TRIBUNNEWS.COM - Mantan penasihat Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) sekaligus pensiunan kolonel militer, Douglas Macgregor, mengungkapkan Iran menerima peringatan sebelum serangan udara Amerika Serikat menghantam fasilitas nuklirnya pada 22 Juni lalu.
Pernyataan tersebut ia sampaikan melalui akun resmi di platform X, pada Minggu (29/6/2025).
"Untuk lebih jelasnya, Amerika Serikat memperingatkan Iran dua jam sebelum pengeboman fasilitas nuklir mereka bahwa serangan akan datang," tulisnya di halaman X-nya, dikutip dari kantor media Rusia, Tass.
Namun pernyataan ini bertentangan dengan klaim Presiden AS Donald Trump.
Trump sebelumnya menyatakan bahwa Iran baru mengetahui rencana serangan pada saat-saat terakhir dan menekankan bahwa pengeboman terhadap fasilitas nuklir seperti Fordow adalah sesuatu yang "tidak bisa dibayangkan".
Ketegangan militer di kawasan Timur Tengah memuncak sejak 13 Juni.
Saat itu, Israel meluncurkan serangan udara besar-besaran ke Iran.
Target serangan mencakup instalasi militer, nuklir hingga infrastruktur sipil.
Serangan itu menewaskan 606 orang dan melukai 5.322 orang,
Kurang dari 24 jam kemudian, Iran membalas dengan meluncurkan rudal dan drone ke wilayah Israel.
Serangan ini menewaskan sedikitnya 29 orang dan melukai lebih dari 3.400 orang.
Puncak eskalasi terjadi pada 22 Juni 2025, saat jet tempur AS menyerang 3 fasilitas nuklir utama Iran yaitu Fordow, Natanz dan Isfahan.
Meski Washington menyebut serangan ini 'strategis dan presisi tinggi", pengakuan Macgregor soal peringatan dini kepada Iran menunjukkan adanya upaya untuk menghindari kerusakan atau eskalasi yang lebih besar.
Malam setelah serangan itu, Teheran merespons dengan menghantam Pangkalan Udara AL Udeid di Qatar, markas militer terbesar AS di kawasan.
Namun, menurut otoritas AS, serangan tersebut tidak menimbulkan korban jiwa atau kerusakan signifikan.
Pada 24 Juni, Presiden Trump mengumumkan bahwa Iran dan Israel telah menyepakati gencatan senjata total setelah sembilan hari konflik intens.
Pemerintah Israel menyatakan bahwa seluruh tujuan militernya telah tercapai, sementara Iran menyebut keputusan Israel untuk menghentikan serangan sebagai bentuk kemenangan diplomatik dan militer.
“Kami telah memaksa Tel Aviv menghentikan agresinya secara sepihak,” ujar juru bicara pemerintah Iran dalam pernyataan resminya.
(Farra)