Harga Beras di Tingkat Grosir & Eceran Kompak Naik di Juni 2025
kumparanBISNIS July 01, 2025 04:00 PM
Harga beras di tingkat grosir maupun eceran di Juni 2025 kompak mengalami kenaikan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), harga beras grosir naik 1,78 persen secara bulanan (month to month/mtm) dan naik 4,16 persen secara tahunan (year on year/yoy), menjadi Rp 13.979 per kg. Sementara harga beras di eceran naik 1,00 persen (mtm) dan 3,38 persen (yoy) menjadi Rp 14.967 per kg.
Sementara itu, harga beras penggilingan terus menunjukkan tren kenaikan pada Juni 2025. Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, mengatakan rata-rata harga beras di penggilingan pada bulan tersebut naik 2,05 persen secara bulanan (month to month/mtm) dan naik 3,62 persen secara tahunan (year on year/yoy).
“Jika kita pilah menurut kualitas beras di penggilingan maka beras premium naik 2,05 persen secara mtm dan naik 2,84 persen secara year-on-year. Dan selanjutnya untuk beras medium naik 2,33 persen secara mtm dan naik 4,51 persen yoy,” kata Pudji dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Selasa (1/7).
Selain itu, Pudji menyampaikan inflasi beras juga terlihat pada tingkat grosir dan eceran. Kondisi ini turut dipengaruhi oleh dinamika produksi dan potensi panen padi nasional.
BPS memproyeksikan kondisi pertanaman padi yang relatif positif ke depan, meski tetap perlu waspada terhadap pola curah hujan tinggi di beberapa wilayah.
Berdasarkan analisis BMKG, curah hujan di Indonesia sepanjang Mei hingga Agustus 2025 umumnya berada pada kriteria rendah hingga menengah. Hal ini dinilai mendukung budidaya padi, meskipun beberapa wilayah berpotensi mengalami hujan sangat tinggi yang dapat mengganggu.
Hasil survei Kerangka Sample Area (KSA) pada Mei 2025 menunjukkan bahwa sekitar 12,24 persen lahan pertanian padi sudah memasuki fase panen, turun dibanding Mei 2024 yang sebesar 16,38 persen. Sementara sekitar 37,91 persen lahan sedang ditumbuhi tanaman padi dengan pembagian fase vegetatif awal (17,23 persen), vegetatif akhir (9,17 persen), dan generatif (11,51 persen).
Petugas mengecek gabah yang dikeringkan di Sentra Penggilingan Padi (SPP) Bulog di Karawang, Jawa Barat, Senin (20/5/2024). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petugas mengecek gabah yang dikeringkan di Sentra Penggilingan Padi (SPP) Bulog di Karawang, Jawa Barat, Senin (20/5/2024). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
Luas panen padi pada Mei 2025 tercatat sebesar 0,98 juta hektare, turun 22,13 persen dibanding Mei 2024 yang mencapai 1,26 juta hektare. Namun, potensi luas panen sepanjang Juni hingga Agustus 2025 diperkirakan meningkat menjadi 2,77 juta hektare, naik 13,05 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Secara total, luas panen Januari hingga Agustus 2025 diproyeksikan mencapai 8,24 juta hektare, atau naik 13,22 persen dibanding periode yang sama tahun 2024.
Dari sisi produksi, padi pada Mei 2025 diperkirakan mencapai 4,98 juta ton gabah kering giling (GKG), turun 22,74 persen dibanding Mei 2024. Namun potensi produksi sepanjang Juni hingga Agustus 2025 diperkirakan sebesar 14,03 juta ton GKG, naik 13,94 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Secara kumulatif, produksi padi Januari hingga Agustus 2025 diperkirakan mencapai 43,34 juta ton GKG, meningkat 14,11 persen dari periode sama tahun sebelumnya.
Sejalan dengan itu, produksi beras konsumsi pada Mei 2025 diperkirakan sebesar 2,87 juta ton, turun 22,65 persen dibanding Mei 2024. Sementara potensi produksi beras sepanjang Juni hingga Agustus 2025 diproyeksikan sebesar 8,09 juta ton, naik 13,88 persen. Total produksi beras Januari hingga Agustus 2025 diperkirakan mencapai 29,97 juta ton, atau naik 14,09 persen dibanding periode yang sama tahun 2024.
Pudji juga merinci daerah-daerah dengan potensi panen padi yang besar sepanjang Juni hingga Agustus 2025. Di Pulau Jawa, konsentrasi panen terdapat di Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Sementara di Sumatera, terjadi di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Lampung. Sulawesi memiliki potensi panen di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah, sedangkan di wilayah timur Indonesia terdapat di Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Selatan.
Perkembangan Kondisi Jagung RI
Selain padi, BPS juga memaparkan perkembangan jagung. Luas panen jagung pada Mei 2025 tercatat 0,17 juta hektare, turun dibanding Mei 2024 yang seluas 0,20 juta hektare. Potensi luas panen jagung sepanjang Juni hingga Agustus 2025 diperkirakan mencapai 0,66 juta hektare, sedikit turun 2,17 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Secara kumulatif, luas panen jagung Januari hingga Agustus 2025 diperkirakan 1,90 juta hektare, naik 7,68 persen dari periode yang sama tahun lalu. Produksi jagung pipilan kering pada Mei 2025 diperkirakan 0,98 juta ton. Sementara total produksi Januari hingga Agustus 2025 diperkirakan mencapai 10,84 juta ton, naik 8,16 persen dibanding periode yang sama tahun 2024.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.