TRIBUNNEWS.COM, LUWU – Duka menyelimuti Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Sosok ustaz sekaligus tokoh masyarakat terkemuka, Ustad Burhan Ambo Sulo, wafat saat menyampaikan ceramah di pengajian pernikahan pada Minggu malam, 29 Juni 2025.
Peristiwa mengharukan ini terjadi di Desa Jambu, Kecamatan Bajo, ketika almarhum, yang dikenal sebagai dai kharismatik dan mantan Ketua DPD Wahdah Islamiyah Luwu, tengah menyampaikan tausiah di hadapan ratusan jemaah.
Video detik-detik wafatnya Ustaz Burhan viral di media sosial, menunjukkan beliau duduk, memegang kepala, lalu merebahkan tubuhnya pelan-pelan.
Banyak jemaah mengira beliau menangis karena terharu, namun ternyata itu adalah momen terakhirnya di dunia.
Menurut penuturan Ketua Wahdah Islamiyah Luwu, Ustaz Ridham Rustaman, Ustaz Burhan sempat berdakwah selama kurang lebih 20 menit.
Usai menyampaikan ceramah, beliau duduk, meletakkan mikrofon, dan tampak memegang kepalanya.
“Beliau lalu merebahkan badan, dan tak sadarkan diri,” ungkap Ridham, Senin (30/6/2025).
Melihat kondisi itu, calon pengantin perempuan yang berprofesi sebagai dokter turun dari pelaminan dan segera memberikan pertolongan pertama.
Sang dokter sempat melakukan pijat jantung dan memompa dada almarhum hingga muncul respons sesaat.
Namun, ketika dibawa ke RSUD Batara Guru Belopa, Ustaz Burhan dinyatakan meninggal dunia.
Warga juga menyaksikan darah keluar dari hidung beliau, diduga akibat pecahnya pembuluh darah, menurut keterangan calon pengantin.
Sebelum wafat, Ustaz Burhan sempat menyampaikan ceramah bertema dokter, kesehatan, dan amanah dalam profesi.
“Alhamdulillah, di rumah saya tidak ada yang sakit, jadi tidak ada dokter. Kalau Pak Eka, ada dokternya di rumah. Kalau saya, hanya penjual ayam. Dia juga juragan ayam, bosku,” tutur Ustad Burhan dengan senyum, seperti dikisahkan Kepala Desa Jambu, Rujnah Lonja.
Beberapa menit setelah ucapan itu, beliau tiba-tiba tertunduk.
Banyak yang mengira ia menangis, hingga sang istri yang duduk di pelaminan melihat kondisi suaminya tak wajar dan langsung naik ke panggung, memeluk dan menenangkan beliau.
Beberapa detik kemudian, Ustad Burhan menyebut kalimat syahadat, lalu tak sadarkan diri.
Ustaz Ridham menyampaikan, sebelumnya almarhum memang pernah jatuh pingsan usai ceramah di Kecamatan Larompong.
Namun saat pertemuan terakhir, beliau tampak sehat dan semangat berdiskusi soal pendidikan dan kegiatan yayasan.
“Beliau jarang mengeluh. Semangatnya luar biasa,” ujarnya lirih.
Jenazah almarhum dilepas dari rumah duka pukul 10.30 WITA dan dimakamkan di TPU Belopa usai salat Zuhur, Senin siang (30/6/2025).
Ratusan jemaah turut hadir dan menangis haru mengenang kepergian sang dai sejati.
Semasa hidupnya, Ustad Burhan dikenal sebagai penceramah aktif, imam Masjid Al Wahdah Lebani, dan penasihat di Wahdah Islamiyah Luwu. Ia tinggal di kompleks masjid bersama istri dan anak-anaknya.
“Kalau ada warga butuh ceramah, walimah, pelepasan jenazah, beliau selalu hadir. Tidak pernah menolak,” ucap Ustad Ridham.
Senyumnya yang khas dan kebiasaannya menyapa semua orang menjadi kenangan manis di hati warga.
“Setiap ketemu, pasti disapa. Beliau itu panutan kami semua,” ucapnya dengan suara bergetar.
Wafatnya Ustad Burhan menjadi pengingat bahwa dakwah bukan sekadar kata-kata, tapi keteladanan hidup. Di mata rekan dan jemaahnya, almarhum mencerminkan kesederhanaan, kesungguhan, dan cinta yang tulus pada umat.
“Beliau tidak hanya berceramah, tapi benar-benar hidup bersama dakwah,” pungkas Ridham.
(KOMPAS.COM/TRIBUNNEWS.COM/TRIBUNTIMUR)