Agam Rinjani Semprot Pemandu Juliana Marins soal Cara Penyelamatan, Harusnya Ada yang Temani
Arie Noer Rachmawati July 01, 2025 01:30 PM

TRIBUNJATIM.COM - Kasus kematian pendaki asal Brasil, Juliana Marins di Gunung Rinjani viral di media sosial.

Pemandu senior Agam Rinjani pun menyoroti cara penyelamatan yang dilakukan saat pertama kali mengevakuasi Marins yang jatuh ke jurang Gunung Rinjani.

Momen-momen awal penyelamatan disorot Agam sehingga tidak maksimal dalam memberikan pertolongan.

Agam Rinjai menyesali saat ada tragedi tersebut sedang tidak ada di sekitar lokasi. 

Ia sedang mengisi sebuah acara penting di Jakarta.

Hal itu mengakibatkan Agam tak bisa dengan maksimal memberikan pertolongan pertama dengan sebaik mungkin kepada Juliana Marins.

Di sisi lain, momen penyelamatan pertama Juliana Marins dinilai kurang maksimal.

Sebab seharusnya pemandu yang mengantarkan Juliana Marins bisa mempunyai kemampuan yang baik soal penyelamatan.

Ia pun lantas mengurai cara terbaik prosesi penyelamatan korban di gunung.

"Dari kemarin sampai sekarang saya merasa bersalah dengan kejadian ini, sampai bisa meninggal si Juliana," kata Agam dikutip dari YouTube CONSINA TV, Senin (29/6/2025), via Tribun Jakarta.

"Kenapa saya ada di Jakarta kan, mungkin kalau saya ada di sana bisa selamat," sambungnya.

Sebagai pemandu, Agam memiliki kemampuan untuk melakukan penyelamatan, paling tidak sambil menunggu tim SAR datang.

Agam Rinjani semprot pemandu Juliana Marins soal cara penyelamatan.
Agam Rinjani semprot pemandu Juliana Marins soal cara penyelamatan. (KOLASE YouTube YIM Official dan Instagram @tyo_survival)

Menurutnya, tim SAR harus menempuh perjalanan yang jauh untuk bisa tiba di lokasi.

Sementara Agam, tinggal berjalan kaki ke belakang rumahnya untuk naik ke Gunung Rinjani.

Agam hanya membutuhkan waktu tiga jam untuk berlari ke TKP.

"Pasti kudengar kabar, kulari 3 jam, suruh tahan guide-nya jangan ditinggal dulu kan, pantau terus," ungkap Agam.

Setelah mendapatkan kabar tragedi itu, Agam akan meminta teman-temannya untuk turun dan membawa persiapan survival bagi Juliana.

"Kalau tidak ada tali, bawa makanan, bawa persiapan camp secukupnya. Mungkin sampai di situ dua hari bisa datang tim rescue," kata Agam lagi.

Bahkan menurutnya jika saat itu ia ada di sana, maka ia akan menelepon rekan-rekannya dari Mapala untuk membantunya.

"Saya bisa telepon Bang Disyon, Bang telepon semua mapala terdekat, rescue saya ya, menyelamatkan orang, dampingi. Kalau saya di sana itu yang bisa dilakukan," tutur Agam.

Dengan pengetahuan dan relasinya dengan para guide dan porter di Gunung Rinjani, Agam bisa meminta untuk dibawakan makanan hingga selimut untuk Juliana.

Sebab menurut Agam, dari punggung gunung itu masih bisa turun meluncur menuju ke Juliana.

"Itu masih bisa ada celah jalan turun, tapi kalau sampai di bawah tinggal meluncur saja sampai ke titiknya si korban. Kan jelas dia masih bisa berdiri, kalau dia bisa berdiri di situ saya juga bisa berdiri. Turun aja, kalau ada saya di sana. Tapi di Jakarta," sesal Agam lagi.

Bahkan saat dalam perjalanan dari Jakarta ke Lombok, Agam sudah berencana akan mengirim makanan dan minuman untuk Juliana menggunakan drone milik Tyo Survival.

"Kami diskusi, berapa kekuatan drone Mas Tyo, kami gantung air ternyata bisa terangkat, kenapa itu tidak dilakukan di sana. Kasih dulu air, paling tidak berhenti dulu haus, lalu lempar sleeping bag, bertahan, dia suruh survive sampai tunggu rescuer datang," tutur Agam.

Sebab menurutnya, butuh waktu untuk tim SAR bisa dari Unit Lombok Timur untuk tiba di lokasi kejadian.

"Karena berapa jam datang, mereka tiba pukul 19.30 Wita, sudah tidak ada di lokasi," ujarnya.

Padahal jika ada flysheet, kata Agam, Juliana Marins tidak perlu bergerak ke mana-mana yang akhirnya membuat ia terjatuh ke jurang lebih dalam.

"Bertahan di curukan saja kan lumayan, pasang flysheet pakai sleeping bag, bertahan ada makanan secukupnya bisa. Dilemparkan HT ke bawah, alat komunikasi atau apa. Jadi tetap ada yang temani, kasih psikologinya tetap tenang," katanya.

Bahkan seharusnya, ada orang yang turun ke bawah untuk menemani Juliana Marins saat masih dalam kondisi hidup.

EVAKUASI TERSULIT - Abd Haris Agam atau yang akrab dikenal Agam Rinjani (kanan), salah satu tim evakuasi turis Brasil, Juliana Marins (kiri), di jurang Gunung Rinjani. Agam menyebut evakuasi Juliana tersulit, Sabtu (28/6/2025).
EVAKUASI TERSULIT - Abd Haris Agam atau yang akrab dikenal Agam Rinjani (kanan), salah satu tim evakuasi turis Brasil, Juliana Marins (kiri), di jurang Gunung Rinjani. Agam menyebut evakuasi Juliana tersulit, Sabtu (28/6/2025). (KOLASE Kompas.com/Krisda Tiofani dan Instagram/@ajulianamarins)

Hal itulah yang akan dilakukan oleh Agam jika dirinya ada di lokasi saat kejadian.

"Atau minimal ada orang yang temani turun ke bawah, loncat saja. Temani di bawah, pakai daypack. Kalau saya posisi di atas, belum ada tali, titip pesan kasih tahu rescuer, saya temani ke bawah," tutur Agam.

Untuk itu menurut Agam, setiap guide dan porter di Gunung Rinjani perlu memiliki keilmuan seperti yang ia miliki.

Hal itu untuk membantu korban sambil menunggu tim SAR tiba di lokasi.

Sebab guide dan porter adalah orang yang paling dekat untuk bisa menjangkau korban.

"Artinya butuh skill teman-teman guide, porter, yang jadi potensi SAR, memiliki keilmuan seperti yang kami miliki," tandasnya.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.