Keberlanjutan Bisnis & ESG BRI Paling Unggul Versi Brand Finance
kumparanBISNIS June 30, 2025 02:20 PM
Berdasarkan laporan Sustainability Perceptions Index 2025 dari Brand Finance, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI memimpin daftar merek Indonesia dalam Sustainability Perceptions Value (SPV).
Laporan milik konsultan penilaian merek terkemuka di dunia ini ini mengukur nilai finansial dari persepsi keberlanjutan dan menyoroti kesenjangan antara reputasi merek dan kinerja ESG (lingkungan, sosial, dan tata kelola) yang sebenarnya.
Berdasarkan data riset Brand Finance, BRI memiliki SPV sebesar USD 460 juta dan dianggap sangat berkomitmen terhadap lingkungan oleh responden dari Indonesia dan Malaysia. Disusul oleh Bank Mandiri yanh menempati posisi kedua di Indonesia dengan SPV sebesar USD 350 juta, memperoleh skor tinggi di ketiga pilar ESG.
PT Pertamina (Persero) berada di posisi ketiga, sekaligus satu-satunya merek minyak dan gas (migas) asal Indonesia yang masuk dalam laporan ini, dengan SPV sebesar USD 320 juta. Responden di pasar domestiknya menilai Pertamina sebagai merek yang peduli lingkungan, sosial, serta memiliki tata kelola yang baik.
Melengkapi lima besar merek Indonesia dengan SPV tertinggi adalah PT Bank Central Asia Tbk (BCA) sebesar USD 291 juta dan Telkom Indonesia sebesar USD 142 juta.
Perbesar
Suasana Gedung Pertamina. Foto: Dok. Pertamina
“Keberlanjutan memainkan peran yang semakin berpengaruh dalam membentuk persepsi merek dan nilai finansial di Indonesia. Merek-merek seperti BRI, Bank Mandiri, dan Pertamina menunjukkan bagaimana komitmen yang jelas terhadap ESG, baik melalui pemberdayaan finansial maupun pengelolaan sumber daya yang bertanggung jawab, dapat selaras dengan konsumen,” ucap Managing Director Asia-Pacific di Brand Finance Alex Haigh melalui keterangan tertulis, dikutip Senin (30/6).
Alex menyatakan bahwa terdapat peluang besar bagi lebih banyak merek Indonesia untuk menyelaraskan pesan keberlanjutan perusahaan dengan tindakan nyata dan menonjol baik secara lokal maupun di tingkat regional.
Kemudian secara global, Apple tetap menjadi merek dengan SPV tertinggi di dunia, yakni sebesar USD 39 miliar.
Microsoft menempati posisi kedua dalam hal nilai keseluruhan, namun unggul dalam potensi yang belum tergali. Dengan selisih nilai positif lebih dari USD 5,6 miliar dan Tesla mengalami penurunan nilai merek berbasis keberlanjutan lebih dari USD 7,3 miliar.
Pada tahun 2023, Brand Finance mengidentifikasi risiko sebesar USD 4,1 miliar terhadap nilai keberlanjutan Tesla, karena kesenjangan antara citra lingkungan yang kuat dan kinerja tata kelola serta sosial yang lemah.
Risiko tersebut pun menjadi kenyataan, dengan nilai total merek Tesla turun dari USD 66,2 miliar menjadi USD 43,0 miliar, dengan SPV turun dari USD 17,8 miliar menjadi hanya USD 10,4 miliar.
Direktur Strategi dan Keberlanjutan Brand Finance, Robert Haigh, menilai bahwa merek saat ini menghadapi dilema dalam menyampaikan isu keberlanjutan. Ia menyebut, terlalu membesar-besarkan kemajuan dapat merusak reputasi, sementara tidak mengomunikasikan langkah nyata justru bisa membuat nilai merek hilang begitu saja.
Perbesar
Ilustrasi Komitmen ESG. Foto: Dok. Bank Mandiri
Brand Finance juga mencatat greenhushing atau ketika merek menahan diri untuk mengomunikasikan pencapaian ESG mereka agar terhindar dari kritik, masih banyak terjadi.
Analisis Brand Finance menunjukkan bahwa 98 dari 500 merek memiliki nilai selisih positif lebih dari USD 100 juta, menunjukkan masih banyak potensi nilai yang belum tergarap.
Keberlanjutan terus memengaruhi pilihan konsumen, terutama di sektor premium. Dalam kategori mobil mewah, keberlanjutan menyumbang 23 persen dari faktor pilihan merek, dua kali lipat dibandingkan pasar otomotif secara umum. Tren serupa juga terlihat pada produk sampanye dan kosmetik mewah, di mana keberlanjutan berperan lebih besar dibanding produk massal.