Koperasi Merah Putih: Pilar Ekonomi Lokal Berdaya Saing
GH News July 01, 2025 01:03 AM

TIMESINDONESIA, LAMONGAN – Dalam membangun ketahanan ekonomi nasional, kita tidak bisa lagi mengandalkan pendekatan sentralistik dan sektoral. Diperlukan kekuatan dari akar rumput, dari desa dan kelurahan yang menjadi denyut nadi ekonomi rakyat. 

Di sinilah peran Koperasi Merah Putih menjadi krusial sebagai motor penggerak ekonomi lokal yang berbasis gotong royong, digitalisasi, dan kemandirian pangan.

Koperasi Merah Putih harus menjawab tantangan zaman dengan menghadirkan ekosistem usaha yang memadukan nilai-nilai tradisional dengan inovasi digital. 

Digitalisasi koperasi tidak hanya menyangkut transaksi daring, melainkan juga mencakup efisiensi rantai pasok, pemasaran berbasis teknologi, sistem informasi keuangan yang transparan, dan konektivitas antar pelaku usaha kecil yang tersebar di berbagai wilayah.

Di era disrupsi saat ini, koperasi memiliki peran penting dalam menumbuhkan wirausahawan baru yang produktif dan kompeten. Koperasi bisa menjadi inkubator bisnis bagi masyarakat desa yang memiliki potensi namun kurang akses terhadap modal, pelatihan, dan pasar. 

Lewat pendampingan yang terstruktur dan terarah, koperasi mampu menjadi tempat belajar berwirausaha sekaligus ruang tumbuh bagi UMKM yang berkelanjutan.

Namun, satu hal yang perlu menjadi perhatian serius adalah munculnya homogenitas produk antar desa dan kelurahan. Ketika berbagai desa memproduksi komoditas atau barang yang sama, tanpa inovasi dan diferensiasi.

Maka yang terjadi adalah persaingan harga yang tidak sehat. Akibatnya, banyak produk lokal yang menumpuk, tidak terserap pasar, dan pada akhirnya menjadi beban bagi produsen itu sendiri.

Dalam konteks ini, penting untuk menekankan konsep keunggulan kompetitif antar wilayah. Artinya, setiap desa atau kelurahan perlu mengembangkan keunikan produk yang berbasis pada potensi lokal. 

Baik dari aspek sumber daya alam, budaya, keahlian masyarakat, maupun kearifan lokal lainnya. Dengan cara ini, kualitas dan kapasitas produk dapat diutamakan dan nilai jual dapat ditingkatkan.

Sebagai contoh, sebuah desa yang memiliki potensi dalam pengolahan hasil pertanian bisa fokus pada produk olahan pangan lokal berbasis kearifan tradisional. 

Sementara desa lain yang memiliki keunggulan di sektor kerajinan tangan bisa difokuskan pada pengembangan ekonomi kreatif. Diversifikasi dan spesialisasi seperti ini akan menciptakan ekosistem ekonomi yang sehat dan saling melengkapi, bukan saling meniadakan.

Koperasi Merah Putih juga harus menjadi pelopor dalam memperkuat ketahanan pangan lokal. Ketahanan pangan tidak hanya berarti ketersediaan bahan pangan, tetapi juga mencakup distribusi, harga yang terjangkau, serta konsumsi yang berkelanjutan. 

Dengan melibatkan koperasi sebagai lembaga yang mampu menjangkau petani dan konsumen secara langsung, kita bisa memangkas rantai distribusi yang panjang dan mahal.

Hal ini sejalan dengan semangat kedaulatan pangan, yaitu kemampuan masyarakat untuk menentukan sendiri sistem pangan yang sesuai dengan potensi lokal dan kebutuhan domestik. 

Dalam hal ini, koperasi menjadi jembatan antara produsen dan konsumen lokal, sehingga terbangun sistem ekonomi yang lebih berkeadilan.

Tidak kalah pentingnya adalah peran pemerintah. Selama ini, pemerintah lebih sering menempatkan diri sebagai fasilitator menyediakan pelatihan, bantuan alat, atau akses pasar. 

Di era ini, peran tersebut harus ditingkatkan. Pemerintah harus menjadi regulator aktif yang mampu menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi pertumbuhan koperasi dan UMKM.

Regulasi yang pro terhadap koperasi dan UMKM perlu difokuskan pada tiga hal utama. Pertama, kemudahan akses terhadap pembiayaan murah dan tanpa memberatkan. 

Kedua, perlindungan pasar lokal dari serbuan produk luar yang berharga murah namun berkualitas rendah. 

Ketiga, insentif fiskal dan non-fiskal bagi koperasi yang mampu berinovasi dan mendigitalisasi layanannya.

Koperasi Merah Putih bisa menjadi tulang punggung kebangkitan ekonomi nasional jika seluruh elemen bangsa mendukung perannya secara konkret. Dunia pendidikan tinggi, termasuk fakultas ekonomi dan bisnis, memiliki tanggung jawab moral untuk menjadi mitra strategis dalam riset, pendampingan, dan edukasi masyarakat koperasi. 

Dengan pendekatan quadruple helix melibatkan pemerintah, akademisi, dunia usaha, dan komunitas, maka ekosistem koperasi yang kuat akan terbangun.

Penting pula untuk membangun jaringan koperasi antar daerah melalui digital platform berbasis data. Ini tidak hanya membuka akses pasar yang lebih luas, tetapi juga mempercepat pertukaran pengetahuan, kolaborasi produksi, dan inovasi model bisnis. Koperasi yang modern adalah koperasi yang terkoneksi, adaptif, dan berbasis data.

Dengan demikian, Koperasi Merah Putih bukan hanya lambang nasionalisme ekonomi, tetapi juga jawaban konkret atas tantangan globalisasi, krisis pangan, dan ketimpangan pembangunan antar wilayah. Kita memerlukan koperasi yang mampu menjawab tantangan zaman tanpa meninggalkan akar nilai-nilai luhur bangsa.

Mari kita jadikan Koperasi Merah Putih sebagai gerakan bersama. Sebuah gerakan yang bukan hanya bertumpu pada semangat gotong royong, tetapi juga pada kecerdasan inovatif, keberpihakan pada rakyat kecil, dan keberlanjutan ekonomi lokal. 

Inilah saatnya koperasi tidak hanya menjadi lembaga ekonomi alternatif, melainkan menjadi arus utama pembangunan ekonomi Indonesia yang berdaulat dan berkeadilan.

***

*) Oleh : Dr. H. Abid Muhtarom, SE, SPd., MSE., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Lamongan (UNISLA).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.