Mentan Ungkap Penyebab Harga Beras Tinggi di Tengah Produksi Melimpah
kumparanBISNIS July 01, 2025 08:40 AM
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyampaikan adanya anomali pada harga beras di tengah kondisi produksi yang melimpah tahun ini. Padahal, menurut dia, stok beras saat ini tercatat tertinggi dalam 57 tahun terakhir.
“Di mana bulan lalu terjadi kenaikan harga di saat stok kita tertinggi selama 57 tahun,” kata Amran dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Kamis (26/6).
Berdasarkan laporan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) yang baru dirilis tiga hari lalu, produksi beras Indonesia diperkirakan mencapai 35,6 juta ton tahun ini. Angka itu jauh di atas target pemerintah yang sebesar 32 juta ton.
“Artinya di atas target 3,6 juta ton. Target yang diberikan pada kami,” ujar Amran.
Laporan serupa juga datang dari United States Department of Agriculture (USDA) yang memperkirakan produksi beras Indonesia sebesar 34,6 juta ton, atau masih lebih tinggi dari target pemerintah.
Meski produksi melimpah, Amran menilai lonjakan harga beras di tingkat konsumen tidak sejalan dengan kondisi di lapangan. Dia menyebut ada anomali harga yang patut dicurigai.
“Nah itu adalah alasannya. Hari ini tidak ada alasan harga naik. Ada anomali yang kami baca dan dulu kita sampaikan bahwasannya harga beras di konsumen naik tetapi di produsen turun,” ungkap Amran.
Amran menjelaskan, harga di tingkat penggilingan pada bulan lalu justru mengalami penurunan. Namun, harga di tingkat konsumen justru naik.
Kecurangan di Lapangan
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Mentan Amran Sulaiman meninjau Gudang Bulog Cabang Bone di Tanete Riattang, Sulawesi Selatan (Sulsel), Jumat (16/5/2025). Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Mentan Amran Sulaiman meninjau Gudang Bulog Cabang Bone di Tanete Riattang, Sulawesi Selatan (Sulsel), Jumat (16/5/2025). Foto: Dok. Istimewa
Fenomena ini mendorong Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Satgas Pangan, Badan Pangan Nasional, kepolisian, kejaksaan, hingga inspektorat untuk turun ke lapangan melakukan pemeriksaan.
“Kita turun ngecek apa sih yang terjadi. Kalau dulu harga naik alasannya stok kurang,” ujarnya.
Dari hasil pengecekan di pasar pada 10 provinsi dan kota-kota besar, ditemukan sejumlah pelanggaran, mulai dari mutu beras, berat timbangan, hingga harga yang melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET).
“Ternyata ada yang tidak pas termasuk HET. Pertama ada yang ijinnya belum ada. Yang kedua ada beratnya tidak sesuai dengan standar. Yang ketiga tidak sesuai standar butuh yang ditetapkan oleh pemerintah, kemudian juga harga di atas HET,” kata Amran.
Katanya, dari hasil pengujian di 13 laboratorium yang tersebar di seluruh Indonesia, ditemukan ada ketidaksesuaian mutu pada 136 merek beras premium yang mencapai 85,56 persen. Sementara hanya 14,4 persen yang sesuai dengan regulasi.
Selain itu, sebanyak 59,78 persen beras premium dijual di atas HET, dan 21,66 persen tidak sesuai dengan berat standar.
“Katakanlah beratnya 5 kilo harusnya tetapi (jadi) 4 kilo,” jelasnya.
Temuan serupa juga terjadi pada beras medium. Amran mengungkapkan, sebanyak 88 persen beras medium dari 76 merek tidak sesuai mutu, dan 95,12 persen dijual di atas HET. Sedangkan ketidaksesuaian beratnya mencapai 10 persen.
Amran menegaskan, pemerintah tidak akan mentolerir praktik-praktik semacam ini. Ia meminta seluruh pelaku usaha di sektor pangan segera menghentikan tindakan yang merugikan masyarakat.
“Jangan diulangi. Sekali lagi seluruh saudaraku, sahabatku yang bergerak sektor pangan mulai hari ini tadi sepakat, nanti disampaikan mulai hari ini hal ini dihentikan,” tegasnya.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.