Waspada Lonjakan ISPA Pasca Haji dan Musim Liburan, ini Penjelasan Dokter Spesialis Paru RS Premier
Sudarma Adi July 01, 2025 02:30 PM

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) disinyalir menjadi salah satu keluhan kesehatan yang marak
terjadi pada periode Kuratal II dan Kuartal III tahun 2025 ini.

Pasalnya, momentum kepulangan ibadah haji yang beriringan dengan fase libur sekolah menjadi penyebab yang perlu diwaspadai.

Dikutip dari Kompas.com, Kepala Bidang Kesehatan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, dr. M. Imran, menyampaikan bahwa infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) menjadi keluhan kesehatan yang paling banyak dialami jamaah haji Indonesia.

“Hingga hari ini, jumlah jamaah haji yang sudah mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak 72.100 orang. Kasus terbanyak adalah ISPA, disusul hipertensi dan diabetes dengan komplikasi,” ujar Imran, seperti dilansir Antara, Minggu (15/6/2025).

Senada dengan fenomena itu, dr. Prayudi Tetanto, Sp.P, FCCP, FISR., selaku tenaga kesehatan ahli spesialis paru dari RS Premier Surabaya, menjelaskan secara ilmiah bahwa lonjakan ISPA sering kali terjadi seiring aktivitas keramaian berskala besar, seperti ibadah haji dan musim liburan.

“Biasanya memang ada musim-musimnya. Seperti saat pergantian musim, atau sepulang liburan dari luar negeri, terutama dari jemaah haji. Kasus infeksi saluran napas, khususnya influenza, sering meningkat di masa-masa seperti itu,” tuturnya saat dijumpai Tribun Jatim Network pada Jumat (20/06/2025).

ISPA - dr. Prayudi Tetanto, Sp.P, FCCP, FISR., selaku tenaga kesehatan ahli spesialis paru dari RS Premier Surabaya (ISTIMEWA)

Ia menambahkan, bahwa melalui momen tersebut, maka sangat mungkin penyebaran ISPA terjadi. Bahkan, hingga varian yang lebih berbahaya seperti Covid hingga HMPV.

Lantas, bagaimana langkah pencegahannya? Apakah kegiatan liburan tahun ini bisa menyebabkan Covid?

Simak penjelasan ilmiahnya melalui ulasan kesehatan eksklusif bersama dr. Prayudi, dokter spesialis paru RS Premier Surabaya.

Apa Itu ISPA?

Menurut dr. Prayudi, ISPA adalah infeksi yang menyerang saluran pernapasan atas (hidung, tenggorokan) maupun bawah (paru-paru) pada level akut. ISPA menyebabkan radang saluran napas, ditandai batuk, pilek, dan demam.

Dilansir dari laman resmi WHO, ISPA termasuk dalam kelompok penyakit paru yang juga meliputi pneumonia, influenza, Covid, TBC, hMPV dan penyakit paru kronis lainnya.

Penyebab dan Gejala Penyakit ISPA

ISPA disebabkan berbagai patogen. Penyebab utama adalah virus dan bakteri. Lebih luas, ISPA juga disebabkan oleh kondisi cuaca, polusi, hingga waktu pergantian musim.

“Penyebab ISPA itu ya kuman—bisa virus, bakteri, atau jamur. Tapi yang paling sering memang virus, terutama influenza,” jelasnya.

Selanjutnya, dr. Prayudi juga menyoroti kondisi eksternal seperti polusi udara dan kebiasaan merokok sebagai faktor yang memperburuk risiko ISPA. Ia menjelaskan bahwa partikel iritan yang terhirup dapat mengiritasi saluran napas dan membuat kuman lebih mudah berkembang.

“Sebagai gambaran, apabila polusi terhirup dan masuk ke tenggorokan, bisa mengakibatkan iritasi atau radang. Proses peradangan ini memudahkan virus atau kuman lebih mudah hinggap di saluran pernafasan. Merokok, termasuk vape, juga mempercepat kerusakan pada saluran pernapasan,” tutur dr. Prayudi

Ia menambahkan, lansia, balita, dan penderita penyakit bawaan seperti asma atau diabetes merupakan kelompok yang paling rentan mengalami gejala berat. Dalam kasus tertentu, infeksi bisa berkembang menjadi pneumonia.

“Kalau daya tahan tubuhnya nggak bagus, ISPA bisa jadi berat. Kumannya bisa bersarang di paru-paru dan menyebabkan infeksi paru, atau yang kita kenal dengan istilah pneumonia,” jelas dr. Prayudi.

Aktivitas dalam kerumunan menjadi faktor penularan paling dominan. Ia memberi contoh pada pelaksanaan ibadah haji, di mana jemaah yang mayoritas lansia berkumpul dalam kondisi fisik lelah dan minim jarak antarindividu.

“Bayangkan berdesak-desakan, di tengah cuaca panas, bertemu banyak orang dari berbagai negara. Kalau ada yang batuk atau pilek, risiko penularannya jelas tinggi,” ujarnya.

Pencegahan Penyakit ISPA

Berbicara mengenai upaya, dr. Prayudi menekankan pentingnya menjaga asupan gizi, istirahat cukup, dan penggunaan masker bagi yang sedang mengalami gejala. 

Menurutnya, tidak ada pantangan makanan khusus, namun tubuh harus diberi nutrisi cukup untuk
melawan infeksi.

“Kalau kena ISPA, tubuh justru butuh gizi yang bagus. Kalorinya cukup, nutrisinya cukup. Masker juga penting, terutama bagi yang sedang sakit agar tidak menulari orang lain,” tambahnya.

Hal yang perlu digarisbawahi tentang pencegahan ISPA adalah kesadaran pengidap penyakit untuk menjaga protokol kesehatan seperti penggunaan masker agar tidak mempercepat penularan ISPA.

Terlebih untuk kalangan rentan seperti balita ataupun lansia seperti yang sudah dijelaskan. Sebagian besar kasus ISPA dapat sembuh dengan sendirinya. Karena sejatinya, manusia diberi anugerah sistem imun yang bagus.

Akan tetapi, pada kasus tertentu seperti kelompok resiko tinggi di atas, apabila terdapat gejala yang semakin buruk, maka dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

“Kalau batuk lebih dari dua minggu kondisinya tidak membaik, itu bukan batuk biasa. sebaiknya harus digali lebih dalam penyebabnya. Maka diperlukan pemeriksaan lanjutan seperti rontgen dada, pemeriksaan darah, termasuk PCR test, terutama untuk kasus yang berat. Semakin cepat ditangani, semakin baik,” tegas dr. Prayudi.

Ia menambahkan, PCR Test akan membantu proses diagnosis mencari mikroorganisme patogen penyebab infeksi secara lebih akurat, sehingga dapat diambil langkah penanganan tepat yang diperlukan.

Menariknya, RS Premier Surabaya memiliki fasilitas memadai untuk mendukung langkah pencegahan, diagnostik, hingga terapi ISPA. Hal itu mengacu pada layanan yang terintegrasi dan berbasis teknologi.

Menurut dr. Prayudi, seluruh proses pencatatan pasien, riwayat pengobatan, hingga hasil laboratorium telah terekam secara digital dan sistematis.

“Di RS Premier ini, kami punya sistem yang ideal. Mulai dari registrasi, pemeriksaan, sampai rontgen dan PCR untuk diagnosis. Semuanya terintegrasi dan memudahkan penanganan pasien,” ujarnya.

Fasilitas pendukung hasil diagnosis RS Premier Surabaya mengenai keluhan kesehatan bagian pernapasan juga telah dilengkapi dengan teknologi rontgen jika memang diperlukan, imbuhnya.

Lebih spesifik, RS Premier Surabaya turut menyediakan sejumlah layanan kesehatan seperti Vaksin Influenza dan Vaksin Pneumonia untuk pencegahan ISPA.

Artinya, setiap tahap pemeriksaan akan diklasifikasikan sesuai kebutuhan diagnosis. Secara berkesinambungan, proses pengobatan melalui fasilitas RS Premier Surabaya akan berjalan lebih optimal.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.