Belajar dari Porter Gunung Rinjani
Asep Abdurrohman July 01, 2025 01:20 PM
Siapa yang tidak kenal dengan gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat (NTB)? Dengan keindahan alam dan ketinggiannya yang menantang para pendaki, ternyata banyak menyimpan cerita yang membangun rasa kemanusiaan.
Baru-baru ini, gunung Rinjani semakin viral lantaran ada pendaki yang jatuh ke jurang sedalamnya 600 M pada tanggal 21 Juni 2025. Adalah Juliana Marians, warga negara Brasil yang mendaki gunung tersebut, namun gagal karena terperosok ke dalam jurang.
Setelah melakukan proses pencarian, tim SAR gabungan kemudian mengetahui lokasi Juliana Marins pada Senin (23/6). Namun, lokasi Juliana yang berada di ratusan meter di bawah jurang menyulitkan evakuasi.
Kemudian, pada Selasa (24/6), empat anggota tim SAR gabungan turun ke jurang untuk menjangkau korban. Pada Rabu (25/6) pagi, tim SAR gabungan berhasil mengangkat jenazah korban dan membawanya ke Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Mataram, Nusa Tenggara Barat untuk diautopsi.
Keberhasilan evakuasi tersebut, tidak lepas dari kerja keras tim SAR yang berdedikasi, salah satunya adalah Agam Rinjani yang sudah menapaki pendakian gunung Rinjani selama 9 tahun.
Setiap pekerjaan perlu dijalani dengan hati yang tulus. Pekerjaan yang dijalani tanpa melibatkan ketulusan hati, hasilnya akan lain. Saat hati tulus mengerjakan sesuatu pekerjaan, dunia akan menyimpan energi kebaikan itu di langit kemanusiaan.
Energi kebaikan mampu berbicara kepada alam, sekali pun alam tidak mampu berbicara. Tetapi alam mampu menyimpan energi setiap hembusan kebaikan. Jangan dikira alam yang mati itu, tidak memberikan respon perilaku lingkungannya.
Alam itu dekat manusia, tetapi kadang manusia tidak dekat dengannya, bahkan merusaknya tanpa mempertimbangkan untuk masa depan penghuni alam. Alam sejatinya adalah rumah kedua setelah rumah secara formal.
Namun, banyak yang tidak sadar bahwa alam mampu menyimpan energi kebaikan manusia. Begitu juga keburukan manusia. Kadang manusia angkuh dan pongah mengeksploitasi alam. Ini yang disadari oleh Agam Rinjani saat jiwanya terpanggil untuk mendampingi para pendaki gunung.
Agam bekerja dengan penuh dedikasi saat mengevakuasi dengan tim SAR. Padahal, pendaki asal Brasil, Juliana Marins, jatuh ke dalam jurang sedalam 600 M. Jurang sedalam 600 M, sudah pasti penuh risiko. Jangankan fisik luka dana terjatuh, nyawanya bisa menjadi taruhannya
Tetapi risiko itu dapat dijalani oleh para tim SAR, termasuk Agam. Evakuasi di medan berat, seperti gunung Rinjani, membutuhkan mental yang kuat dan jiwa yang tulus. Dengan mental dan jiwa yang kuat itulah semua misi kemanusiaan dapat diselesaikan dengan baik.
Jika bukan karena ketulusan jiwa Agam, tidak mungkin alam memviralkan dirinya di jagat maya sampai menimbulkan gelombang solidaritas sosial untuk memperhatikan dirinya. Agam rela kedinginan, asalkan demi kemanusiaan.
Agam rela tidur di samping jenazah demi mencontohkan kepada bangsa bahwa pekerjaan itu perlu dilakoni dengan tulus.
Ketulusan dalam melakoni pekerjaan, sempat dijawab dengan adanya donasi sempat mencapai 1,3 M. Namun, donasi dari warga Brasil tersebut ditarik ulang oleh inisiatornya karena uang administrasi donasi mencapai 20%. Administrasi 20 persen dinilai tidak wajar, bahkan terlalu tinggi untuk sebuah aksi kemanusiaan.
Dari kisah di atas, semoga ada hikmah dan manfaatnya untuk kita semua. Aamiin.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.