Hakim MK Soroti Marak Influencer Anti-Pancasila: Sebar Hoaks, Cari Uang Saja
kumparanNEWS June 30, 2025 04:40 PM
Hakim Mahkamah Konstitusi Arief Hidayat menyinggung maraknya influencer di media sosial pada era digital saat ini.
Menurut Arief, banyak influencer yang tidak mencerminkan Pancasila. Namun, ia tidak memberikan contoh siapa influencer yang dimaksud.
“Nah kita itu kalah dengan influencer-influencer atau content creator yang malah tidak menarasikan Pancasila,” ucap Arief dalam sebuah seminar diskusi di Sekolah Partai DPP PDIP, Jakarta Selatan pada Senin (30/6).
“Malah menyebar ujaran kebencian, hoaks, dan macem-macem,” tambahnya.
Suasana Seminar Diskusi Putusan MK soal Sekolah SD-SMP gratis di Sekolah DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan pada Senin (30/6/2025). Foto: Abid Raihan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Seminar Diskusi Putusan MK soal Sekolah SD-SMP gratis di Sekolah DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan pada Senin (30/6/2025). Foto: Abid Raihan/kumparan
Maka, Arief berpendapat, para kader PDIP yang hadir dalam seminar diskusi itu harus lebih vokal lagi menyuarakan nilai-nilai Pancasila.
“Pada kesempatan ini mohon, mumpung ketemu para tokoh di PDIP, mari kita isi media sosial dengan narasi-narasi mengenai nasionalisme, patriotisme, Pancasila, dan sebagainya,” ucapnya.
“Kalau tidak kita malah ketinggalan dan diadu oleh para influencer-influencer yang hanya sekadar untuk cari uang saja,” tegasnya.

Indonesia Bangsa Heterogen

Arief lantas menyinggung soal heterogenitas Indonesia. Menurutnya, masih banyak ketimpangan sesama masyarakat Indonesia, namun hukum masih dipukul rata.
“Heterogenitasnya itu enggak hanya di bidang sosial, budaya, ekonomi, tapi di bidang misalnya contoh begini, kita ini yang hadir di sini, pisah 5 menit saja dengan handphone sudah enggak bisa. Malah Bapak-bapak kalau handphonenya ketinggalan malah pada panik tuh. Soalnya kalau dibuka di rumah, kan kacau itu,” ucapnya.
“Jadi kita pisah 5 menit saja dengan handphone enggak bisa. Tapi ada masyarakat kita, mohon maaf, yang masih bukan handphone, hidupnya masih seperti di zaman batu. Di atur dengan menggunakan hukum yang sama dengan semuanya dianggap kita sama,” tambahnya.
Penari menampilkan Tari Kecak di Panggung Budaya Amphitheater, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Senin (9/6/2025). Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Penari menampilkan Tari Kecak di Panggung Budaya Amphitheater, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Senin (9/6/2025). Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
Ia pun menyebut, Indonesia harus berpikir out of the box untuk menanggulangi masalah heterogenitas yang menimbulkan kesenjangan ini.
“Nah Indonesia itu heterogen sekali, kita harus berpikir melampaui apa yang dipikirkan,” ucap dia.
“Kita harus berpikir out of the box. Karena kalau berpikir wajar-wajar saja, business as usual pasti kita gak mungkin mengejar dengan kondisi yang kayak begitu,” tandasnya.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.