil yang mendekati bantuan.